Hidup ini mengalir saja seperti sifat air. Apa adanya. Keikhlasan dalam bekerja, berbuat dan menjalankan setiap amanah yang diberikan. Bekerja adalah ibadah. Bila kita ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan, maka Tuhan akan menjaga rezeki kita. Ikhlas akan memberikan kekuatan yang sangat besar.
“mami sangat yakin bahwa jika kita ikhlas, Tuhan akan menjaga rezeki mami. Semakin kita ikhlas, semakin besar kekuatan yang datang pada mami. Kalau kita meyakininya, Insya Allah, hidup kita akan dijaga-Nya,” Hanya saja, (ini yang suuuusaaahhh dijalani....hehehe)..keikhlasan itu bisa dicapai bila kita tidak mempunyai pamrih. Sekali melaksanakan tugas dengan motivasi pamrih maka itu artinya tidak ikhlas menerima amanah yang diberikan. Sebab, mengedepankan pamrih sama artinya menghitung untung-rugi. Work hard is not enough, work smart is much better. Begitu statemen yang sering dilontarkan untuk memotivasi orang meningkatkan produktifitas. Mami menambahkan satu unsur lagi yaitu “bekerja ikhlas“, untuk melengkapi bekerja keras dan bekerja cerdas.
Bekerja ikhlas kadang-kadang memang tidak menjamin menaikkan input/output. Tapi sebagai proses, bekerja ikhlas memberikan nilai tersendiri. Dengan bekerja secara ikhlas, maka ada nilai satisfaction tertentu yang diperoleh, yang tidak hanya sekedar input/output. Ketika pekerjaan selesai, disertai dengan rasa ikhlas dalam melakukannya, maka ada kepuasan yang tidak serta merta berkaitan langsung dengan output yang diperoleh.
Bekerja tidak ikhlas, bisa menjadikan orang bermuka cemberut menyelesaikan tugas,..marah marah atau bahkan menjadikan orang lain sebagai saingan bukan partner untuk menyelesaikan pekerjaan.. Pekerjaan memang selesai, output ada, dan target bisa diperoleh. Tapi keberhasilan yang diperoleh bila bekerja tidak ikhlas, bisa membawa rasa jengkel dan capek.
Orang yang menyelesaikan pekerjaan dengan rasa ikhlas, mempunyai aura tubuh yang menggembirakan. Senyum yang cerah ceria dan riang menyertai orang yang bekerja ikhlas. Sebaliknya orang yang bekerja tidak ikhlas, akan terlihat kusut,masam dan akan tetap merasa tertekan, serta tidak puas, meski target dan input/output kegiatannya terpenuhi.
Untuk bekerja secara ikhlas, memerlukan suasana kebatinan yang legowo. Seseorang yang kebatinan legowo bisa menerima keberhasilan dan ketidak berhasilan. Selalu siap menerima kenyataan bahwa input/output kerjanya lebih banyak dinikmati orang lain daripada untuk diri sendiri. Meski sudah kerja keras, dan kerja keras, outputnya ternyata adalah untuk pihak lain....(saat ini mami dalam kondisi yang tidak ikhlas,banyak jengkel dan ngeluh....maaaaf....mami coba perbaiki yaaa...)
Di era kompetisi kerja yang sangat keras dan ketat, bekerja ikhlas, menjadi suatu tantangan yang berat. Tidak mudah untuk menerima kenyataan dimana seorang yang berhasil “menang”, kompetisi dalam bekerja, ternyata outputnya lebih banyak untuk orang lain. Dengan bekerja ikhlas, tantangan yang berat itu menjadi suatu “kenikmatan” yang sulit diukur dengan kata-kata.
"Tidak ada manusia di dunia ini yang SUKSES berkarya, kecuali orang-orang yang selalu bekerja keras, bekeja cerdas, bekerja ikhlas, dan bekerja tuntas. Bilamana itu dilakukan, maka Hidup akan Sejahtera, serta jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. 99% yang kita lakukan adalah Doa dan Ikhtiar, dan 1% saja adalah Takdir."
Mamipun masih belum bisa mewujudkannya dengan baik, masih jauh dari sempurna bahkan akhir akhir ini mami ngomel ngomel tentang ketidakadilan yang mami alami,..padahal itu artinya mami sedang tidak ikhlas...hehehe...maluuuu...). Mami masih harus berusaha keras untuk slalu ikhlas dan bersyukur,..semua itu sangat mempengaruhi pandangan mami pada semua hal dan membuat mami untuk tetap becermin diri. Merefleksi kembali apa yang telah mami lakukan untuk diri mami,keluarga, orang lain, pekerjaan, dan yang terutama untuk Sang Khalik.
Dulu, ketika pertama kali bekerja, sangat sulit untuk belajar menyukai pekerjaan..Dulu sering kali mami tenggelam dalam berbagai situasi yang labil. Mami pun bisa mendadak sangat semangat bekerja, tapi tiba-tiba bisa kehilangan minat untuk bekerja dan kadang kesal terhadap patner / teman sepekerjaan mami yang ongkang ongkang kaki padahal mami kepayahan untuk menyelesaikan tugas mami. Sekarang posisinya terbalik,..mami sebel kalau melihat oranglain sibuk sementara mami melamun duduk berjam jam sambil main FB...Hehehe...
mana yang betul..? dua duanya salah?..auu tuuh.hehehe...
Mengapa? Tidak perlu mencari pembenaran untuk pertanyaan ini. mami akan mencoba merefleksikan apa yang terjadi. Mami berpikir, kenapa mami seperti itu,..? Ternyata itu semua karena:
1 Mami harus belajar untuk sepenuhnya mencintai pekerjaan,"Hanya pekerjaan",..bukan mencintai diri mami yang sedang melakukan pekerjaan,.bukan mencintai diri mami sendiri...jadi apapun yang terjadi mami harus melakukan pekerjaan mami dengan ikhlas...walaupun pekerjaan itu cuma duduk manis didepan komputer...hehehe.
2. Mami harus memberi hati yang tulus dan menghargai semua orang,...(hati=cinta=kasih sayang=ketulusan, BUKAN CINTA NAFSU....) yaitu cinta pada teman, partner, atasan, dan orang-orang di lingkungan di perusahaan dimana mami bekerja dan berinteraksi, tanpa mementingkan mana orang yang menyukai mami dan yang tidak menyukai mami.
3. Mami harus belajar untuk bekerja cerdas. Dulu, mungkin bisa dihitung kapan mami bisa bekerja cerdas dan ikhlas. Jika mami sudah bekerja cerdas dan ikhlas mungkin mami tidak akan mengeluh ketika mendapatkan "keluangan waktu" dalam bekerja alias jobless, alias nothing to do,alias cicing wae cindeten ngajentul...wkwkwkw...
4. Mami harus lebih mengutamakan "memberi" bukan "menerima". Apa yang sudah mami berikan dan lakukan untuk pekerjaan,teman,relasi dan orang orang disekeliling mami. Kontribusi apa yang sudah mami berikan untuk Perusahaan,dll..karena semakin banyak memberi semakin banyak kita diberikan kemudahan dari Yang Maha Kuasa.
5. Dan yang paling penting dari semuanya adalah Doa dan Ikhtiar.(walau ibadahnya belang betong alias bolong bolong...hiks)
Sekarangpun setelah 27 tahun mami bekerja (diberbagai perusahaan) mami masih tetap belajar untuk Bekerja Ikhlas dan Cerdas, tapi masih saja ada kekurangan dalam menjalankannya. Masih ada keegoisan dalam diri mami sebagai seorang individu. Selain itu, dalam diri mami mungkin masih kurang bersabar dalam menghadapi siapapun dilingkungan pekerjaan yang tidak menyukai mami, masih kurang ketekunan dalam menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas, dan yang terpenting mami masih sangat kurang berdoa pada Allah. ya...ini hanya sekedar refleksi yang mudah-mudahan kemudian dapat mami wujudkan dalam kehidupan nyata sehingga mami tidak akan pernah lelah untuk menjadi orang yang lebih baik. Bukan lebih baik dari orang lain dan mengharapkan pujian, tapi untuk lebih baik dari diri mami sendiri sehingga hati mami akan merasa jauh lebih nyaman, tenang, tentram dan sejahtera.(Innovi)
0 comments:
Post a Comment