SBY Tunjuk Dahlan Iskan Menteri BUMN
Teki-teki bagaimana hasil reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid dua mulai terjawab. Sejumlah nama baru hampir dipastikan menghiasi wajah kabinet untuk sisa tiga tahun pemerintahan SBY – Boediono. Kemarin (17/1), enam orang proyeksi menteri dan anggota kabinet memenuhi panggilan Presiden SBY di Kantor Presiden.
Mereka adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Gita Wirjawan yang diberi tugas baru sebagai menteri perdagangan, Dirut PLN Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN, dan Amir Syamsuddin yang diproyeksi sebagai menkum HAM. Kemudian Azwar Abubakar ditunjuk sebagai menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Djan Faridz sebagai menteri perumahan rakyat, dan Letjen Marciano Norman dipercaya menjabat kepala Badan Intelijen Negara.
Jumlah wajah baru di kabinet atau menteri yang digeser dipastikan masih akan bertambah. Sore ini, usai menghadiri pernikahan putri Sultan Hamengkubuwono X di Jogjakarta, SBY kembali memanggil mereka yang akan menjadi pembantunya di kabinet. “Besok (hari ini, Red) pemanggilan calon menteri berlanjut,” kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha. Malam ini, rencananya SBY akan mengumumkan hasil kocok ulang kabinetnya itu.
Jika menilik calon menteri yang sudah dipanggil, masih ada pos yang masih lowong. Antara lain pos kementerian ESDM dan kementerian perhubungan yang saat ini dipegang Darwin Zahedy Saleh dan Freddy Numberi. Dua kader Partai Demokrat itu santer bakal didepak, apalagi setelah tidak ikut dipanggil SBY ke kediaman pribadinya, Puri Cikeas.
Pos ESDM dikabarkan akan diisi sesama kader Demokrat, yakni Syarif Hasan yang saat ini menjabat Menkop dan UKM. Syarif memang dikenal punya pengalaman di bidang pertambangan. Kader Demokrat lain, Men PAN dan RB EE Mangindaan juga alami pergeseran posisi.
Pemanggilan calon menteri juga berkaitan dengan komposisi jatah dua parpol mitra koalisi, yakni Partai Golkar dan PKS. Golkar yang saat ini mendapatkan jatah tiga kursi, sudah mengajukan Sharif Cicip Sutardjo untuk masuk kabinet.
Sementara informasi yang diperoleh, Menristek Suharna Surapranata yang kader PKS dikabarkan kena reshuffle. Jika benar, jatah PKS yang empat kursi akan berkurang satu. Selain itu, menteri representasi dari Indonesia Timur (Papua) juga belum terisi kalau Freddy benar out dari kabinet.
Hari Ini Tes Kesehatan
Sementara itu, hari ini, lima calon menteri plus satu kepala BIN yang sudah dipanggil SBY akan menjalani tes kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Tes itu itulah yang membuat beberapa calon belum berani sesumbar hingga melewati tes dan dilantik sebagai anggota kabinet.
“Sebetulnya masih ada satu tahapan lagi sebelum kami secara resmi (dilantik). Jadi belum bisa saya optimis memastikan bahwa saya akan berlanjut,” kata Amir Syamsuddin yang diproyeksi sebagai menkum HAM.
Hal senada juga dikatakan Dahlan Iskan yang akan menjabat sebagai menteri BUMN. Dia bahkan menuturkan menangis jika harus meninggalkan PLN saat ini. “Karena sekarang ini teman-teman PLN di seluruh Indonesia lagi semangat-semangatnya untuk bekerja mengubah PLN,” katanya.
Dahlan tampak sesenggukan saat berbicara. “Presiden menugaskan saya sebagai menteri BUMN, kalau lulus tes kesehatan. Karena seperti saudara tahu, saya orang sakit, belum tentu lulus tes kesehatan,” tuturnya.
Namun menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Dahlan adalah seseorang dengan latar belakang korporasi akan cocok menduduki kursi menteri BUMN. “Kalau background-nya korporasi, feeling-nya (dalam hal bisnis) pasti bagus,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Hatta, Dahlan juga dikenal sebagai sosok yang punya kapasitas, kapabilitas, integritas, dan pekerja keras, sehingga bisa mengambil keputusan-keputusan strategis dengan cepat dan cermat. “(karakter) itu sangat dibutuhkan seorang menteri BUMN,” katanya.
Terkait kondisi kesehatan Dahlan, Hatta menilai bahwa saat ini kondisi kesehatan direktur utama PLN tersebut sudah sangat baik. “Beliau itu tidak sakit lho, sudah recover (pulih), jadi Insya Allah lolos tes kesehatan,” ucapnya.
Pendapat senada disampaikan mantan Sekretaris Menteri BUMN Said Didu. Menurut Said yang sekarang menjadi pengamat BUMN tersebut, penunjukan Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN sangat tepat. “Pak Dahlan punya lima poin plus,” ujarnya.
Pertama, Dahlan dinilai memiliki gaya kepemimpinan elegan. Kedua, dapat berkomunikasi langsung dengan presiden, sehingga dapat mengurangi intervensi nonkorporasi dari pihak luar. Ketiga, cepat dalam mengambil keputusan. Keempat, memiliki integritas tinggi. Kelima, memiliki pengetahuan korporasi yang cukup.
Patrialis Dicopot
Penunjukkan Amir Syamsuddin sebagai menkum HAM otomatis menggusur posisi Patrialis Akbar. Mengetahui hal itu, kemarin, politisi PAN ini langsung mengumpulkan seluruh pejabat eselon I di kantornya. Dia berpesan agar semua pegawai kemenkum HAM tetap bekerja seperti biasa dan memberikan yang terbaik untuk pelayanan masyarakat. Patrialis juga menyinggung pos wamenkum HAM yang dinilainya akan sangat membantu.
Kepada wartawan yang menyanggong sebelum dia pulang kerjanya, Patrialis tidak bisa menyembunyikan kesedihannya meski awalnya tampak cengar-cengir. Matanya berkaca-kaca. Dia menceritakan, Minggu pukul 23.30, dirinya mendapat telepon dari Sudi. “Pak Sudi bilang ke saya dengan berat hati bahwa saya menteri yang selesai melaksanakan tugas,” katanya.
Patrialis kaget. Dia langsung menanyakan apakah dirinya memiliki kesalahan selama menjalankan tugasnya sebagai menteri. Sudi cepat-cepat menjawab bahwa dirinya sama sekali tidak melakukan kesalahan. Mendapat jawaban itu, Patrialis merasa lega. “Awalmya pembicaraan kami kaku, tapi karena saya lapang dada dan menerima semuanya suasanya mencair,” imbuh pria asal Padang itu.
Dia lalu mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada presiden. Dimata Patrialis, SBY adalah sosok presiden yang terbaik lantaran tiada henti terus memberikan pengarahan kepada para menteri untuk bekerja dengan baik. Patrialis pun menilai bahwa penggantinya, Amir Syamsudin adalah orang yang berkompeten dan layak menjadi Menkum HAM.
“Dia senior dan sahabat saya,” kata dia.
Sementara itu, Partai Demokrat menyambut baik terpilihnya Amir sebagai salah satu menteri pilihan Presiden. Wasekjen DPP Partai Demokrat Saat Mustopa menyatakan, terpilihnya Amir tidak akan mempengaruhi proses saat rapat kerja di DPR. Apalagi, Amir sebagai MenkumHAM akan berhubungan dengan Komisi III DPR, tempat dia bertugas. “Kami tentu tidak masalah, tugas sebagai menteri dan sekretaris Dewan Kehormatan tentu berbeda,” kata Saan di gedung parlemen, kemarin.
Meski berasal dari Demokrat, Saan yakin Amir akan bekerja secara professional. Pengalamnnya sebagai pengacara senior membuktikan dedikasinya untuk profesi tetap berjalan, meski sebagai politisi. “Saya pikir tidak ada persoalan, selama ini beliau professional,” lanjutnya.
Terpilihnya Amir, ujar Saan sudah melalui mekanisme di majelis tinggi. Saat ini, dikabarkan sejumlah pos menteri dari Demokrat seperti Kementrian ESDM dan Kementrian Perhubungan berpotensi direshuffle. Saat mengaku tidak tahu siapa calon menteri yang masuk di dua pos tersenbut. “Itu yang tahu majelis tinggi,” ujarnya.
Nasib Menteri PKS
Dari sejumlah parpol mitra koalisi pemerintah, tinggal PKS yang masih belum jelas nasibnya. Meskipun kabar mengenai bakal dipangkasnya jatah kursi PKS di kabinet masih berkembang luas. Sewaktu dikonfirmasi soal itu, Wasekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq menjawab enteng. “Kami masih menunggu. Respon resmi PKS setelah rehuffle diumumkan,” katanya.
Menurut Mahfudz, PKS tetap mengacu kepada kontrak politik yang ada. Kontrak politik itu menjadi basis respon PKS terhadap rencana presiden dalam melakukan reshuffle. PKS, lanjut dia, juga menyerahkan reshuffle sepenuhnya kepada presiden dengan segala konsekuensinya.
“PKS tidak dalam posisi mencampuri,” ujar Ketua Komisi I DPR, itu. Benarkah ancaman kalau satu kader dicopot dari kabinet, maka PKS akan menarik semua menterinya itu efektif membuat PKS aman dari reshuffle?
“Saya nggak tahu itu. Yang jelas, Rapimnas sudah menyerahkan ini ke presiden. Selebihnya kita tunggu sajalah,” jawabnya.
Menteri yang Dicopot Dapat Kompensasi
Sementara itu, guna mengurangi rasa “sakit hati” atau “kecewa” karena terpental dari kursi kabinet, para eks menteri akan mendapatkan kompensasi posisi baru di luar kabinet. Bentuknya bisa macam-macam, mulai posisi duta besar (dubes), utusan khusus negara untuk misi-misi di luar negeri, sampai CEO atau komisaris BUMN.
Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar yang digantikan politisi Demokrat Amir Syamsuddin, misalnya, dikabarkan mendapat amanat baru sebagai duta besar Indonesia di Arab Saudi. Ini cukup beralasan mengingat sejak Juni lalu, tepatnya pasca dieksekusi matinya TKW Ruyati, banyak kalangan mendesak presiden memberhentikan Gatot Abdullah Mansyur, duta besar Indonesia di Arab Saudi saat ini.
Ketua DPP PAN Bima Aria Sugiarto mengatakan hampir pasti Patrialis Akbar yang juga politisi senior PAN itu, akan diberikan tugas strategis lain oleh presiden. “Kemungkinan besar yang saya dengar adalah tugas yang menyangkut kepentingan bangsa dalam hubungan dengan luar negeri,” kata Bima di Jakarta, kemarin (17/10).
Saat dikonfirmasi soal posisi Dubes RI di Arab, Bima membenarkan sebagian. “Memang bisa dubes atau malah utusan khusus,” jawabnya, tanpa menyebut negara kandidat di mana Patrialis akan ditempatkan.
Ketua Umum DPP PAN Hatta Radjasa membenarkan bila PAN memikirkan posisi baru untuk Patrialis. Tapi, dia masih enggan menyampaikannya. (jpnn)
Sejumlah pemandangan menarik tersaji dalam pelantikan tersebut. Misalnya Dahlan Iskan yang mengenakan pakaian sipil lengkap (PSL)/ jas, tetap tidak melepaskan sepatu kets-nya. “Kan pelantikan hari ini (kemarin, Red), tapi kan sepatunya tetap kets,” katanya.
Hanya saja, kali ini sepatunya kets-nya berwarna hitam polos, sehingga sekilas tampak seperti sepatu pantofel, sepeti yang dipakai kebanyakan. Dia mengatakan, style-nya semacam itu tidak berubah meski saat ini berposisi sebagai menteri.
“Nggak berubah. Sudah terlalu lama seperti itu,” katanya.
Ia mengaku tak pernah mendapatkan teguran dari SBY atas kebiasaannya tersebut. Bahkan, Dahlan mengaku tak perlu izin presiden untuk urusan sepatu ini. “Kemarin menghadap juga tidak complaint,” kata dia. “Lebih nyaman (pakai sepatu kets),” katanya lagi.
Gaya Dahlan yang santai dan apa adanya memang masih nampak. Saat keluar dari Istana Negara, dia melepas jasnya. Bagian lengan kemeja putihnya digulung. Sembari berjalan menuju area parkir Sekretariat Negara, pria kelahiran Magetan itu melayani pertanyaan wartawan. Di sana sudah terparkir mobil Mercedes-Benz S500 warna hitam No Pol L 1 JP miliknya.
Nah, saat itu ada juga Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin bersama istrinya. Padahal di dalam mobil sudah ada sopir pribadi Dahlan. Akhirnya, dia mengambil alih kemudi. “Saya yang bawa sendiri,” katanya seraya menyuruh sopirnya keluar.
Jadilah Dahlan menyetir sendiri mobilnya menuju kantor kementerian BUMN di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Mahmuddin duduk di sebelahnya, sementara istri Dahlan, Nafsiah, bersama istri Mahmuddin duduk di belakang.
Fasilitas sebagai menteri, kemungkinan juga tidak akan digunakan oleh Dahlan. Hal yang sama dilakukannya saat masih menjabat sebagai dirut PLN. “Saya bertekad seperti itu,” katanya.
Dahlan akan berkonsultasi apakah dirinya diperbolehkan menolak segala fasilitas menteri yang diberikan, seperti mobil dan rumah dinas. Sebelumnya, Dahlan juga menolak fasilitas yang diberikan padanya ketika menjabat sebagai Direktur Utama PLN.
“Saya akan konsultasi apakah boleh menggunakan mobil sendiri, rumah sendiri, bolehkah tidak menggunakan baju dinas, pin, saya akan tanya,” kata Dahlan Iskan.
Dahlan menceritakan selamamenjadi dirut PLN dirinya lebih memilih menggunakan mobil dan rumah pribadi.
Dahlan saat ini juga sedang memikirkan rute jalan kaki terpendek dari tempat tinggalnya yaitu apartemen Capital Residence yang terletak di SCBD Sudirman menuju kantornya yang baru, Kementerian BUMN yang terletak di Jl. Medan Merdeka Selatan.
Seperti diketahui, setiap pagi Dahlan Iskan selalu jalan kaki dari tempat tinggal di apartemen Capital Residence di SCBD ke kantor pusat PLN di jalan Trunojoyo.
“Saya lagi cari rute, saat ini rute pas dari SCBD ke PLN banyak pepohonan. Ke Kementerian BUMN kantornya jauh dan banyak polusi,” jelasnya.
Dahlan menggantikan Mustafa Abubakar yang menjabat sebagai Menteri BUMN sejak tahun 2009 lalu. Mustafa diberhentikan oleh SBY karena alasan kesehatan.
Sementara itu, tidak hanya Dahlan, pemandangan mencolok juga tampak pada Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo yang tergolong nyentrik. Meski memakai peci di kepalanya, namun terlihat jelas bahwa pria tersebut rambut panjang. “Kalau soal rambut, kalau ingat ya dipotong. Bisa dua bulan sekali,” katanya lantas terkekeh.
Gayanya terkesan cuek. Bahkan dilantik menjadi seorang wakil menteri tak membuatnya canggung untuk mengabadikan gambarnya. Dia meminta dipotretkan dengan sejumlah menteri lainnya. “Mau saya masukin milis,” ucapnya. *** Dahlan Iskan resmi dilantik menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bos media itu telah diambil sumpahnya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Presiden, Jakarta, Rabu (19/10).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan misalnya. Dia menyatakan akan memberikan keleluasaan yang lebih besar pada perusahaan-perusahaan BUMN untuk melakukan aksi-aksi korporasi.
“Itu mendasar sekali bagi perusahaan-perusahaan BUMN,” ucapnya usai pelantikan di Istana Negara, kemarin.
Menurutnya, kementerian yang dipimpinnya akan mendorong perusahaan BUMN agar lebih berani melakukan aksi-aksi korporasi tersebut. Dahlan mengaku, pengalamannya menjadi CEO di salah satu perusahaan BUMN, yakni PLN, membuatnya bisa belajar banyak. Begitu juga pengalamannya saat masih mengelola perusahaan swasta.
“Artinya lebih banyak bekerja, lebih banyak bertanggung jawab,” tegas Dahlan. Dia menyebut, aktifitas membuat laporan, berkirim surat, bahkan rapat-rapat harus dikurangi porsinya. Tidak tanggung-tanggung, mantan CEO Jawa Pos itu meminta diturunkan hingga 50 persen.
“Supaya BUMN-BUMN lebih sibuk bekerja daripada mengurus surat, laporan, rapat-rapat. Nanti rapat pun akan kita tentukan agar ter-manage dengan baik,” tutur Dahlan.
Upaya yang hendak dilakukan Dahlan itu tampaknya sejalan dengan perhatian yang diberikan SBY terhadap kinerja BUMN. Dalam policy speech (pidato kebijakan) yang disampaikan usai melantik menteri baru, salah satu dari delapan isu besar yang harus ditangani dengan baik adalah menyangkut kinerja BUMN.
“BUMN kita banyak, 141 perusahaan. Asetnya besar, tapi keuntungan yang diberikan kepada negara masih jauh di bawah harapan,” kata SBY.
Dia menyebut, biaya operasional yang dikeluarkan oleh BUMN mencapai Rp1.075 triliun, sementara belanja modalnya Rp 210 triliun.
“Dengan angka ini hampir pasti ada yang salah dan ada keborosan pengunaan keuangan BUMN yang mayoritas dimiliki negara,” katanya. SBY meminta dilakukan reformasi dan transformasi birokrasi di jajaran BUMN dalam waktu tiga tahun ke depan.
Selain kinerja BUMN, SBY juga menyoroti penggunaan uang negara, yakni APBN dan APBD. SBY mengatakan, APBN dan APBD terus meningkat signifikan karena ekonomi juga tumbuh. “Saya menilai masih banyak penggunaan APBN dan APBD yang belum tepat sasaran. Belanja modal masih sedikit dan belanja rutin masih besar,” katanya.
Selain itu, juga masih terjadinya praktik korupsi yang melibatkan oknum pemerintah pusat, oknum pemerintah daerah, dan oknum DPR. “Proses pengalokasian APBN dan APBD masih ada yang tidak transparan, tidak akuntabel dan berbau kolusi atau korupsi,” kata SBY.
Isu besar lainnya, pencegahan dan pemberantasan korupsi, pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan dan energi, TKI di luar negeri, kekerasan konflik komunal dan terorisme, serta inetgritas dan disiplin pejabat.
“Saya dapatkan laporan banyak pejabat pemernintahan yang bekerja baik, saya salut. Namun ada yang sebaliknya. Dilaporkan kepada saya pejabat daerah yang sering dan lama meninggalkan daerahnya. Itu jelas melanggar disiplin dan tanggunjawab,” urainya.
Tidak hanya itu, dalam pidatonya selama hampir satu jam itu, SBY juga mencatat sejumlah isu khusus yang perlu mendapat perhatian. Salah satunya adalah masih adanya anggapan bahwa kasus Bank Century dan kasus Antasari Azhar merupakan sebuah rekayasa. Dia meminta masalah tersebut dituntaskan dan dijelaskan kepada rakyat. “Bicaralah para penegak hukum. Kita memerlukan kebenaran dan kejelasan,” ujarnya.
Isu khusus lain adalah kontrak kerjasama Indonesia dengan pihak asing yang sudah dibuat puluhan tahun lalu. Secara etika, semua bangsa harus menghormati kontrak. Namun menurut SBY, jika ada yang dirasa tidak adil, perlu dibicarakan secara baik-baik. “Saya dapat laporan sejumlah perusahaan asing bisa bicara baik-baik. Menteri terkait, tindak lanjuti itu, apalagi yang terkait dengan pembaruan kontrak,” kata SBY.
Kebijakan khusus di Aceh dan Papua juga mendapat perhatian SBY. Dia menyebut sejumlah kebijakan khusus untuk dua daerah tersebut. “Kita tetap dalam rangka NKRI. Papua dan aceh itu harus tetap aman. Keamanan harga mati,” tegasnya.
Selain Dahlan, Menkum HAM Amir Syamsuddin yang juga baru dilantik menyiapkan beberapa target pekerjaan yang akan dikebut bersama Wamenkum HAM Denny Indrayana. Salah satunya berkaitan dengan remisi yang tidak akan diberikan secara mudah. Sorotan publik terhadap pemberian remisi kepada pelaku tindak kejahatan extra ordinary seperti koruptor dan teroris akan diperketat agar rakyat tidak melukai rasa keadilan masyarakat.
Selain isu remisi, kata Amir, timnya juga akan melakukan pembinaan terhadap napi teroris. Dia ingin agar mereka bisa menjadi ujung tombak dalam penumpasan teroris di Indonesia. “Nanti, kami akan melibatkan banyak pihak untuk pembinaan. Pengalaman kejadian bisa menjadi acuan,” tutur mantan sekjen Partai Demokrat itu.
Letjen TNI Marciano Norman yang dilantik menjadi kepala Badan Intelijen Negara (BIN) juga sudah bersiap-siap dengan tugas barunya itu. Dia mengaku akan bersinergi dengan pihak terkait, seperti kepolisian, TNI, dan BNPT. “Tentunya kita mengharap ke depan mendapatkan situasi yang betul-betul aman di negara kita sendiri,” katanya.
Marciano menegaskan, Undang-undang Intelijen yang baru saja diketok DPR akan menjadi pedoman kerjanya. “Saya tidak akan memberikan toleransi apapun untuk bekerja di luar kewenangan yang diberikan undang-undang itu,” tegas mantan komandan Paspampres itu.
Kemarin, Dahlan, Amir, Marciano, dan sejumlah menteri hasil reshuffle memang resmi menjadi anggota KIB jilid dua. Tujuh menteri baru plus lima menteri lama berganti posisi dilantik Presiden SBY di Istana Negara.
Seremonial pelantikan dibagi dalam dua sesi. Yakni untuk mengambil sumpah para menteri tersebut dan dilanjutkan dengan pelantikan 13 wakil menteri yang juga ditunjuk bersamaan dengan proses reshuffle kali ini.
Sementara itu, kalangan perbankan berharap banyak pada Dahlan Iskan untuk memasjukan BUMN. Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Zulkifli Zaini, mengatakan, terpilihnya Dahlan Iskan diharapkan dapat memberikan dukungan positif bagi industri perbankan. “Tentunya, kami berharap beliau sukses dan bisa lebih baik lagi mendukung perbankan,” kata Zulkifli di gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu 19 Oktober 2011.
Zulkifli menambahkan, Bank Mandiri berharap adanya persamaan penyetoran dividen di antara bank-bank BUMN ke negara. Dia berharap, persentase dividen dari Bank Mandiri ke pemerintah dapat disesuaikan dengan bank lain seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk.
“Kalau untuk dividen, sejak beberapa tahun terakhir ini Bank Mandiri berharap bisa turun. Tahun lalu, dividen 35 persen, sedangkan bank lain ada yang 20 persen dan 30 persen,” ujarnya.
Untuk itu, dia mengharapkan tahun ini giliran dividen Bank Mandiri lebih rendah dibanding bank BUMN lainnya. Dengan dividen yang rendah, Zulkifli melanjutkan, dana untuk kebutuhan usaha bertambah. Bertambahnya dana untuk usaha itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan laba.
“Logika saya, walaupun dividen turun, totalnya kan tetap sama saja. Sumbangan ke negara tidak menjadi turun. Karena jika laba naik, pajak juga bertambah,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Fazwar Bujang misalkan, dirinya mengaku senang Dahlan bisa menjabat sebagai Menteri BUMN. Menurutnya, Dahlan seorang enterpreneur sejati yang diyakini bisa mengatasi masalah-masalah yang harus dihadapi BUMN.
“Beliau seorang enterpreneur dan pemikirannya akan matching bila BUMN dikelola secara bisnis,” kata Fazwar di sela acara Sertijab Menteri BUMN di Kantor Kementerian BUMN, Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (19/10).
Ia berharap, di era kepemimpinan Dahlan, BUMN dapat menjadi lebih besar dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Sementara itu di tempat terpisah, Direktur Utama PT Semen Gresik Tbk (SMGR), Dwi Soetjipto menyampaikan hal serupa. Menurutnya ke depan BUMN dapat bisa lebih baik di era kepemimpinan Dahlan.
Dwi, menuturkan sosok Dahlan sangat tepat menukangi BUMN, sebab Dahlan berasal dari korporasi.
“Sehingga bisa menyeimbangkan pemikiran-pemikirannya di dalam BUMN,” ungkap Dwi.
Direktur Utama BRI Sofyan basir mengatakan, memegang BUMN sama halnya dengan berbisnis. “Beliau dulu pengusaha. Beliau pasti memahami bisnis seperti apa. BUMN itu bisnis murni,” jelas Sofyan.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini juga menyambut baik Menteri terpilih Dahlan Iskan. Menurutnya, Dahlan sudah terbiasa menjadi bussiness man.
“Bank-bank BUMN dalam mengembangkan bisnisnya akan diperhatikan,” tutup Zulkifli. (dru/ang/jpnn) Menteri-menteri baru anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid dua hasil reshuffle langsung tancap gas usai dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kemarin (19/10). Sejumlah langkah baru dan terobosan bakal diterapkan untuk memulai tugas di sisa tiga tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Boediono.
Sisi Lain Pelantikan Dahlan Iskan Menjadi Menteri BUMN
Sejumlah pemandangan menarik tersaji dalam pelantikan tersebut. Misalnya Dahlan Iskan yang mengenakan pakaian sipil lengkap (PSL)/ jas, tetap tidak melepaskan sepatu kets-nya. “Kan pelantikan hari ini (kemarin, Red), tapi kan sepatunya tetap kets,” katanya.
Hanya saja, kali ini sepatunya kets-nya berwarna hitam polos, sehingga sekilas tampak seperti sepatu pantofel, sepeti yang dipakai kebanyakan. Dia mengatakan, style-nya semacam itu tidak berubah meski saat ini berposisi sebagai menteri.
“Nggak berubah. Sudah terlalu lama seperti itu,” katanya.
Ia mengaku tak pernah mendapatkan teguran dari SBY atas kebiasaannya tersebut. Bahkan, Dahlan mengaku tak perlu izin presiden untuk urusan sepatu ini. “Kemarin menghadap juga tidak complaint,” kata dia. “Lebih nyaman (pakai sepatu kets),” katanya lagi.
Gaya Dahlan yang santai dan apa adanya memang masih nampak. Saat keluar dari Istana Negara, dia melepas jasnya. Bagian lengan kemeja putihnya digulung. Sembari berjalan menuju area parkir Sekretariat Negara, pria kelahiran Magetan itu melayani pertanyaan wartawan. Di sana sudah terparkir mobil Mercedes-Benz S500 warna hitam No Pol L 1 JP miliknya.
Nah, saat itu ada juga Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin bersama istrinya. Padahal di dalam mobil sudah ada sopir pribadi Dahlan. Akhirnya, dia mengambil alih kemudi. “Saya yang bawa sendiri,” katanya seraya menyuruh sopirnya keluar.
Jadilah Dahlan menyetir sendiri mobilnya menuju kantor kementerian BUMN di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Mahmuddin duduk di sebelahnya, sementara istri Dahlan, Nafsiah, bersama istri Mahmuddin duduk di belakang.
Fasilitas sebagai menteri, kemungkinan juga tidak akan digunakan oleh Dahlan. Hal yang sama dilakukannya saat masih menjabat sebagai dirut PLN. “Saya bertekad seperti itu,” katanya.
Dahlan akan berkonsultasi apakah dirinya diperbolehkan menolak segala fasilitas menteri yang diberikan, seperti mobil dan rumah dinas. Sebelumnya, Dahlan juga menolak fasilitas yang diberikan padanya ketika menjabat sebagai Direktur Utama PLN.
“Saya akan konsultasi apakah boleh menggunakan mobil sendiri, rumah sendiri, bolehkah tidak menggunakan baju dinas, pin, saya akan tanya,” kata Dahlan Iskan.
Dahlan menceritakan selamamenjadi dirut PLN dirinya lebih memilih menggunakan mobil dan rumah pribadi.
Dahlan saat ini juga sedang memikirkan rute jalan kaki terpendek dari tempat tinggalnya yaitu apartemen Capital Residence yang terletak di SCBD Sudirman menuju kantornya yang baru, Kementerian BUMN yang terletak di Jl. Medan Merdeka Selatan.
Seperti diketahui, setiap pagi Dahlan Iskan selalu jalan kaki dari tempat tinggal di apartemen Capital Residence di SCBD ke kantor pusat PLN di jalan Trunojoyo.
“Saya lagi cari rute, saat ini rute pas dari SCBD ke PLN banyak pepohonan. Ke Kementerian BUMN kantornya jauh dan banyak polusi,” jelasnya.
Dahlan menggantikan Mustafa Abubakar yang menjabat sebagai Menteri BUMN sejak tahun 2009 lalu. Mustafa diberhentikan oleh SBY karena alasan kesehatan.
Sementara itu, tidak hanya Dahlan, pemandangan mencolok juga tampak pada Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo yang tergolong nyentrik. Meski memakai peci di kepalanya, namun terlihat jelas bahwa pria tersebut rambut panjang. “Kalau soal rambut, kalau ingat ya dipotong. Bisa dua bulan sekali,” katanya lantas terkekeh.
Gayanya terkesan cuek. Bahkan dilantik menjadi seorang wakil menteri tak membuatnya canggung untuk mengabadikan gambarnya. Dia meminta dipotretkan dengan sejumlah menteri lainnya. “Mau saya masukin milis,” ucapnya. ***
Ayo, Saatnya Bekerja
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan misalnya. Dia menyatakan akan memberikan keleluasaan yang lebih besar pada perusahaan-perusahaan BUMN untuk melakukan aksi-aksi korporasi.
“Itu mendasar sekali bagi perusahaan-perusahaan BUMN,” ucapnya usai pelantikan di Istana Negara, kemarin.
Menurutnya, kementerian yang dipimpinnya akan mendorong perusahaan BUMN agar lebih berani melakukan aksi-aksi korporasi tersebut. Dahlan mengaku, pengalamannya menjadi CEO di salah satu perusahaan BUMN, yakni PLN, membuatnya bisa belajar banyak. Begitu juga pengalamannya saat masih mengelola perusahaan swasta.
“Artinya lebih banyak bekerja, lebih banyak bertanggung jawab,” tegas Dahlan. Dia menyebut, aktifitas membuat laporan, berkirim surat, bahkan rapat-rapat harus dikurangi porsinya. Tidak tanggung-tanggung, mantan CEO Jawa Pos itu meminta diturunkan hingga 50 persen.
“Supaya BUMN-BUMN lebih sibuk bekerja daripada mengurus surat, laporan, rapat-rapat. Nanti rapat pun akan kita tentukan agar ter-manage dengan baik,” tutur Dahlan.
Upaya yang hendak dilakukan Dahlan itu tampaknya sejalan dengan perhatian yang diberikan SBY terhadap kinerja BUMN. Dalam policy speech (pidato kebijakan) yang disampaikan usai melantik menteri baru, salah satu dari delapan isu besar yang harus ditangani dengan baik adalah menyangkut kinerja BUMN.
“BUMN kita banyak, 141 perusahaan. Asetnya besar, tapi keuntungan yang diberikan kepada negara masih jauh di bawah harapan,” kata SBY.
Dia menyebut, biaya operasional yang dikeluarkan oleh BUMN mencapai Rp1.075 triliun, sementara belanja modalnya Rp 210 triliun.
“Dengan angka ini hampir pasti ada yang salah dan ada keborosan pengunaan keuangan BUMN yang mayoritas dimiliki negara,” katanya. SBY meminta dilakukan reformasi dan transformasi birokrasi di jajaran BUMN dalam waktu tiga tahun ke depan.
Selain kinerja BUMN, SBY juga menyoroti penggunaan uang negara, yakni APBN dan APBD. SBY mengatakan, APBN dan APBD terus meningkat signifikan karena ekonomi juga tumbuh. “Saya menilai masih banyak penggunaan APBN dan APBD yang belum tepat sasaran. Belanja modal masih sedikit dan belanja rutin masih besar,” katanya.
Selain itu, juga masih terjadinya praktik korupsi yang melibatkan oknum pemerintah pusat, oknum pemerintah daerah, dan oknum DPR. “Proses pengalokasian APBN dan APBD masih ada yang tidak transparan, tidak akuntabel dan berbau kolusi atau korupsi,” kata SBY.
Isu besar lainnya, pencegahan dan pemberantasan korupsi, pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan dan energi, TKI di luar negeri, kekerasan konflik komunal dan terorisme, serta inetgritas dan disiplin pejabat.
“Saya dapatkan laporan banyak pejabat pemernintahan yang bekerja baik, saya salut. Namun ada yang sebaliknya. Dilaporkan kepada saya pejabat daerah yang sering dan lama meninggalkan daerahnya. Itu jelas melanggar disiplin dan tanggunjawab,” urainya.
Tidak hanya itu, dalam pidatonya selama hampir satu jam itu, SBY juga mencatat sejumlah isu khusus yang perlu mendapat perhatian. Salah satunya adalah masih adanya anggapan bahwa kasus Bank Century dan kasus Antasari Azhar merupakan sebuah rekayasa. Dia meminta masalah tersebut dituntaskan dan dijelaskan kepada rakyat. “Bicaralah para penegak hukum. Kita memerlukan kebenaran dan kejelasan,” ujarnya.
Isu khusus lain adalah kontrak kerjasama Indonesia dengan pihak asing yang sudah dibuat puluhan tahun lalu. Secara etika, semua bangsa harus menghormati kontrak. Namun menurut SBY, jika ada yang dirasa tidak adil, perlu dibicarakan secara baik-baik. “Saya dapat laporan sejumlah perusahaan asing bisa bicara baik-baik. Menteri terkait, tindak lanjuti itu, apalagi yang terkait dengan pembaruan kontrak,” kata SBY.
Kebijakan khusus di Aceh dan Papua juga mendapat perhatian SBY. Dia menyebut sejumlah kebijakan khusus untuk dua daerah tersebut. “Kita tetap dalam rangka NKRI. Papua dan aceh itu harus tetap aman. Keamanan harga mati,” tegasnya.
Selain Dahlan, Menkum HAM Amir Syamsuddin yang juga baru dilantik menyiapkan beberapa target pekerjaan yang akan dikebut bersama Wamenkum HAM Denny Indrayana. Salah satunya berkaitan dengan remisi yang tidak akan diberikan secara mudah. Sorotan publik terhadap pemberian remisi kepada pelaku tindak kejahatan extra ordinary seperti koruptor dan teroris akan diperketat agar rakyat tidak melukai rasa keadilan masyarakat.
Selain isu remisi, kata Amir, timnya juga akan melakukan pembinaan terhadap napi teroris. Dia ingin agar mereka bisa menjadi ujung tombak dalam penumpasan teroris di Indonesia. “Nanti, kami akan melibatkan banyak pihak untuk pembinaan. Pengalaman kejadian bisa menjadi acuan,” tutur mantan sekjen Partai Demokrat itu.
Letjen TNI Marciano Norman yang dilantik menjadi kepala Badan Intelijen Negara (BIN) juga sudah bersiap-siap dengan tugas barunya itu. Dia mengaku akan bersinergi dengan pihak terkait, seperti kepolisian, TNI, dan BNPT. “Tentunya kita mengharap ke depan mendapatkan situasi yang betul-betul aman di negara kita sendiri,” katanya.
Marciano menegaskan, Undang-undang Intelijen yang baru saja diketok DPR akan menjadi pedoman kerjanya. “Saya tidak akan memberikan toleransi apapun untuk bekerja di luar kewenangan yang diberikan undang-undang itu,” tegas mantan komandan Paspampres itu.
Kemarin, Dahlan, Amir, Marciano, dan sejumlah menteri hasil reshuffle memang resmi menjadi anggota KIB jilid dua. Tujuh menteri baru plus lima menteri lama berganti posisi dilantik Presiden SBY di Istana Negara.
Seremonial pelantikan dibagi dalam dua sesi. Yakni untuk mengambil sumpah para menteri tersebut dan dilanjutkan dengan pelantikan 13 wakil menteri yang juga ditunjuk bersamaan dengan proses reshuffle kali ini.
Sementara itu, kalangan perbankan berharap banyak pada Dahlan Iskan untuk memasjukan BUMN. Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Zulkifli Zaini, mengatakan, terpilihnya Dahlan Iskan diharapkan dapat memberikan dukungan positif bagi industri perbankan. “Tentunya, kami berharap beliau sukses dan bisa lebih baik lagi mendukung perbankan,” kata Zulkifli di gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu 19 Oktober 2011.
Zulkifli menambahkan, Bank Mandiri berharap adanya persamaan penyetoran dividen di antara bank-bank BUMN ke negara. Dia berharap, persentase dividen dari Bank Mandiri ke pemerintah dapat disesuaikan dengan bank lain seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk.
“Kalau untuk dividen, sejak beberapa tahun terakhir ini Bank Mandiri berharap bisa turun. Tahun lalu, dividen 35 persen, sedangkan bank lain ada yang 20 persen dan 30 persen,” ujarnya.
Untuk itu, dia mengharapkan tahun ini giliran dividen Bank Mandiri lebih rendah dibanding bank BUMN lainnya. Dengan dividen yang rendah, Zulkifli melanjutkan, dana untuk kebutuhan usaha bertambah. Bertambahnya dana untuk usaha itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan laba.
“Logika saya, walaupun dividen turun, totalnya kan tetap sama saja. Sumbangan ke negara tidak menjadi turun. Karena jika laba naik, pajak juga bertambah,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Fazwar Bujang misalkan, dirinya mengaku senang Dahlan bisa menjabat sebagai Menteri BUMN. Menurutnya, Dahlan seorang enterpreneur sejati yang diyakini bisa mengatasi masalah-masalah yang harus dihadapi BUMN.
“Beliau seorang enterpreneur dan pemikirannya akan matching bila BUMN dikelola secara bisnis,” kata Fazwar di sela acara Sertijab Menteri BUMN di Kantor Kementerian BUMN, Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (19/10).
Ia berharap, di era kepemimpinan Dahlan, BUMN dapat menjadi lebih besar dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Sementara itu di tempat terpisah, Direktur Utama PT Semen Gresik Tbk (SMGR), Dwi Soetjipto menyampaikan hal serupa. Menurutnya ke depan BUMN dapat bisa lebih baik di era kepemimpinan Dahlan.
Dwi, menuturkan sosok Dahlan sangat tepat menukangi BUMN, sebab Dahlan berasal dari korporasi.
“Sehingga bisa menyeimbangkan pemikiran-pemikirannya di dalam BUMN,” ungkap Dwi.
Direktur Utama BRI Sofyan basir mengatakan, memegang BUMN sama halnya dengan berbisnis. “Beliau dulu pengusaha. Beliau pasti memahami bisnis seperti apa. BUMN itu bisnis murni,” jelas Sofyan.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini juga menyambut baik Menteri terpilih Dahlan Iskan. Menurutnya, Dahlan sudah terbiasa menjadi bussiness man.
“Bank-bank BUMN dalam mengembangkan bisnisnya akan diperhatikan,” tutup Zulkifli. (dru/ang/jpnn)
18 Birokrasi BUMN Dipangkas
JAKARTA (BP) – Dahlan Iskan bergerak cepat. Proses birokrasi di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sering menghambat gerak korporasi, menjadi sasaran pertama yang dibenahi. Tak kurang dari 18 proses birokrasi pun dipangkas.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, dirinya bersama jajaran pimpinan Kementerian BUMN sudah sepakat, untuk mendelegasikan 18 kewenangan yang sebelumnya ada di Kementerian BUMN ke manajemen BUMN. “Ini pengurangan birokrasi administrasi yang konkret,” ujarnya di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (25/10) lalu.
Menurut Dahlan, pendelegasian 18 kewenangan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi proses administrasi birokrasi antara Kementerian BUMN dan perusahaan pelat merah. “Dengan begitu, aksi korporasi akan lebih lancar,” katanya.
Apa saja 18 administrasi yang dipangkas tersebut? Dahlan mengatakan tidak hafal satu per satu dan meminta wartawan untuk menanyakan detilnya pada Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin.
Dikonfirmasi Jawa Pos (Batam Pos Group), Yasin mengatakan, beberapa proses birokrasi yang akan didelegasikan ke direksi dan komisaris BUMN adalah semua aksi korporasi dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang sudah disetujui saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
“Antara lain penerbitan debt instrument (instrumen utang/obligasi, Red), pendayagunaan aset, dan lain-lain,” ujarnya.
Setiap awal tahun, BUMN mengajukan RKAP kepada Kementerian BUMN selaku pemegang saham. RKAP tersebut kemudian dibahas, difinalisasi, dan disetujui saat RUPS. Namun, pada kenyataannya, selama ini seringkali BUMN harus kembali menghadap Kementerian BUMN ketika akan melakukan aksi korporasi yang sebenarnya sudah disetujui ketika RUPS.
Langkah memangkas birokrasi ini menjadi jalan untuk mengurangi lalu lintas surat dan laporan antara Kementerian BUMN dan manajemen BUMN hingga 50 persen. “Itu target dalam tiga bulan ke depan,” kata Dahlan usai dilantik.
Pemangkasan birokrasi ini juga menjadi harapan para direksi BUMN. Diantaranya, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Fazwar Bujang yang sempat mengatakan bahwa pengelolaan bisnis harus didukung dengan kultur enterpreneur yang membutuhkan gerak cepat dalam pengambilan keputusan dan aksi korporasi. “Memang, BUMN akan matching bila dikelola secara bisnis,” ujarnya.
BUMN Merugi
Bagaimana dengan BUMN yang sakit atau yang bermasalah? Dahlan dalam mengatakan, pihaknya sudah memutuskan untuk mengambil tindakan cepat kepada tujuh BUMN yang sudah hampir mati karena terus merugi. “Dalam waktu singkat, ini harus selesai,” tegasnya.
Saat ini beberapa BUMN yang tengah dicoba disehatkan secara intensif oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) adalah PT Energy Management Indonesia (EMI), PT Balai Pustaka, Perum Produksi Film Negara (PFN), PT Nindya Karya, PT Sarana Karya, PT Istaka Karya, PT Survei Udara Penas, dan PT Primissima (BUMN industri tekstil).
Dahlan menyebut BUMN yang terus merugi sebagai BUMN duafa. Dia akan mengarahkan agar BUMN duafa bermetamorfosis. “Jadi, mereka ganti bidang usaha boleh, mau ganti nama juga boleh. Yang penting, PT-nya tetap dan bisa survive (bertahan, Red),” terangnya.
Dahlan menyatakan, salah satu skema restrukturisasi untuk segera membereskan BUMN sakit tersebut adalah melalui pengambilalihan oleh BUMN lain. “Nanti, dua perusahaan akan diambil Adhi Karya, satu lagi diambil PT Angkasa Pura I, dan satu diambil PT PP (Pembangunan Perumahan),” bebernya.
Data Kementerian BUMN menunjukkan, pada 2009, PT EMI tercatat menanggung rugi Rp 3,03 miliar, Balai Pustaka rugi Rp 66,67 miliar, Perum PFN Rp 1,29 miliar, dan Primissima Rp 5,54 miliar. Kemudian, pada 2010, Nindya Karya mencatat rugi Rp 6,42 miliar dan Sarana Karya Rp 3,49 miliar.
Sementara itu, secara keseluruhan, jumlah BUMN yang rugi terus berkurang. Pada 2008, tercatat masih ada 30 BUMN dengan akumulasi kerugian Rp 14,31 triliun. Pada 2009, jumlah BUMN rugi turun menjadi 24 dengan akumulasi kerugian Rp 1,69 triliun. Sedangkan pada 2010, BUMN yang rugi 18 dengan akumulasi kerugian Rp 1,29 triliun. Untuk 2011, datanya tengah dikonsolidasikan.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, dalam restrukturisasi, salah satu jalan yang ditempuh adalah merombak manajemen. “Untuk BUMN rugi, bukan hanya direksi dan komisaris yang dirombak, tapi juga business plan (rencana bisnis) dan business culture (budaya bisnis)-nya,” jelasnya.
Menurut Hatta, restrukturisasi harus dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya sepotong-sepotong dengan mengganti manajemen. “Karena itu, semua aspek harus dievaluasi,” tuturnya. (owi/c3/kim/jpnn)
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, dirinya bersama jajaran pimpinan Kementerian BUMN sudah sepakat, untuk mendelegasikan 18 kewenangan yang sebelumnya ada di Kementerian BUMN ke manajemen BUMN. “Ini pengurangan birokrasi administrasi yang konkret,” ujarnya di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (25/10) lalu.
Menurut Dahlan, pendelegasian 18 kewenangan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi proses administrasi birokrasi antara Kementerian BUMN dan perusahaan pelat merah. “Dengan begitu, aksi korporasi akan lebih lancar,” katanya.
Apa saja 18 administrasi yang dipangkas tersebut? Dahlan mengatakan tidak hafal satu per satu dan meminta wartawan untuk menanyakan detilnya pada Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin.
Dikonfirmasi Jawa Pos (Batam Pos Group), Yasin mengatakan, beberapa proses birokrasi yang akan didelegasikan ke direksi dan komisaris BUMN adalah semua aksi korporasi dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang sudah disetujui saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
“Antara lain penerbitan debt instrument (instrumen utang/obligasi, Red), pendayagunaan aset, dan lain-lain,” ujarnya.
Setiap awal tahun, BUMN mengajukan RKAP kepada Kementerian BUMN selaku pemegang saham. RKAP tersebut kemudian dibahas, difinalisasi, dan disetujui saat RUPS. Namun, pada kenyataannya, selama ini seringkali BUMN harus kembali menghadap Kementerian BUMN ketika akan melakukan aksi korporasi yang sebenarnya sudah disetujui ketika RUPS.
Langkah memangkas birokrasi ini menjadi jalan untuk mengurangi lalu lintas surat dan laporan antara Kementerian BUMN dan manajemen BUMN hingga 50 persen. “Itu target dalam tiga bulan ke depan,” kata Dahlan usai dilantik.
Pemangkasan birokrasi ini juga menjadi harapan para direksi BUMN. Diantaranya, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Fazwar Bujang yang sempat mengatakan bahwa pengelolaan bisnis harus didukung dengan kultur enterpreneur yang membutuhkan gerak cepat dalam pengambilan keputusan dan aksi korporasi. “Memang, BUMN akan matching bila dikelola secara bisnis,” ujarnya.
BUMN Merugi
Bagaimana dengan BUMN yang sakit atau yang bermasalah? Dahlan dalam mengatakan, pihaknya sudah memutuskan untuk mengambil tindakan cepat kepada tujuh BUMN yang sudah hampir mati karena terus merugi. “Dalam waktu singkat, ini harus selesai,” tegasnya.
Saat ini beberapa BUMN yang tengah dicoba disehatkan secara intensif oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) adalah PT Energy Management Indonesia (EMI), PT Balai Pustaka, Perum Produksi Film Negara (PFN), PT Nindya Karya, PT Sarana Karya, PT Istaka Karya, PT Survei Udara Penas, dan PT Primissima (BUMN industri tekstil).
Dahlan menyebut BUMN yang terus merugi sebagai BUMN duafa. Dia akan mengarahkan agar BUMN duafa bermetamorfosis. “Jadi, mereka ganti bidang usaha boleh, mau ganti nama juga boleh. Yang penting, PT-nya tetap dan bisa survive (bertahan, Red),” terangnya.
Dahlan menyatakan, salah satu skema restrukturisasi untuk segera membereskan BUMN sakit tersebut adalah melalui pengambilalihan oleh BUMN lain. “Nanti, dua perusahaan akan diambil Adhi Karya, satu lagi diambil PT Angkasa Pura I, dan satu diambil PT PP (Pembangunan Perumahan),” bebernya.
Data Kementerian BUMN menunjukkan, pada 2009, PT EMI tercatat menanggung rugi Rp 3,03 miliar, Balai Pustaka rugi Rp 66,67 miliar, Perum PFN Rp 1,29 miliar, dan Primissima Rp 5,54 miliar. Kemudian, pada 2010, Nindya Karya mencatat rugi Rp 6,42 miliar dan Sarana Karya Rp 3,49 miliar.
Sementara itu, secara keseluruhan, jumlah BUMN yang rugi terus berkurang. Pada 2008, tercatat masih ada 30 BUMN dengan akumulasi kerugian Rp 14,31 triliun. Pada 2009, jumlah BUMN rugi turun menjadi 24 dengan akumulasi kerugian Rp 1,69 triliun. Sedangkan pada 2010, BUMN yang rugi 18 dengan akumulasi kerugian Rp 1,29 triliun. Untuk 2011, datanya tengah dikonsolidasikan.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, dalam restrukturisasi, salah satu jalan yang ditempuh adalah merombak manajemen. “Untuk BUMN rugi, bukan hanya direksi dan komisaris yang dirombak, tapi juga business plan (rencana bisnis) dan business culture (budaya bisnis)-nya,” jelasnya.
Menurut Hatta, restrukturisasi harus dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya sepotong-sepotong dengan mengganti manajemen. “Karena itu, semua aspek harus dievaluasi,” tuturnya. (owi/c3/kim/jpnn)
BUMN Siapkan Skuadron Penangkap Ikan
Pemerintah terus berupaya mengembangkan potensi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kali ini, Kementerian BUMN siap membesarkan BUMN-BUMN kecil yang sebenarnya memiliki potensi besar, salah satunya adalah PT Perikanan Nusantara.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, pihaknya kini tengah mengeksplorasi potensi besar sektor perikanan melalui PT Perikanan Nusantara. “BUMN ini akan membentuk skuadron-skuadron kapal penangkap ikan,” ujarnya di Kantor Kementerian BUMN kemarin (4/11).
Menurut Dahlan, dia meminjam istilah skuadron untuk menggambarkan armada 18 kapal penangkap ikan yang akan segera dibeli oleh PT Perikanan Nusantara. “18 kapal itu akan ditempatkan di tiga lokasi, Sorong, Ambon, dan Bitung,” katanya.
Dari 18 kapal tersebut, PT Perikanan Nusantara menargetkan mampu mencapai target produksi 1.000 ton ikan per tahun.
“Itu masih kecil. Tapi, untuk tahap awal sudah sangat bagus, tinggal diperbesar,” katanya.
Dahlan menyebut, BUMN perikanan itu nanti juga akan memulai program Go West. Dalam program tersebut, PT Perikanan Nusantara yang banyak beroperasi di wilayah Indonesia Timur yang kaya sumber daya ikan, akan memasok ikan hasil tangkapannya ke wilayah Indonesia Barat. “Khususnya Jawa,” ucapnya.
Bagaimana dengan kebutuhan modal” Dahlan mengatakan, dulu PT Perikanan Nusantara memang BUMN rugi, tapi sekarang kinerjanya sudah membaik. “Untuk pengadaan kapal butuh Rp 300 miliar. Itu kami hitung bankable (memenuhi syarat mendapatkan kredit bank),” ujarnya.
Data Kementerian BUMN menunjukkan, pada 2008 PT Perikanan Nusantara tercatat masih menderita kerugian Rp 2,36 miliar dan pada 2009 kerugiannya bertambah menjadi Rp 2,61 miliar. Namun, pada 2010, PT Perikanan Nusantara ini sudah keluar dari kelompok BUMN rugi.
BUMN lain yang akan dibesarkan adalah Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan. Dahlan mengatakan, saat ini, BUMN tersebut tengah menyiapkan dana Rp 100 miliar untuk investasi, salah satunya pembangunan dok kapal nelayan di Muara Baru, Jakarta. “Mereka (direksi) jitu membidik bisnis yang prospektif, yakni khusus melayani perbaikan kapal nelayan,” katanya.
Menurut Dahlan, potensi bisnis perbaikan kapal nelayan sangat besar. Saat ini, minimnya sarana dok membuat kapal nelayan harus antri 4 bulan untuk diperbaiki. “Dengan tambahan Rp 20 miliar, mereka akan punya fasilitas memadai untuk perbaikan kapal nelayan,” ucapnya.
Selain itu, Pelabuhan Perikanan juga akan membangun 2 cold storage untuk menampung ikan hasil tangkapan nelayan di Muara Baru (Jakarta) dan Tuban (Jatim). “Tapi, yang besar akan dibangun di Muara Baru,” katanya. (owi/jpnn)
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak mau setengah-setengah melakukan efisiensi restrukturisasi BUMN. Karena itu, setelah 7 BUMN siap diakuisisi, BUMN rugi lainnya antre masuk program akuisisi.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, setelah proses akuisisi 7 BUMN rugi oleh 6 BUMN sehat selesai, maka akan dilanjutkan dengan akuisisi 8 BUMN lain yang kondisi keuangannya buruk. “Setelah (proses akuisisi) tahap pertama selesai, nanti ada delapan (BUMN) menyusul,” ujarnya di Kantor Kementerian BUMN akhir pekan lalu.
Sebagaimana diketahui, dalam proses akuisisi tahap pertama, 6 BUMN sehat akan mengakuisisi atau mengambil alih 7 BUMN sakit. Pertama, Perum Produksi Film Negara (PFN) akan diambil alih oleh PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Kedua, PT Pradnya Paramita (BUMN penerbit buku) akan diambil alih oleh PT Telkom Tbk (TLKM), setelah dimerger dengan PT Balai Pustaka. Ketiga, PT Balai Pustaka diambil alih PT Telkom.
Keempat, PT Energi Manajemen Indonesia (EMI) akan diambil alih oleh PT Surveyor Indonesia. Kelima, PT Survey Udara Penas akan diambil alih oleh PT Angkasa Pura I. Keenam, PT Industri Sandang diambil alih oleh PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).
Ketujuh, PT Sarana Karya (BUMN sektor konstruksi) diambil alih PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), setelah menyelesaikan urusannya dengan PT Timah. Proses akuisisi 7 BUMN yang oleh Dahlan disebut BUMN Dhuafa ini ditargetkan selesai paling lambat dua bulan.
Dahlan mengatakan, selain upaya restrukturisasi BUMN rugi, akuisisi juga menjadi opsi bagi BUMN yang ingin memiliki anak usaha. “Daripada mereka bikin anak usaha baru, lebih baik ambil perusahaan yang sudah ada. Kan selama ini ada kritik juga kalau BUMN terlalu sering bikin anak perusahahaan,” katanya.
Lalu, BUMN apa saja yang masuk program akuisisi tahap kedua? Menurut Dahlan, mereka adalah BUMN yang bisnisnya terus merugi, sehingga akan sulit bertahan jika tidak diambil alih manajemen baru. “Kalau soal BUMN nya (yang masuk program akuisisi tahap ke dua), masih dimatangkan,” ucapnya.
Sebagai gambaran, selain 7 BUMN rugi yang sudah masuk program akuisisi tahap pertama, masih ada beberapa BUMN rugi yang siap direstrukturisasi, di antaranya adalah PT Primissima (produsen tekstil), PT Industri Gelas (Iglas), PT Kertas Leces, PT Kertas Kraft Aceh (KKA), PT Indah Karya, PT Kimia, PT Boma Bisma Indra (manufaktur alat industri dan manajemen proyek), PT Varuna Tirta Prakarsya (manajemen proyek migas dan jasa ekspor), dan beberapa BUMN kecil lain.
Saat ini, sebagian besar BUMN tersebut berada dalam penanganan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), sebuah BUMN yang ditugasi pemerintah merestrukturisasi BUMN-BUMN rugi.
Dahlan mengatakan, setelah proses akuisisi selesai, BUMN sehat yang menjadi manajemen baru, bisa meresrukturisasi ataupun mengubah bisnis BUMN yang telah diakuisisinya. “BUMN dhuafa ini diarahkan agar bermetamorfosis. Jadi, mereka ganti bidang usaha boleh, mau ganti nama juga boleh, yang penting PT nya bisa survive (bertahan, Red),” katanya.
Dahlan mencontohkan rencana akuisisi PT Balai Pustaka oleh PT Telkom. Saat ini, Balai Pustaka yang core business nya adalah penerbit buku, nanti akan dimodifikasi oleh Telkom untuk tidak menjadi penerbit buku saja, namun juga menjadi penyedia layanan aplikasi content berbasis teknologi informasi seperti e-book atau electronic book misalnya. “Jadi, bisnisnya bisa dimodifikasi sesuai strategi BUMN yang mengakuisisi,” ujarnya.
Dahlan menegaskan, tidak ada paksaan bagi BUMN besar untuk mengakuisisi BUMN-BUMN sakit. Sehingga, proses akuisisi tetap dilakukan berdasarkan rencana strategi bisnis perseroan. “Lagipula, BUMN sudah punya inisiatif sendiri (untuk mengakuisisi), kami (Kementerian BUMN, Red) memfasilitasi dan menghubungkan saja,” katanya.
Karena itu, lanjut Dahlan, jika misalnya ada BUMN sakit yang utangnya lebih besar daripada asetnya, maka bisa saja BUMN sehat tidak jadi mengakuisisinya. “Tapi, bisa saja, meski asetnya kecil dari utangnya, tapi aset itu prospektif untuk bisnis, maka tetap bisa diakuisisi,” ucapnya.
Sementara itu, kemarin (6/11) Dahlan Iskan bertemu jajaran direksi PT Kertas Leces (PTKL) Persero di Probolinggo, Jawa Timur. Rapat itu menghasilkan beberapa keputusan. Di antaranya, perusahaan kertas tersebut akan berfokus pada dua jenis produksi saja. Yakni, kertas tisu dan security paper untuk surat-surat berharga.
“Leces akan all-out di situ. Tidak terlalu berat dan bisa dikerjakan,” kata mantan CEO PLN tersebut yang kemarin bertolak ke Surabaya dengan kereta api ekonomi Sri Tanjung.
Dengan keputusan tersebut, perhatian manajemen akan terfokus pada dua jenis produksi. “Dari situ, income sudah bisa didapat. Minimal bisa untuk gaji karyawan,” terangnya.
Meski begitu, keputusan tersebut belum bisa segera dilaksanakan karena masih menunggu selesainya pembangunan boiler batu bara. Proyek yang dikerjakan dengan dana PMN (penyertaan modal negara) 2007 senilai Rp 175 miliar tersebut direncanakan tuntas pada Januari 2012.
Menurut Dahlan, kebijakan pengurangan jenis produksi itu juga positif pada beberapa hal. Di antaranya, listrik. “Listrik akan lebih dari 30 megawatt. Itu akan dijual ke PLN,” jelasnya. “Daripada dipakai sendiri tak dapat untung,” lanjutnya.
Manfaat lainnya, PT KL akan kelebihan bahan baku kertas. Kelebihan itu rencananya dijadikan bahan baku kertas berupa pulp. “Pulp-nya nanti dijual,” kata mantan CEO Jawa Pos tersebut.
Nah, dengan hanya berfokus pada dua jenis produksi tersebut, PT KL akan mendapat beberapa keuntungan sekaligus. Di antaranya, keuntungan dari menjual kertas, listrik, serta pulp.
eputusan itu sementara akan dijalankan selama satu periode. Jika nanti berjalan lancar, Dahlan mengizinkan PT KL memproduksi jenis kertas lain. Dia menjelaskan, satu periode yang dimaksud itu adalah periode kemantapan. Hal tersebut bisa berlangsung selama setahun, bahkan tiga tahun ke depan.
Dia mengakui, kondisi PT KL memang cukup akut. Setidaknya, hal itu terlihat dari ketidakmampuan perusahaan membayar gaji karyawan. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya masalah lain. “Kalau gaji tidak kuat, berarti utang tidak bisa bayar. Kalau gaji tidak kuat, bank tidak percaya. Kalau gaji tidak kuat, supplier tidak percaya,” tegas Dahlan merunut masalah yang dihadapi PT KL.
Tentang rencana penggelontoran PMN 2012 senilai Rp 200 miliar kepada PT KL, Dahlan menyatakan dana tersebut belum tentu bisa cair. Alasannya, untuk menerima PMN, BUMN bersangkutan harus menyerahkan surat pertanggungjawaban modal yang diterima sebelumnya.
PT KL memang pernah mendapat Rp 175 miliar pada 2007. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan proyek boiler batu bara yang hingga kini belum juga rampung.
Ditemui di tempat terpisah, Sekretaris PT KL Abdul Haris menyatakan, dengan keputusan tersebut, akan ada dua jenis mesin pabrik yang beroperasi. Yakni, mesin paper security dan mesin kertas tisu. Bagaimana tiga mesin tersisa yang dimiliki PTKL? “Puasa dulu biar tidak syirik,” ujarnya.
Dari pantauan Radar Bromo (Batam Pos Group), sebelum rapat bersama jajaran direksi PT KL, Dahlan menunaikan salat Idul Adha di Masjid Ar-Rahmah di kompleks perumahan PT KL. Saat memberikan sambutan sebelum salat, penulis buku Ganti Hati tersebut mengungkapkan maksud kedatangannya. Yakni, ingin lebih menghayati dan memikirkan kondisi perusahaan pelat merah yang kini banyak masalah tersebut.
Dahlan tiba sekitar pukul 22.00 pada Sabtu (5/11). Sejatinya, sang menteri berencana datang pada Minggu (6/11) sekitar pukul 04.00 dari Surabaya. Namun, rencana tersebut akhirnya dimajukan. “Leces ini pabrik yang luas. Tapi, luasnya pabrik lebih kecil dibanding besarnya masalah,” katanya disambut suara riuh jamaah salat Idul Adha di Masjid Ar-Rahmah.
Soal rencana manajemen PT KL mendirikan pabrik gula (PG) di area pabrik kertas juga disambut baik oleh Dahlan. . “Tapi, biarkan dikelola ahlinya, bukan PT KL,” katanya.
Sebelumnya, proses akuisisi BUMN oleh BUMN lain sudah dipelopori oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengakuisisi BUMN pelayaran PT Bahtera Adi Guna (BAG) pada awal Agustus lalu. Saat ini, BAG dimanfaatkan PLN untuk mengangkut batu bara ke pembangkit-pembangkit listrik PLN.
Namun, PG tersebut tidak boleh dikelola PT KL. “Saya izinkan di sini ada PG. “Tapi, biarkan dikelola ahlinya, bukan PT KL,” katanya.
Karena itu, meski diperbolehkan, pendirian PG baru di area perusahaan kertas tertua kedua tersebut tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. “Bukan untuk Leces, tapi lebih pada kepentingan rakyat,” tegas Dahlan.
Karena alasan itu pula, dia mempersilakan lahan PTKL dimanfaatkan untuk membangun PG yang dimaksud. “Tanah telantar tidak boleh. Daerah tidak berkembang tidak boleh. Negeri tidak berkembang karena kurang gula tidak boleh,” katanya.
Diketahui, PT KL memang berencana membangun PG baru di areal perusahaan. PG baru itu dibangun dengan model terintegrasi di pabrik kertas yang telah ada yang disebut Agro Industri Complex. Dengan model tersebut, ampas tebu sisa penggilingan (bagasse) bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Untuk realisasi rencana itu, PTKL sempat menjalin komunikasi dengan PTPN XI.
Terkait dengan lahan yang dibutuhkan untuk menanam tebu, PT KL didukung Bupati Hasan Aminuddin. Orang nomor satu di Kabupaten Probolinggo tersebut bahkan sempat menjanjikan 43 ribu hektare lahan tidur untuk ditanami tebu. Lahan itu tersebar di 24 kecamatan di Kabupaten Probolinggo.
Sebelumnya, proses akuisisi BUMN oleh BUMN lain sudah dipelopori oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengakuisisi BUMN pelayaran PT Bahtera Adi Guna (BAG) pada awal Agustus lalu. Saat ini, BAG dimanfaatkan PLN untuk mengangkut batu bara ke pembangkit-pembangkit listrik PLN. (qb/aad/jpnn/c5/iro)
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, berdasar kuesioner yang disebar kepada manajemen 14 BUMN karya (sektor konstruksi), mereka mengakui bahwa proses tender proyek belum bersih. “Sekitar 50 persen mengaku (tender) masih pakai cara diatur (kongkalikong, Red),” ujarnya di Jakarta kemarin (21/11).
Menurut Dahlan, dalam hal kongkalikong tender tersebut, BUMN karya sebagai peserta tender tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Sebab, permainan dalam proses tender lebih dipengaruhi oleh pemilik proyek.
Dahlan menyebut, selain proyek-proyek Kementerian, BUMN karya juga menggarap proyek-proyek BUMN lain, seperti PT PLN, PT Jasa Marga, PT Pertamina Persero, PT Pelindo, dan sebagainya.
Khusus untuk proyek-proyek di Kementerian, Dahlan memberi catatan tersendiri. Sebab, manajemen BUMN karya mengakui ada beberapa Kementerian yang relatif belum bersih dalam proses tender. “Hasilnya tidak bisa saya sebutkan, saya harus bicara dengan menteri yang bersangkutan untuk mencari jalan keluar supaya tender-tender ke depan bisa lebih baik dan bersih,” terangnya.
Dahlan mengatakan, kenyataan belum bersihnya tender tersebut akan menjadi bahan penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh. “Kita kan tidak sekadar menegur. Sebab, kalau menegur saja tak cukup. Kita akan dicari jalan keluarnya. Misalnya, bagaimana menyusun dokumen tender, bagaimana menghitung rumusan di dalam tender. Pokoknya, kita bantu mereka untuk mencari solusinya,” paparnya.
Sementara itu, dari sisi bisnis, pangsa pasar BUMN karya dalam bisnis konstruksi nasional masih minim. Saat ini, proyek-proyek konstruksi di tanah air masih dikuasai kontraktor asing dengan pangsa pasar 70 persen, disusul kontraktor swasta nasional 20 persen. Sedangkan porsi BUMN hanya 10 persen. “Ini memprihatinkan sekali,” ujar Dahlan.
Komposisi pangsa pasar BUMN di sektor konstruksi adalah PT Adhi Karya sekitar 3 persen, lalu PT Wijaya Karya 2,75 persen, dan PT Pembangunan Perumahan sekitar 2,5 persen. “Karena itu, kita akan terus dorong agar BUMN karya bisa merebut kue proyek nasional,” katanya. (owi/iro/jpnn)
Tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) rupanya masih menjadi titik lemah di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ini tercermin dari proses tender yang masih tercemar kolusi atau kongkalikong.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, pihaknya kini tengah mengeksplorasi potensi besar sektor perikanan melalui PT Perikanan Nusantara. “BUMN ini akan membentuk skuadron-skuadron kapal penangkap ikan,” ujarnya di Kantor Kementerian BUMN kemarin (4/11).
Menurut Dahlan, dia meminjam istilah skuadron untuk menggambarkan armada 18 kapal penangkap ikan yang akan segera dibeli oleh PT Perikanan Nusantara. “18 kapal itu akan ditempatkan di tiga lokasi, Sorong, Ambon, dan Bitung,” katanya.
Dari 18 kapal tersebut, PT Perikanan Nusantara menargetkan mampu mencapai target produksi 1.000 ton ikan per tahun.
“Itu masih kecil. Tapi, untuk tahap awal sudah sangat bagus, tinggal diperbesar,” katanya.
Dahlan menyebut, BUMN perikanan itu nanti juga akan memulai program Go West. Dalam program tersebut, PT Perikanan Nusantara yang banyak beroperasi di wilayah Indonesia Timur yang kaya sumber daya ikan, akan memasok ikan hasil tangkapannya ke wilayah Indonesia Barat. “Khususnya Jawa,” ucapnya.
Bagaimana dengan kebutuhan modal” Dahlan mengatakan, dulu PT Perikanan Nusantara memang BUMN rugi, tapi sekarang kinerjanya sudah membaik. “Untuk pengadaan kapal butuh Rp 300 miliar. Itu kami hitung bankable (memenuhi syarat mendapatkan kredit bank),” ujarnya.
Data Kementerian BUMN menunjukkan, pada 2008 PT Perikanan Nusantara tercatat masih menderita kerugian Rp 2,36 miliar dan pada 2009 kerugiannya bertambah menjadi Rp 2,61 miliar. Namun, pada 2010, PT Perikanan Nusantara ini sudah keluar dari kelompok BUMN rugi.
BUMN lain yang akan dibesarkan adalah Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan. Dahlan mengatakan, saat ini, BUMN tersebut tengah menyiapkan dana Rp 100 miliar untuk investasi, salah satunya pembangunan dok kapal nelayan di Muara Baru, Jakarta. “Mereka (direksi) jitu membidik bisnis yang prospektif, yakni khusus melayani perbaikan kapal nelayan,” katanya.
Menurut Dahlan, potensi bisnis perbaikan kapal nelayan sangat besar. Saat ini, minimnya sarana dok membuat kapal nelayan harus antri 4 bulan untuk diperbaiki. “Dengan tambahan Rp 20 miliar, mereka akan punya fasilitas memadai untuk perbaikan kapal nelayan,” ucapnya.
Selain itu, Pelabuhan Perikanan juga akan membangun 2 cold storage untuk menampung ikan hasil tangkapan nelayan di Muara Baru (Jakarta) dan Tuban (Jatim). “Tapi, yang besar akan dibangun di Muara Baru,” katanya. (owi/jpnn)
8 BUMN Rugi, Diakuisisi
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak mau setengah-setengah melakukan efisiensi restrukturisasi BUMN. Karena itu, setelah 7 BUMN siap diakuisisi, BUMN rugi lainnya antre masuk program akuisisi.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, setelah proses akuisisi 7 BUMN rugi oleh 6 BUMN sehat selesai, maka akan dilanjutkan dengan akuisisi 8 BUMN lain yang kondisi keuangannya buruk. “Setelah (proses akuisisi) tahap pertama selesai, nanti ada delapan (BUMN) menyusul,” ujarnya di Kantor Kementerian BUMN akhir pekan lalu.
Sebagaimana diketahui, dalam proses akuisisi tahap pertama, 6 BUMN sehat akan mengakuisisi atau mengambil alih 7 BUMN sakit. Pertama, Perum Produksi Film Negara (PFN) akan diambil alih oleh PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Kedua, PT Pradnya Paramita (BUMN penerbit buku) akan diambil alih oleh PT Telkom Tbk (TLKM), setelah dimerger dengan PT Balai Pustaka. Ketiga, PT Balai Pustaka diambil alih PT Telkom.
Keempat, PT Energi Manajemen Indonesia (EMI) akan diambil alih oleh PT Surveyor Indonesia. Kelima, PT Survey Udara Penas akan diambil alih oleh PT Angkasa Pura I. Keenam, PT Industri Sandang diambil alih oleh PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).
Ketujuh, PT Sarana Karya (BUMN sektor konstruksi) diambil alih PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), setelah menyelesaikan urusannya dengan PT Timah. Proses akuisisi 7 BUMN yang oleh Dahlan disebut BUMN Dhuafa ini ditargetkan selesai paling lambat dua bulan.
Dahlan mengatakan, selain upaya restrukturisasi BUMN rugi, akuisisi juga menjadi opsi bagi BUMN yang ingin memiliki anak usaha. “Daripada mereka bikin anak usaha baru, lebih baik ambil perusahaan yang sudah ada. Kan selama ini ada kritik juga kalau BUMN terlalu sering bikin anak perusahahaan,” katanya.
Lalu, BUMN apa saja yang masuk program akuisisi tahap kedua? Menurut Dahlan, mereka adalah BUMN yang bisnisnya terus merugi, sehingga akan sulit bertahan jika tidak diambil alih manajemen baru. “Kalau soal BUMN nya (yang masuk program akuisisi tahap ke dua), masih dimatangkan,” ucapnya.
Sebagai gambaran, selain 7 BUMN rugi yang sudah masuk program akuisisi tahap pertama, masih ada beberapa BUMN rugi yang siap direstrukturisasi, di antaranya adalah PT Primissima (produsen tekstil), PT Industri Gelas (Iglas), PT Kertas Leces, PT Kertas Kraft Aceh (KKA), PT Indah Karya, PT Kimia, PT Boma Bisma Indra (manufaktur alat industri dan manajemen proyek), PT Varuna Tirta Prakarsya (manajemen proyek migas dan jasa ekspor), dan beberapa BUMN kecil lain.
Saat ini, sebagian besar BUMN tersebut berada dalam penanganan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), sebuah BUMN yang ditugasi pemerintah merestrukturisasi BUMN-BUMN rugi.
Dahlan mengatakan, setelah proses akuisisi selesai, BUMN sehat yang menjadi manajemen baru, bisa meresrukturisasi ataupun mengubah bisnis BUMN yang telah diakuisisinya. “BUMN dhuafa ini diarahkan agar bermetamorfosis. Jadi, mereka ganti bidang usaha boleh, mau ganti nama juga boleh, yang penting PT nya bisa survive (bertahan, Red),” katanya.
Dahlan mencontohkan rencana akuisisi PT Balai Pustaka oleh PT Telkom. Saat ini, Balai Pustaka yang core business nya adalah penerbit buku, nanti akan dimodifikasi oleh Telkom untuk tidak menjadi penerbit buku saja, namun juga menjadi penyedia layanan aplikasi content berbasis teknologi informasi seperti e-book atau electronic book misalnya. “Jadi, bisnisnya bisa dimodifikasi sesuai strategi BUMN yang mengakuisisi,” ujarnya.
Dahlan menegaskan, tidak ada paksaan bagi BUMN besar untuk mengakuisisi BUMN-BUMN sakit. Sehingga, proses akuisisi tetap dilakukan berdasarkan rencana strategi bisnis perseroan. “Lagipula, BUMN sudah punya inisiatif sendiri (untuk mengakuisisi), kami (Kementerian BUMN, Red) memfasilitasi dan menghubungkan saja,” katanya.
Karena itu, lanjut Dahlan, jika misalnya ada BUMN sakit yang utangnya lebih besar daripada asetnya, maka bisa saja BUMN sehat tidak jadi mengakuisisinya. “Tapi, bisa saja, meski asetnya kecil dari utangnya, tapi aset itu prospektif untuk bisnis, maka tetap bisa diakuisisi,” ucapnya.
Sementara itu, kemarin (6/11) Dahlan Iskan bertemu jajaran direksi PT Kertas Leces (PTKL) Persero di Probolinggo, Jawa Timur. Rapat itu menghasilkan beberapa keputusan. Di antaranya, perusahaan kertas tersebut akan berfokus pada dua jenis produksi saja. Yakni, kertas tisu dan security paper untuk surat-surat berharga.
“Leces akan all-out di situ. Tidak terlalu berat dan bisa dikerjakan,” kata mantan CEO PLN tersebut yang kemarin bertolak ke Surabaya dengan kereta api ekonomi Sri Tanjung.
Dengan keputusan tersebut, perhatian manajemen akan terfokus pada dua jenis produksi. “Dari situ, income sudah bisa didapat. Minimal bisa untuk gaji karyawan,” terangnya.
Meski begitu, keputusan tersebut belum bisa segera dilaksanakan karena masih menunggu selesainya pembangunan boiler batu bara. Proyek yang dikerjakan dengan dana PMN (penyertaan modal negara) 2007 senilai Rp 175 miliar tersebut direncanakan tuntas pada Januari 2012.
Menurut Dahlan, kebijakan pengurangan jenis produksi itu juga positif pada beberapa hal. Di antaranya, listrik. “Listrik akan lebih dari 30 megawatt. Itu akan dijual ke PLN,” jelasnya. “Daripada dipakai sendiri tak dapat untung,” lanjutnya.
Manfaat lainnya, PT KL akan kelebihan bahan baku kertas. Kelebihan itu rencananya dijadikan bahan baku kertas berupa pulp. “Pulp-nya nanti dijual,” kata mantan CEO Jawa Pos tersebut.
Nah, dengan hanya berfokus pada dua jenis produksi tersebut, PT KL akan mendapat beberapa keuntungan sekaligus. Di antaranya, keuntungan dari menjual kertas, listrik, serta pulp.
eputusan itu sementara akan dijalankan selama satu periode. Jika nanti berjalan lancar, Dahlan mengizinkan PT KL memproduksi jenis kertas lain. Dia menjelaskan, satu periode yang dimaksud itu adalah periode kemantapan. Hal tersebut bisa berlangsung selama setahun, bahkan tiga tahun ke depan.
Dia mengakui, kondisi PT KL memang cukup akut. Setidaknya, hal itu terlihat dari ketidakmampuan perusahaan membayar gaji karyawan. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya masalah lain. “Kalau gaji tidak kuat, berarti utang tidak bisa bayar. Kalau gaji tidak kuat, bank tidak percaya. Kalau gaji tidak kuat, supplier tidak percaya,” tegas Dahlan merunut masalah yang dihadapi PT KL.
Tentang rencana penggelontoran PMN 2012 senilai Rp 200 miliar kepada PT KL, Dahlan menyatakan dana tersebut belum tentu bisa cair. Alasannya, untuk menerima PMN, BUMN bersangkutan harus menyerahkan surat pertanggungjawaban modal yang diterima sebelumnya.
PT KL memang pernah mendapat Rp 175 miliar pada 2007. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan proyek boiler batu bara yang hingga kini belum juga rampung.
Ditemui di tempat terpisah, Sekretaris PT KL Abdul Haris menyatakan, dengan keputusan tersebut, akan ada dua jenis mesin pabrik yang beroperasi. Yakni, mesin paper security dan mesin kertas tisu. Bagaimana tiga mesin tersisa yang dimiliki PTKL? “Puasa dulu biar tidak syirik,” ujarnya.
Dari pantauan Radar Bromo (Batam Pos Group), sebelum rapat bersama jajaran direksi PT KL, Dahlan menunaikan salat Idul Adha di Masjid Ar-Rahmah di kompleks perumahan PT KL. Saat memberikan sambutan sebelum salat, penulis buku Ganti Hati tersebut mengungkapkan maksud kedatangannya. Yakni, ingin lebih menghayati dan memikirkan kondisi perusahaan pelat merah yang kini banyak masalah tersebut.
Dahlan tiba sekitar pukul 22.00 pada Sabtu (5/11). Sejatinya, sang menteri berencana datang pada Minggu (6/11) sekitar pukul 04.00 dari Surabaya. Namun, rencana tersebut akhirnya dimajukan. “Leces ini pabrik yang luas. Tapi, luasnya pabrik lebih kecil dibanding besarnya masalah,” katanya disambut suara riuh jamaah salat Idul Adha di Masjid Ar-Rahmah.
Soal rencana manajemen PT KL mendirikan pabrik gula (PG) di area pabrik kertas juga disambut baik oleh Dahlan. . “Tapi, biarkan dikelola ahlinya, bukan PT KL,” katanya.
Sebelumnya, proses akuisisi BUMN oleh BUMN lain sudah dipelopori oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengakuisisi BUMN pelayaran PT Bahtera Adi Guna (BAG) pada awal Agustus lalu. Saat ini, BAG dimanfaatkan PLN untuk mengangkut batu bara ke pembangkit-pembangkit listrik PLN.
Namun, PG tersebut tidak boleh dikelola PT KL. “Saya izinkan di sini ada PG. “Tapi, biarkan dikelola ahlinya, bukan PT KL,” katanya.
Karena itu, meski diperbolehkan, pendirian PG baru di area perusahaan kertas tertua kedua tersebut tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. “Bukan untuk Leces, tapi lebih pada kepentingan rakyat,” tegas Dahlan.
Karena alasan itu pula, dia mempersilakan lahan PTKL dimanfaatkan untuk membangun PG yang dimaksud. “Tanah telantar tidak boleh. Daerah tidak berkembang tidak boleh. Negeri tidak berkembang karena kurang gula tidak boleh,” katanya.
Diketahui, PT KL memang berencana membangun PG baru di areal perusahaan. PG baru itu dibangun dengan model terintegrasi di pabrik kertas yang telah ada yang disebut Agro Industri Complex. Dengan model tersebut, ampas tebu sisa penggilingan (bagasse) bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Untuk realisasi rencana itu, PTKL sempat menjalin komunikasi dengan PTPN XI.
Terkait dengan lahan yang dibutuhkan untuk menanam tebu, PT KL didukung Bupati Hasan Aminuddin. Orang nomor satu di Kabupaten Probolinggo tersebut bahkan sempat menjanjikan 43 ribu hektare lahan tidur untuk ditanami tebu. Lahan itu tersebar di 24 kecamatan di Kabupaten Probolinggo.
Sebelumnya, proses akuisisi BUMN oleh BUMN lain sudah dipelopori oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengakuisisi BUMN pelayaran PT Bahtera Adi Guna (BAG) pada awal Agustus lalu. Saat ini, BAG dimanfaatkan PLN untuk mengangkut batu bara ke pembangkit-pembangkit listrik PLN. (qb/aad/jpnn/c5/iro)
MenBUMN: Tender BUMN Belum Bersih
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, berdasar kuesioner yang disebar kepada manajemen 14 BUMN karya (sektor konstruksi), mereka mengakui bahwa proses tender proyek belum bersih. “Sekitar 50 persen mengaku (tender) masih pakai cara diatur (kongkalikong, Red),” ujarnya di Jakarta kemarin (21/11).
Menurut Dahlan, dalam hal kongkalikong tender tersebut, BUMN karya sebagai peserta tender tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Sebab, permainan dalam proses tender lebih dipengaruhi oleh pemilik proyek.
Dahlan menyebut, selain proyek-proyek Kementerian, BUMN karya juga menggarap proyek-proyek BUMN lain, seperti PT PLN, PT Jasa Marga, PT Pertamina Persero, PT Pelindo, dan sebagainya.
Khusus untuk proyek-proyek di Kementerian, Dahlan memberi catatan tersendiri. Sebab, manajemen BUMN karya mengakui ada beberapa Kementerian yang relatif belum bersih dalam proses tender. “Hasilnya tidak bisa saya sebutkan, saya harus bicara dengan menteri yang bersangkutan untuk mencari jalan keluar supaya tender-tender ke depan bisa lebih baik dan bersih,” terangnya.
Dahlan mengatakan, kenyataan belum bersihnya tender tersebut akan menjadi bahan penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh. “Kita kan tidak sekadar menegur. Sebab, kalau menegur saja tak cukup. Kita akan dicari jalan keluarnya. Misalnya, bagaimana menyusun dokumen tender, bagaimana menghitung rumusan di dalam tender. Pokoknya, kita bantu mereka untuk mencari solusinya,” paparnya.
Sementara itu, dari sisi bisnis, pangsa pasar BUMN karya dalam bisnis konstruksi nasional masih minim. Saat ini, proyek-proyek konstruksi di tanah air masih dikuasai kontraktor asing dengan pangsa pasar 70 persen, disusul kontraktor swasta nasional 20 persen. Sedangkan porsi BUMN hanya 10 persen. “Ini memprihatinkan sekali,” ujar Dahlan.
Komposisi pangsa pasar BUMN di sektor konstruksi adalah PT Adhi Karya sekitar 3 persen, lalu PT Wijaya Karya 2,75 persen, dan PT Pembangunan Perumahan sekitar 2,5 persen. “Karena itu, kita akan terus dorong agar BUMN karya bisa merebut kue proyek nasional,” katanya. (owi/iro/jpnn)
Menteri BUMN: Bos BUMN Penakut Silakan Mundur
Ajakan Dahlan Iskan agar para bos Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berlari kencang melalui pemangkasan birokrasi, rupanya belum bisa diikuti oleh pada Komisaris/Direksi perusahaan milik pemerintah itu. Mereka, banyak yang takut menjalankan kewenangan yang sudah diberikan tersebut.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, ketakutan itulah yang membuat puluhan kewenangan yang sudah didelegasikan kepada Komisaris/Direksi belum juga dilaksanakan. ”Kalau komisaris BUMN takut mengambil keputusan, lebih baik mengundurkan diri saja,” ujarnya di Jakarta kemarin (29/11).
Sebagaimana diketahui, pada 15 November lalu, Menteri BUMN mendelegasikan 38 kewenangannya kepada para komisaris dan direksi BUMN. Dari 38 kewenangan itu, 22 di antaranya didelegasikan kepada Sekretaris Menteri BUMN, Deputi Teknis, dan Deputi Bidang Resetrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN. Lalu, 14 kewenangan lain didelegasikan kepada Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas BUMN, dan 2 kewenangan didelegasikan kepada Dewan Direksi BUMN.
Namun, berdasar hasil evaluasi dalam rapat pimpinan Kementerian BUMN kemarin, ternyata kewenangan tersebut belum bisa dijalankan, khususnya oleh komisaris BUMN yang mendapat delegasi 14 kewenangan. ”Mereka takut mengambil keputusan karena tidak ada juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) nya,” kata Dahlan.
Padahal, lanjut dia, ketakutan tersebut tidak beralasan karena seharusnya komisaris bisa mengambil keputusan tanpa harus selalu meminta petunjuk dari Kementerian BUMN. ”Karena itu, kalau komisaris atau direksi masih takut mengambil keputusan, saya minta mereka berhenti saja. Masih banyak yang mau jadi komisaris dan direksi BUMN,” ujarnya enteng.
Menurut Dahlan, sepanjang keputusan yang diambil komisaris/direksi tidak mengandung unsur korupsi, maka mereka seharusnya tidak perlu takut dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Kejaksaan Agung. ”Saya terus kampanye ke BUMN. Intinya, Anda ini (komisaris dan direksi, red) korupsi nggak sih? Terima sesuatu nggak sih? Sepanjang tidak terima apa-apa, maka menurut pengalaman, tidak akan terjadi masalah,” katanya.
Selain itu, Dahlan juga menyoroti seringnya para komisaris BUMN mengeluarkan keputusan bersayap atau memberikan catatan dalam persetujuan. Akibatnya, direksi BUMN menjadi ragu-ragu untuk melakukan aksi korporasi. ”Dalam tiga bulan ke depan, akan ada surat edaran terkait hal ini. Kalau komisaris setuju ya setuju saya, tidak perlu dengan syarat, agar dia ikut bertanggung jawab,” ujarnya. (owi/nw/jpnn)
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, ketakutan itulah yang membuat puluhan kewenangan yang sudah didelegasikan kepada Komisaris/Direksi belum juga dilaksanakan. ”Kalau komisaris BUMN takut mengambil keputusan, lebih baik mengundurkan diri saja,” ujarnya di Jakarta kemarin (29/11).
Sebagaimana diketahui, pada 15 November lalu, Menteri BUMN mendelegasikan 38 kewenangannya kepada para komisaris dan direksi BUMN. Dari 38 kewenangan itu, 22 di antaranya didelegasikan kepada Sekretaris Menteri BUMN, Deputi Teknis, dan Deputi Bidang Resetrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN. Lalu, 14 kewenangan lain didelegasikan kepada Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas BUMN, dan 2 kewenangan didelegasikan kepada Dewan Direksi BUMN.
Namun, berdasar hasil evaluasi dalam rapat pimpinan Kementerian BUMN kemarin, ternyata kewenangan tersebut belum bisa dijalankan, khususnya oleh komisaris BUMN yang mendapat delegasi 14 kewenangan. ”Mereka takut mengambil keputusan karena tidak ada juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) nya,” kata Dahlan.
Padahal, lanjut dia, ketakutan tersebut tidak beralasan karena seharusnya komisaris bisa mengambil keputusan tanpa harus selalu meminta petunjuk dari Kementerian BUMN. ”Karena itu, kalau komisaris atau direksi masih takut mengambil keputusan, saya minta mereka berhenti saja. Masih banyak yang mau jadi komisaris dan direksi BUMN,” ujarnya enteng.
Menurut Dahlan, sepanjang keputusan yang diambil komisaris/direksi tidak mengandung unsur korupsi, maka mereka seharusnya tidak perlu takut dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Kejaksaan Agung. ”Saya terus kampanye ke BUMN. Intinya, Anda ini (komisaris dan direksi, red) korupsi nggak sih? Terima sesuatu nggak sih? Sepanjang tidak terima apa-apa, maka menurut pengalaman, tidak akan terjadi masalah,” katanya.
Selain itu, Dahlan juga menyoroti seringnya para komisaris BUMN mengeluarkan keputusan bersayap atau memberikan catatan dalam persetujuan. Akibatnya, direksi BUMN menjadi ragu-ragu untuk melakukan aksi korporasi. ”Dalam tiga bulan ke depan, akan ada surat edaran terkait hal ini. Kalau komisaris setuju ya setuju saya, tidak perlu dengan syarat, agar dia ikut bertanggung jawab,” ujarnya. (owi/nw/jpnn)
BNI, BUMN Paling Inovatif
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kerap diidentikkan sebagai korporasi yang tidak efisien dan miskin inovasi. Untuk itu, upaya mendorong inovasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus dilakukan. Salah satunya melalui penghargaan BUMN Inovasi Terbaik.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk berhasil terpilih sebagai best of the best atau BUMN Inovatif Terbaik. Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, inovasi sangat dibutuhkan untuk membuat BUMN bisa menjadi yang terbaik di bidangnya.
”Jangan kalah dengan swasta,” ujarnya dalam acara penghargaan di Hotel Four Seasons Jakarta tadi malam (1/12).
Ketua Dewan Juri M. Said Didu mengatakan, BUMN Award ini diberikan untuk mendorong inovasi dalam tubuh BUMN.
”Inovasi sangat penting untuk menghasilkan barang dan jasa terbaik,” ujarnya.
Selain Said, dewan juri lainnya adalah Tanri Abeng, Pandu Djajanto, Wahyu Hidayat, Bagus Rumbogo, Ilham Habibie, Mas Ahmad Daniri, Avanti Fontana, Aviliani, A. Fauzi, Syamsuddin Ch Haesy, Mahmud Husen, dan Hadi M Djuraid.
Selain penghargaan best of the best atau BUMN inovatif terbaik, total ada 12 kategori penghargaan yang diperebutkan oleh 69 BUMN yang berpartisipasi. Uniknya, pembacaan nominasi dan pemenang dilakukan seluruhnya oleh para srikandi BUMN, yakni para perempuan yang duduk di jajaran direksi BUMN.
11 penghargaan lainnya adalah Chief Executive Officer (CEO) atau Direktur Utama BUMN Inovatif Terbaik. Penghargaan untuk bos BUMN ini jatuh ke tangan Dirut PT Pelindo II R.J Lino. Posisi ke dua ditempati Dirut PT Angkasa Pura (AP) II Tommy Soetomo dan ke tiga Dirut PT Kereta Api Ingasius Jonan.
Selanjutnya, Inovasi Manajemen BUMN Terbaik yang jatuh ke tangan PT Pertamina. Lalu, Inovasi good corporate governance (GCG) BUMN Terbuka Terbaik kepada PT Bank Mandiri Tbk.
Kemudian, penghargaan Inovasi Produk Manufaktur BUMN Terbaik berhasil disabet oleh PT Pindad. Lalu, Inovasi Produk Agrikultur BUMN Terbaik berhasil diraih PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV.
Selanjutnya, penghargaan Inovasi Produk Jasa BUMN Terbaik jatuh kepada PT PLN. Lalu, Inovasi Pemasaran BUMN Terbaik berhasil disabet PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk.
Setelah itu, penghargaan Inovasi SDM BUMN Terbaik berhasil diraih PT Pupuk Kaltim. Lalu, penghargaan Inovasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN Terbaik disabet oleh PT BNI Tbk.
Kemudian, penghargaan Inovasi Pelayanan Publik BUMN Terbaik diraih oleh PT PLN. Lalu, penghargaan Inovasi Strategi Bisnis Global BUMN Terbaik jatuh ke PT Biofarma. Selanjutnya, penghargaan Inovasi Teknologi BUMN Terbaik berhasil disabet oleh PT Biofarma. (jpnn)
PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk berhasil terpilih sebagai best of the best atau BUMN Inovatif Terbaik. Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, inovasi sangat dibutuhkan untuk membuat BUMN bisa menjadi yang terbaik di bidangnya.
”Jangan kalah dengan swasta,” ujarnya dalam acara penghargaan di Hotel Four Seasons Jakarta tadi malam (1/12).
Ketua Dewan Juri M. Said Didu mengatakan, BUMN Award ini diberikan untuk mendorong inovasi dalam tubuh BUMN.
”Inovasi sangat penting untuk menghasilkan barang dan jasa terbaik,” ujarnya.
Selain Said, dewan juri lainnya adalah Tanri Abeng, Pandu Djajanto, Wahyu Hidayat, Bagus Rumbogo, Ilham Habibie, Mas Ahmad Daniri, Avanti Fontana, Aviliani, A. Fauzi, Syamsuddin Ch Haesy, Mahmud Husen, dan Hadi M Djuraid.
Selain penghargaan best of the best atau BUMN inovatif terbaik, total ada 12 kategori penghargaan yang diperebutkan oleh 69 BUMN yang berpartisipasi. Uniknya, pembacaan nominasi dan pemenang dilakukan seluruhnya oleh para srikandi BUMN, yakni para perempuan yang duduk di jajaran direksi BUMN.
11 penghargaan lainnya adalah Chief Executive Officer (CEO) atau Direktur Utama BUMN Inovatif Terbaik. Penghargaan untuk bos BUMN ini jatuh ke tangan Dirut PT Pelindo II R.J Lino. Posisi ke dua ditempati Dirut PT Angkasa Pura (AP) II Tommy Soetomo dan ke tiga Dirut PT Kereta Api Ingasius Jonan.
Selanjutnya, Inovasi Manajemen BUMN Terbaik yang jatuh ke tangan PT Pertamina. Lalu, Inovasi good corporate governance (GCG) BUMN Terbuka Terbaik kepada PT Bank Mandiri Tbk.
Kemudian, penghargaan Inovasi Produk Manufaktur BUMN Terbaik berhasil disabet oleh PT Pindad. Lalu, Inovasi Produk Agrikultur BUMN Terbaik berhasil diraih PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV.
Selanjutnya, penghargaan Inovasi Produk Jasa BUMN Terbaik jatuh kepada PT PLN. Lalu, Inovasi Pemasaran BUMN Terbaik berhasil disabet PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk.
Setelah itu, penghargaan Inovasi SDM BUMN Terbaik berhasil diraih PT Pupuk Kaltim. Lalu, penghargaan Inovasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN Terbaik disabet oleh PT BNI Tbk.
Kemudian, penghargaan Inovasi Pelayanan Publik BUMN Terbaik diraih oleh PT PLN. Lalu, penghargaan Inovasi Strategi Bisnis Global BUMN Terbaik jatuh ke PT Biofarma. Selanjutnya, penghargaan Inovasi Teknologi BUMN Terbaik berhasil disabet oleh PT Biofarma. (jpnn)
Analisa The Straits Times; Harapan dari Dahlan Iskan
KORAN terbesar dan berpengaruh di Singapura The Straits Times (TST), Jumat (2/12) kemarin memberitakan satu analisa menarik tentang Menteri BUMN Dahlan Iskan.
“Untuk kalangan yang mengharapkan Indonesia menjadi baik, sosok Menteri Dahlan (Iskan, red) menawarkan harapan, bahwa sesuatu yang lebih baik akan datang,” tulis Bruce Gale, penulis senior TST dalam penutup analisa satu halamannya itu.
Bruce memulai tulisannya dengan situasi berlarut-larut menjelang perompakan kabinet akhir Oktober lalu. Pengamat menilai perombakan itu lebih banyak memenuhi kepentingan koalisi partai pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketimbang perubahan nyata yang memperbaiki kinerja para menteri.
Di luar dugaan, tulis Bruce, perombakan itu membawa satu hal yang menarik, yaitu penggantian Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Mustafa Abubakar kepada Dahlan Iskan. Menteri Mustafa menuai banyak kritik ketika tahun lalu mengeluarkan kebijaksaan yang tak mulus dalam penjualan saham Krakatau Steel, salah satu BUMN milik Indonesia.
Dahlan Iskan, kata Bruce, dikenal berhasil membawa reformasi besar-besaran di tubuh PT PLN, sejak dipercaya menjadi direktur utama-nya, tahun 2009. “ Di situ Dahlan menunjukkan kemampuan manajerialnya,” kata Bruce.
Tapi, bukan hanya itu kelebihan Dahlan. Pria 60-tahun ini berani tegas karena sudah cukup kaya dan sama sekali tak menunjukkan ambisi politik apa-apa. Alhasil, selama memimpin PLN Dahlan sama sekali tak bisa dipengaruhi oleh pengusaha dan politisi korup.
“Dahlan juga nyaman bekerja karena didukung oleh kekuatan potensial yaitu jaringan surat-kabar terbesar di Indonesia, yang ternyata ampuh mengatasi kendala ketika upaya reformasinya menghadapi kendala,” kata Bruce.
Pengetahuan dan pengalamannya dalam bisnis media membuat Dahlan sangat akrab dengan media. Media melaporkan Dahlan menangis ketika ia mengumumkan penunjukannya sebagai Menteri BUMN. Bruce mengutip kata-kata Dahlan saat itu: “Saya katakan kepada Presiden bahwa saya sedih meninggalkan PLN karena kawan-kawan di sana saya tahu sudah bekerja sangat keras.”
Komentar Dahlan itu, kata Bruce, bukanlah pernyataan normal jika dibandingkan para Menteri baru lainnya yang diangkat Presiden saat itu. Dahlan usai pelantikan menyetir sendiri mobil pribadi bersama istrinya dan ditumpangi oleh wakil menteri dan istrinya.
Kebiasaan Dahlan berangkat ke kantor berjalan kaki saat menjadi Dirut PLN, kegemarannya memakai sepatu sneaker ketimbang pantopel kulit hitam (meskipun di perhelatan resmi), juga ditandai oleh Bruce. “Itu diluar kelaziman figur nasional di Indonesia lainnya,” kata Bruce.
Dalam analisanya yang berjudul “Minister a Reformer Who Walk The Talk” mengutip analisa Agung Wicaksono, peneliti BUMN dari ITB. Agung mencatat keputusasaan orang melihat gaya hidup politisi di pusat kekuasaan Indonesia. “Dahlan orang yang mampu mendukung perkataannya dengan tindakan,” katanya.
Bruce menilai langkah awal Menteri Dahlan tepat, yaitu memangkas birorasi, memangkas rapat hingga 50 persen hingga akhir tahun ini. “Apa yang ingin saya lakukan pertama-tama adalah mengurangi campur tangan pemerintah di BUMN untuk memberi kebebasan dan otoritas kepada para direktur utamanya melakukan aksi-aksi korporasi,” kata Dahlan.
BUMN di Indonesia sudah lama dibebani oleh reputasi tak bagus: manajeman yang buruk dan kerap kali menjadi sapi perah politisi korup, dan selama bertahun-tahun sangat resisten terhadap perubahan ke arah yang lebih baik.
Bruce mencatat, ada sejumlah hal yang bisa menjadi kendala langkah Dahlan Iskan. Pertama, tak seperti saat di PLN, dimana ia punya otoritas yang luas, saat menjadi Menteri ia harus berkoordinasi dengan menteri lain untuk mencapai tujuannya. Penjualan aset, masuk ke bursa saham, misalnya, harus dengan persetujuan Menteri Keuangan. Mengutip sumber tertentu Bruce mengatakan selama di PLN Dahlan sering mengambil keputusan dengan sangat cepat, dan langkah tersebut kadang tak didukung oleh institusi negara lainnya.
Secara umum, Bruce mencatat, di bawah Presiden Yudoyono, Indonesia menjadi negara yang stabil kondisi makroekonominya, bisa menegakkan disiplin fiskal, dan pertumbuhan GDP yang kuat. Tetapi, untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, Indonesia memerlukan menteri yang mampu mewujudkan janji-janji reformasi, meningkatkan efektiviyas birokrasi dan melenyapkan korupsi. Harapan seperti itu, kata Bruce, bisa diharapkan dari sosok Menteri Dahlan Iskan. (hah)
Jawabnya: entahlah. Belum ada penelitian ilmiahnya. Yang ada barulah rumor. Persepsi. Anggapan.
Bagaimana kalau dibalik: tidak mungkinkah anggapan itu hanya cermin dari pepatah “rumput di halaman tetangga lebih hijau”. Atau bahkan lebih negatif lagi: sebagai kambing hitam. Yakni, sebuah kambing hitam untuk pembenaran dari kegagalan? Atau sebuah kambing hitam untuk sebuah ketidakmampuan?
Agar lebih fair, sebaiknya didengar juga suara-suara dari kalangan eksekutif swasta.
Mereka tentu bisa banyak bercerita. Misalnya, cerita betapa stresnya mengejar target dari sang pemilik perusahaan. Di sisi ini jelas menjadi eksekutif di swasta jauh lebih sulit. Bagi seorang eksekutif swasta yang tidak bisa mencapai target, hukumannya langsung di depan mata: diberhentikan. Bahkan, kalau lagi sial, yakni menghadapi pemilik perusahaan yang mulutnya kotor, seorang eksekutif swasta tidak ubahnya penghuni kebun binatang.
Di BUMN konsekuensi tidak mencapai target tidak ada. Menteri yang mewakili pemilik BUMN setidaknya tidak akan pernah mencaci maki eksekutifnya di depan umum.
Bagaimana dengan citra campur tangan yang tinggi di BUMN? Ini pun kelihatannya juga hanya kambing hitam. Di swasta campur tangan pemilik jauh lebih dalam. Katakanlah direksi BUMN mengeluh seringnya dipanggil DPR sebagai salah satu bentuk campur tangan. Tapi, saya lihat, pemanggilan oleh DPR itu tidak sampai memiliki konsekuensi seberat pemanggilan oleh pemilik perusahaan swasta. Apalagi, Komisi VI DPR yang membawahkan BUMN sangat proporsional. Tidak banyak yang aneh-aneh. Bahkan, salah satu anggota DPR di situ, Mumtaz Amin Rais, sudah seperti anggota parlemen dari Inggris. Kalau bertanya sangat singkat, padat, dan langsung pada pokok persoalan. Tidak sampai satu menit. Anggota yang lain juga tidak ada yang sampai menghujat tanpa alasan yang kuat. Jelaslah, campur tangan pemilik perusahaan swasta jauh lebih mendalam.
Di swasta juga sering ditemukan kenyataan ini: banyak pemilik perusahaan swasta yang maunya aneh-aneh. Kediktatoran mereka juga luar biasa! Sangat biasa pemilik perusahaan swasta memaksakan kehendaknya. Dengan demikian, cerita soal campur tangan pemilik, soal pemaksaan kehendak, dan soal kediktatoran pemilik di swasta jauh lebih besar daripada di BUMN.
Bagaimana dengan iklim korporasinya? Sebenarnya juga sama saja. Hanya berbeda nuansanya. Bukankah di swasta Anda juga sering terjepit oleh besarnya dominasi keluarga pemilik, apalagi kalau si pemilik akhirnya sudah punya anak dan anak itu tumbuh dewasa dan menghasilkan menantu-menantu.
Dengan demikian, tidak cukup kuat juga alasan bahwa menjadi eksekutif di BUMN itu lebih sulit karena iklim korporasinya kurang mendukung.
Bagaimana soal campur tangan politik? Memang ada anggapan campur tangan politik sangat menonjol di BUMN. Untuk soal ini pun saya meragukannya. Saya melihat campur tangan itu lebih banyak lantaran justru diundang oleh eksekutif itu sendiri. Di swasta pun kini akan tertular penyakit itu. Dengan banyaknya pemilik perusahaan swasta yang terjun ke politik, bisa jadi kerepotan eksekutif di swasta juga bertambah-tambah. Tidakkah Anda pusing menjadi eksekutif swasta yang pemiliknya berambisi terjun ke politik?
Maka, saya curiga orang-orang yang sering mengembuskan wacana bahwa menjadi eksekutif di BUMN itu sulit adalah orang-orang yang pada dasarnya memang tidak bisa bekerja. Di dunia ini alasan, dalih, kambing hitam, dan sebangsanya terlalu mudah dicari. Orang yang sering diberi nasihat atasannya, tapi gagal dalam melaksanakan pekerjaannya, dia akan cenderung beralasan, ”terlalu banyak dicampuri sih!”.
Sebaliknya, orang yang diberi kepercayaan penuh, tapi juga gagal,dia akan bilang, ”Tidak pernah ditengok sih!”.
Maka, pada akhirnya sebenarnya kembali ke who is he! Kalau dibilang menjadi direksi di BUMN itu sulit dan bekerja di swasta ternyata juga sulit, lalu di mana dong bekerja yang enak? Yang tidak sulit? Yang tidak repot? Yang tidak stres? Yang gajinya besar? Yang fasilitasnya baik? Yang bisa bermewah-mewah? Yang bisa semaunya?
Saya tidak bisa menjawab itu. Yang paling tepat menjawabnya adalah orang yang tingkatan hidupnya lebih tinggi dari saya. Bukan Rhenald Kasali atau Tanri Abeng atau Hermawan Kartajaya. Bukan Peter Drucker, bukan pula Jack Welch.
Yang paling tepat menjawab pertanyaan itu adalah seseorang yang lagi menikmati tidurnya yang pulas pada hari Senin pukul 10 pagi di bawah jembatan kereta api Manggarai dengan hanya beralaskan karton. Dialah seenak-enaknya orang.
Sebebas-bebasnya manusia. Tidak mikir utang, tidak mikir target, tidak mikir tanggung jawab. Orang seperti dialah yang barangkali justru heran melihat orang-orang yang sibuk!
Maksud saya: maka berhentilah mengeluh!
Maksud saya: tetapkanlah tekad! Mau jadi direksi BUMN atau mau di swasta. Atau mau, he he, memilih hidup yang paling nikmat itu!
Maksud saya: kalau pilihan sudah dijatuhkan, tinggallah kita fokus di pilihan itu. Sepenuh hati. Tidak ada pikiran lain kecuali bekerja, bekerja, bekerja!
Daripada mengeluh terus, berhentilah bekerja. Masih banyak orang lain yang mau bekerja. Masih banyak orang lain yang tanpa mengeluh bisa menunjukkan kemajuan!
Lihatlah direksi bank-bank BUMN itu. Mereka begitu majunya. Sama sekali tidak kalah dengan direksi bank swasta. Padahal, direksi bank BUMN itu terjepit antara peraturan birokrasi BUMN dan peraturan yang ketat dari bank sentral. Mana ada direksi yang dikontrol begitu ketat dari dua jurusan sekaligus melebihi direksi bank BUMN. Buktinya, bank-bank BUMN kita luar biasa.
Lihatlah pemilihan Marketeers of The Year yang sudah lima tahun dilaksanakan Marks Plus-nya Hermawan Kartajaya. Empat tahun berturut-turut Marketeers of The Year-nya adalah direksi BUMN! Swasta baru menang satu kali! Para Marketeers of The Year dari BUMN itu adalah tipe orang-orang yang tidak pandai mengeluh! Mereka adalah tipe orang yang bekerja, bekerja, bekerja!
Lihatlah tiga CEO BUMN yang minggu lalu terpilih sebagai CEO BUMN of The Year: R.J. Lino (Dirut Pelindo 2), Tommy Soetomo (Dirut Angkasapura 1), dan Ignasius Jonan (Dirut Kereta Api Indonesia). Mereka adalah orang-orang yang sambil mengeluh terus bekerja keras. Mereka terus menghasilkan prestasi dari sela-sela jepitan birokrasi dan peraturan. Bahkan, salah satu dari tiga orang itu terus bekerja keras sambil menahan sakitnya yang berat.
Lihat pulalah para direksi BUMN yang malam itu memenangi berbagai kategori inovasi di BUMN. Mereka adalah orang-orang andal yang mau mengabdi di BUMN.
Maaf, mungkin inilah untuk kali terakhir saya menggunakan kata “mengabdi di BUMN”. Setelah ini saya ingin menghapus istilah “mengabdi” itu. Istilah “mengabdi di BUMN” tidak lebih dari sebuah kemunafikan. Selalu ada udang di balik batu di balik istilah “mengabdi di BUMN” itu. Setiap ada pihak yang mengucapkan kata “mengabdi di BUMN”, pasti ada mau yang ingin dia sampaikan.
Banyak sekali mantan pejabat BUMN yang ingin terus memiliki rumah jabatan dengan alasan sudah puluhan tahun mengabdi di BUMN. Terlalu banyak orang BUMN yang memanfaatkan istilah mengabdi untuk tujuan-tujuan tersembunyi.
Barangkali memang sudah waktunya BUMN bukan lagi tempat mengabdi, dalam pengertian seperti itu. Kecuali mereka benar-benar mau bekerja keras di BUMN tanpa digaji! Sudah waktunya BUMN hanya sebagai tempat membuat prestasi. ***
Benarkah menjadi eksekutif di BUMN itu lebih sulit dibanding di swasta? Benarkah menjadi direksi di perusahaan negara itu lebih makan hati? Lebih tersiksa? Lebih terkungkung birokrasi? Lebih terbelit peraturan? Lebih tidak ada hope?
“Untuk kalangan yang mengharapkan Indonesia menjadi baik, sosok Menteri Dahlan (Iskan, red) menawarkan harapan, bahwa sesuatu yang lebih baik akan datang,” tulis Bruce Gale, penulis senior TST dalam penutup analisa satu halamannya itu.
Bruce memulai tulisannya dengan situasi berlarut-larut menjelang perompakan kabinet akhir Oktober lalu. Pengamat menilai perombakan itu lebih banyak memenuhi kepentingan koalisi partai pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketimbang perubahan nyata yang memperbaiki kinerja para menteri.
Di luar dugaan, tulis Bruce, perombakan itu membawa satu hal yang menarik, yaitu penggantian Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Mustafa Abubakar kepada Dahlan Iskan. Menteri Mustafa menuai banyak kritik ketika tahun lalu mengeluarkan kebijaksaan yang tak mulus dalam penjualan saham Krakatau Steel, salah satu BUMN milik Indonesia.
Dahlan Iskan, kata Bruce, dikenal berhasil membawa reformasi besar-besaran di tubuh PT PLN, sejak dipercaya menjadi direktur utama-nya, tahun 2009. “ Di situ Dahlan menunjukkan kemampuan manajerialnya,” kata Bruce.
Tapi, bukan hanya itu kelebihan Dahlan. Pria 60-tahun ini berani tegas karena sudah cukup kaya dan sama sekali tak menunjukkan ambisi politik apa-apa. Alhasil, selama memimpin PLN Dahlan sama sekali tak bisa dipengaruhi oleh pengusaha dan politisi korup.
“Dahlan juga nyaman bekerja karena didukung oleh kekuatan potensial yaitu jaringan surat-kabar terbesar di Indonesia, yang ternyata ampuh mengatasi kendala ketika upaya reformasinya menghadapi kendala,” kata Bruce.
Pengetahuan dan pengalamannya dalam bisnis media membuat Dahlan sangat akrab dengan media. Media melaporkan Dahlan menangis ketika ia mengumumkan penunjukannya sebagai Menteri BUMN. Bruce mengutip kata-kata Dahlan saat itu: “Saya katakan kepada Presiden bahwa saya sedih meninggalkan PLN karena kawan-kawan di sana saya tahu sudah bekerja sangat keras.”
Komentar Dahlan itu, kata Bruce, bukanlah pernyataan normal jika dibandingkan para Menteri baru lainnya yang diangkat Presiden saat itu. Dahlan usai pelantikan menyetir sendiri mobil pribadi bersama istrinya dan ditumpangi oleh wakil menteri dan istrinya.
Kebiasaan Dahlan berangkat ke kantor berjalan kaki saat menjadi Dirut PLN, kegemarannya memakai sepatu sneaker ketimbang pantopel kulit hitam (meskipun di perhelatan resmi), juga ditandai oleh Bruce. “Itu diluar kelaziman figur nasional di Indonesia lainnya,” kata Bruce.
Dalam analisanya yang berjudul “Minister a Reformer Who Walk The Talk” mengutip analisa Agung Wicaksono, peneliti BUMN dari ITB. Agung mencatat keputusasaan orang melihat gaya hidup politisi di pusat kekuasaan Indonesia. “Dahlan orang yang mampu mendukung perkataannya dengan tindakan,” katanya.
Bruce menilai langkah awal Menteri Dahlan tepat, yaitu memangkas birorasi, memangkas rapat hingga 50 persen hingga akhir tahun ini. “Apa yang ingin saya lakukan pertama-tama adalah mengurangi campur tangan pemerintah di BUMN untuk memberi kebebasan dan otoritas kepada para direktur utamanya melakukan aksi-aksi korporasi,” kata Dahlan.
BUMN di Indonesia sudah lama dibebani oleh reputasi tak bagus: manajeman yang buruk dan kerap kali menjadi sapi perah politisi korup, dan selama bertahun-tahun sangat resisten terhadap perubahan ke arah yang lebih baik.
Bruce mencatat, ada sejumlah hal yang bisa menjadi kendala langkah Dahlan Iskan. Pertama, tak seperti saat di PLN, dimana ia punya otoritas yang luas, saat menjadi Menteri ia harus berkoordinasi dengan menteri lain untuk mencapai tujuannya. Penjualan aset, masuk ke bursa saham, misalnya, harus dengan persetujuan Menteri Keuangan. Mengutip sumber tertentu Bruce mengatakan selama di PLN Dahlan sering mengambil keputusan dengan sangat cepat, dan langkah tersebut kadang tak didukung oleh institusi negara lainnya.
Secara umum, Bruce mencatat, di bawah Presiden Yudoyono, Indonesia menjadi negara yang stabil kondisi makroekonominya, bisa menegakkan disiplin fiskal, dan pertumbuhan GDP yang kuat. Tetapi, untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, Indonesia memerlukan menteri yang mampu mewujudkan janji-janji reformasi, meningkatkan efektiviyas birokrasi dan melenyapkan korupsi. Harapan seperti itu, kata Bruce, bisa diharapkan dari sosok Menteri Dahlan Iskan. (hah)
Mengabdikah di BUMN, Lebih Sulitkah?
Jawabnya: entahlah. Belum ada penelitian ilmiahnya. Yang ada barulah rumor. Persepsi. Anggapan.
Bagaimana kalau dibalik: tidak mungkinkah anggapan itu hanya cermin dari pepatah “rumput di halaman tetangga lebih hijau”. Atau bahkan lebih negatif lagi: sebagai kambing hitam. Yakni, sebuah kambing hitam untuk pembenaran dari kegagalan? Atau sebuah kambing hitam untuk sebuah ketidakmampuan?
Agar lebih fair, sebaiknya didengar juga suara-suara dari kalangan eksekutif swasta.
Mereka tentu bisa banyak bercerita. Misalnya, cerita betapa stresnya mengejar target dari sang pemilik perusahaan. Di sisi ini jelas menjadi eksekutif di swasta jauh lebih sulit. Bagi seorang eksekutif swasta yang tidak bisa mencapai target, hukumannya langsung di depan mata: diberhentikan. Bahkan, kalau lagi sial, yakni menghadapi pemilik perusahaan yang mulutnya kotor, seorang eksekutif swasta tidak ubahnya penghuni kebun binatang.
Di BUMN konsekuensi tidak mencapai target tidak ada. Menteri yang mewakili pemilik BUMN setidaknya tidak akan pernah mencaci maki eksekutifnya di depan umum.
Bagaimana dengan citra campur tangan yang tinggi di BUMN? Ini pun kelihatannya juga hanya kambing hitam. Di swasta campur tangan pemilik jauh lebih dalam. Katakanlah direksi BUMN mengeluh seringnya dipanggil DPR sebagai salah satu bentuk campur tangan. Tapi, saya lihat, pemanggilan oleh DPR itu tidak sampai memiliki konsekuensi seberat pemanggilan oleh pemilik perusahaan swasta. Apalagi, Komisi VI DPR yang membawahkan BUMN sangat proporsional. Tidak banyak yang aneh-aneh. Bahkan, salah satu anggota DPR di situ, Mumtaz Amin Rais, sudah seperti anggota parlemen dari Inggris. Kalau bertanya sangat singkat, padat, dan langsung pada pokok persoalan. Tidak sampai satu menit. Anggota yang lain juga tidak ada yang sampai menghujat tanpa alasan yang kuat. Jelaslah, campur tangan pemilik perusahaan swasta jauh lebih mendalam.
Di swasta juga sering ditemukan kenyataan ini: banyak pemilik perusahaan swasta yang maunya aneh-aneh. Kediktatoran mereka juga luar biasa! Sangat biasa pemilik perusahaan swasta memaksakan kehendaknya. Dengan demikian, cerita soal campur tangan pemilik, soal pemaksaan kehendak, dan soal kediktatoran pemilik di swasta jauh lebih besar daripada di BUMN.
Bagaimana dengan iklim korporasinya? Sebenarnya juga sama saja. Hanya berbeda nuansanya. Bukankah di swasta Anda juga sering terjepit oleh besarnya dominasi keluarga pemilik, apalagi kalau si pemilik akhirnya sudah punya anak dan anak itu tumbuh dewasa dan menghasilkan menantu-menantu.
Dengan demikian, tidak cukup kuat juga alasan bahwa menjadi eksekutif di BUMN itu lebih sulit karena iklim korporasinya kurang mendukung.
Bagaimana soal campur tangan politik? Memang ada anggapan campur tangan politik sangat menonjol di BUMN. Untuk soal ini pun saya meragukannya. Saya melihat campur tangan itu lebih banyak lantaran justru diundang oleh eksekutif itu sendiri. Di swasta pun kini akan tertular penyakit itu. Dengan banyaknya pemilik perusahaan swasta yang terjun ke politik, bisa jadi kerepotan eksekutif di swasta juga bertambah-tambah. Tidakkah Anda pusing menjadi eksekutif swasta yang pemiliknya berambisi terjun ke politik?
Maka, saya curiga orang-orang yang sering mengembuskan wacana bahwa menjadi eksekutif di BUMN itu sulit adalah orang-orang yang pada dasarnya memang tidak bisa bekerja. Di dunia ini alasan, dalih, kambing hitam, dan sebangsanya terlalu mudah dicari. Orang yang sering diberi nasihat atasannya, tapi gagal dalam melaksanakan pekerjaannya, dia akan cenderung beralasan, ”terlalu banyak dicampuri sih!”.
Sebaliknya, orang yang diberi kepercayaan penuh, tapi juga gagal,dia akan bilang, ”Tidak pernah ditengok sih!”.
Maka, pada akhirnya sebenarnya kembali ke who is he! Kalau dibilang menjadi direksi di BUMN itu sulit dan bekerja di swasta ternyata juga sulit, lalu di mana dong bekerja yang enak? Yang tidak sulit? Yang tidak repot? Yang tidak stres? Yang gajinya besar? Yang fasilitasnya baik? Yang bisa bermewah-mewah? Yang bisa semaunya?
Saya tidak bisa menjawab itu. Yang paling tepat menjawabnya adalah orang yang tingkatan hidupnya lebih tinggi dari saya. Bukan Rhenald Kasali atau Tanri Abeng atau Hermawan Kartajaya. Bukan Peter Drucker, bukan pula Jack Welch.
Yang paling tepat menjawab pertanyaan itu adalah seseorang yang lagi menikmati tidurnya yang pulas pada hari Senin pukul 10 pagi di bawah jembatan kereta api Manggarai dengan hanya beralaskan karton. Dialah seenak-enaknya orang.
Sebebas-bebasnya manusia. Tidak mikir utang, tidak mikir target, tidak mikir tanggung jawab. Orang seperti dialah yang barangkali justru heran melihat orang-orang yang sibuk!
Maksud saya: maka berhentilah mengeluh!
Maksud saya: tetapkanlah tekad! Mau jadi direksi BUMN atau mau di swasta. Atau mau, he he, memilih hidup yang paling nikmat itu!
Maksud saya: kalau pilihan sudah dijatuhkan, tinggallah kita fokus di pilihan itu. Sepenuh hati. Tidak ada pikiran lain kecuali bekerja, bekerja, bekerja!
Daripada mengeluh terus, berhentilah bekerja. Masih banyak orang lain yang mau bekerja. Masih banyak orang lain yang tanpa mengeluh bisa menunjukkan kemajuan!
Lihatlah direksi bank-bank BUMN itu. Mereka begitu majunya. Sama sekali tidak kalah dengan direksi bank swasta. Padahal, direksi bank BUMN itu terjepit antara peraturan birokrasi BUMN dan peraturan yang ketat dari bank sentral. Mana ada direksi yang dikontrol begitu ketat dari dua jurusan sekaligus melebihi direksi bank BUMN. Buktinya, bank-bank BUMN kita luar biasa.
Lihatlah pemilihan Marketeers of The Year yang sudah lima tahun dilaksanakan Marks Plus-nya Hermawan Kartajaya. Empat tahun berturut-turut Marketeers of The Year-nya adalah direksi BUMN! Swasta baru menang satu kali! Para Marketeers of The Year dari BUMN itu adalah tipe orang-orang yang tidak pandai mengeluh! Mereka adalah tipe orang yang bekerja, bekerja, bekerja!
Lihatlah tiga CEO BUMN yang minggu lalu terpilih sebagai CEO BUMN of The Year: R.J. Lino (Dirut Pelindo 2), Tommy Soetomo (Dirut Angkasapura 1), dan Ignasius Jonan (Dirut Kereta Api Indonesia). Mereka adalah orang-orang yang sambil mengeluh terus bekerja keras. Mereka terus menghasilkan prestasi dari sela-sela jepitan birokrasi dan peraturan. Bahkan, salah satu dari tiga orang itu terus bekerja keras sambil menahan sakitnya yang berat.
Lihat pulalah para direksi BUMN yang malam itu memenangi berbagai kategori inovasi di BUMN. Mereka adalah orang-orang andal yang mau mengabdi di BUMN.
Maaf, mungkin inilah untuk kali terakhir saya menggunakan kata “mengabdi di BUMN”. Setelah ini saya ingin menghapus istilah “mengabdi” itu. Istilah “mengabdi di BUMN” tidak lebih dari sebuah kemunafikan. Selalu ada udang di balik batu di balik istilah “mengabdi di BUMN” itu. Setiap ada pihak yang mengucapkan kata “mengabdi di BUMN”, pasti ada mau yang ingin dia sampaikan.
Banyak sekali mantan pejabat BUMN yang ingin terus memiliki rumah jabatan dengan alasan sudah puluhan tahun mengabdi di BUMN. Terlalu banyak orang BUMN yang memanfaatkan istilah mengabdi untuk tujuan-tujuan tersembunyi.
Barangkali memang sudah waktunya BUMN bukan lagi tempat mengabdi, dalam pengertian seperti itu. Kecuali mereka benar-benar mau bekerja keras di BUMN tanpa digaji! Sudah waktunya BUMN hanya sebagai tempat membuat prestasi. ***
Kursi Feodal Bertabur Puntung Rokok
Gaji dan fasilitas sudah tidak kalah. Kemampuan orang-orang BUMN juga sudah sama dengan swasta. Memang iklim yang memengaruhinya masih berbeda, namun plus-minusnya juga seimbang. Apakah yang masih jauh berbeda?
Tidak meragukan lagi, kulturlah yang masih jauh berbeda. Di BUMN pembentukan kultur korporasi yang sehat masih sering terganggu. Terutama oleh kultur saling incar jabatan dengan cara yang curang: menggunakan backing. Baik backing dari dalam, maupun dari luar. Backing dari dalam biasanya komisaris atau pejabat tinggi Kementerian BUMN. Tidak jarang juga ada yang menunggangi serikat pekerja. Sedangkan, backing dari luar biasanya pejabat tinggi kementerian lain, politisi, tokoh nasional, termasuk di dalamnya tokoh agama.
Saya masih harus belajar banyak memahami kultur yang sedang berkembang di semua BUMN. Itulah sebabnya sampai bulan kedua ini, saya masih terus-menerus mendatangi unit usaha dan berkeliling ke kantor-kantor BUMN. Saya berusaha tidak memanggil direksi BUMN ke kementerian, melainkan sayalah yang mendatangi mereka. Sudah lebih 100 BUMN dan unit usahanya yang saya datangi. Saya benar-benar ingin belajar memahami kultur manajemen yang berkembang di masing-masing BUMN. Saya juga ingin menyelami keinginan, harapan, dan mimpi para pengelola BUMN kita. Saya ingin me-manufacturing hope.
Dengan melihat langsung kantor mereka, ruang direksi mereka, ruang-ruang rapat mereka, dan raut wajah-wajah karyawan mereka, saya mencoba menerka kultur apa yang sedang berkembang di BUMN yang saya kunjungi itu. Karena itu, kalau saya terbang dengan Citilink atau naik KRL dan kereta ekonomi, itu sama sekali bukan untuk sok sederhana, melainkan bagian dari keinginan saya untuk menyelami kultur yang lagi berkembang di semua unit usaha.
Kunjungan-kunjungan itu tidak pernah saya beritahukan sebelumnya. Itu sama sekali bukan dimaksudkan untuk sidak (inspeksi mendadak), melainkan untuk bisa melihat kultur asli yang berkembang di sebuah BUMN. Apalagi saya termasuk orang yang kurang percaya dengan efektivitas sidak. Karena itu, kadang saya bisa bertemu direksinya, kadang juga tidak. Itu tidak masalah. Toh, kalau tujuannya hanya ingin bertemu direksinya, saya bisa panggil saja mereka ke kementerian. Yang ingin saya lihat adalah kultur yang berkembang di kantor-kantor itu. Kultur manajemennya.
Dari tampilan ruang kerja dan ruang-ruang rapat di BUMN itu, saya sudah bisa menarik kesimpulan sementara: BUMN kita masih belum satu kultur. Kulturnya masih aneka ria. Masing-masing BUMN berkembang dengan kulturnya sendiri-sendiri. Jelekkah itu? Atau justru baikkah itu? Saya akan merenungkannya: perlukah ada satu saja corporate culture BUMN? Ataukah dibiarkan seperti apa adanya? Atau, perlukah justru ada kultur baru sama sekali?
Presiden SBY benar. Ada beberapa kantor mereka yang sangat mewah. Beberapa ruang direksi BUMN “beberapa saja” sangat-sangat mewahnya. Tapi, banyak juga kemewahan itu yang sebenarnya peninggalan direksi sebelumnya.
Salahkah ruang direksi BUMN yang mewah? Belum tentu. Kalau kemewahan itu menghasilkan kinerja dan pelayanan kepada publik yang luar biasa hebatnya, orang masih bisa memaklumi. Tentu saja kemewahaan itu tetap salah: kurang peka terhadap perasaan publik yang secara tidak langsung adalah pemilik perusahaan BUMN. Kemewahan itu juga tidak berbahaya kalau saja tidak sampai membuat direksinya terbuai: keasyikan di kantor, merusak sikap kejiwaannya dan lupa melihat bentuk pelayanan yang harus diberikan. Namun, sungguh sulit dipahami manakala kemewahan itu menenggelamkan direksinya ke keasyikan surgawi yang lantas melupakan kinerja pelayanannya.
Di samping soal kemewahan itu, saya juga masih melihat satu-dua BUMN yang dari penampilan ruang-ruang kerja dan ruang-ruang rapatnya masih bernada feodal. Misalnya, ada ruang rapat yang kursi pimpinan rapatnya berbeda dengan kursi-kursi lainnya. Kursi pimpinan rapat itu lebih besar, lebih empuk, dan sandarannya lebih tinggi.
Ruang rapat seperti ini, untuk sebuah perusahaan, sangat tidak tepat. Sangat tidak korporasi. Masih mencerminkan kultur feodalisme. Saya tidak mempersoalkan kalau yang seperti itu terjadi di instansi-instansi pemerintah. Namun, saya akan mempersoalkannya karena BUMN adalah korporasi.
Harus disadari bahwa korporasi sangat berbeda dengan instansi. Kultur menjadi korporasi inilah yang masih harus terus dikembangkan di BUMN. Saya akan cerewet dan terus mempersoalkan hal-hal seperti itu meski barangkali akan ada yang mengkritik, “menteri kok mengurusi hal-hal sepele”. Saya tidak peduli. Toh, saya sudah menyatakan secara terbuka bahwa saya tidak akan terlalu memfungsikan diri sebagai menteri, melainkan sebagai chairman/CEO Kementerian BUMN.
Efektif tidaknya sebuah rapat sama sekali tidak ditentukan oleh bentuk kursi pimpinan rapatnya. Rapat korporasi bisa disebut produktif manakala banyak ide lahir di situ, banyak pemecahan persoalan ditemukan di situ, dan banyak langkah baru diputuskan di situ. Saya tidak yakin ruang rapat yang feodalistik bisa mewujudkan semua itu.
Saya paham: kursi pimpinan yang berbeda mungkin dimaksudkan agar pimpinan bisa terlihat lebih berwibawa. Padahal, kewibawaan tidak memiliki hubungan dengan bentuk kursi. Susunan kursi ruang rapat seperti itu justru mencerminkan bentuk awal sebuah terorisme. Terorisme ruang rapat.
Ide-ide, jalan-jalan keluar, keterbukaan, dan transformasi kultur korporasi tidak akan lahir dari suasana rapat yang terteror. “Terorisme ruang rapat” hanya akan melahirkan turunannya: ketakutan, kebekuan, kelesuan, dan keapatisan. Bahkan, “terorisme ruang rapat” itu akan menular dan menyebar ke jenjang yang lebih bawah. Bisa-bisa seseorang yang jabatannya baru kepala cabang sudah berani minta agar kursi di ruang rapatnya dibedakan!
Tentu saya tidak akan mengeluarkan peraturan menteri mengenai susunan kursi ruang rapat. Biarlah masing-masing merenungkannya. Saat kunjungan pun, saat melihat ruang rapat seperti itu, saya tidak mengeluarkan komentar apa-apa. Juga tidak menampakkan ekspresi apa-apa. Saya memang kaget, tetapi di dalam hati.
Yang juga membuat saya kaget (di dalam hati) adalah ini: asbak. Ada asbak yang penuh puntung rokok di ruang direksi dan di ruang rapat. Ruang direksi yang begitu dingin oleh AC, yang begitu bagus dan enak, dipenuhi asap dan bau rokok. Saya lirik agak lama asbak itu. Penuh dengan puntung. Menandakan betapa serunya perokok di situ. Saya masih bisa menahan ekspresi wajah kecewa atau marah. Saya ingin memahami dulu jalan pikiran apa yang kira-kira dianut oleh direksi seperti itu. Apakah dia merasa sebagai penguasa? Yang boleh melanggar peraturan? Apakah dia mengira anak buahnya tidak mengeluhkannya? Apakah dia mengira untuk hal-hal tertentu pimpinan tidak perlu memberi contoh?
Soal rokok ini pun, saya tidak akan mengaturnya. Sewaktu di PLN saya memang sangat keras melawan puntung rokok. Tetapi, di BUMN saya serahkan saja soal begini ke masing-masing korporasi. Hanya, harus fair. Kalau direksinya boleh merokok di ruang kerjanya, dia juga harus mengizinkan semua karyawannya merokok di ruang kerja mereka. Dia juga harus mengizinkan semua tamunya merokok di situ.
“Kursi feodal” dan “puntung rokok” itu terserah saja mau diapakan. Saya hanya khawatir jangan sampai “nila setitik merusak susu se-Malinda”. Bisa menimbulkan citra feodal BUMN secara keseluruhan. Padahal, itu hanya terjadi di satu-dua BUMN. Selebihnya sudah banyak yang sangat korporasi.***
Tidak meragukan lagi, kulturlah yang masih jauh berbeda. Di BUMN pembentukan kultur korporasi yang sehat masih sering terganggu. Terutama oleh kultur saling incar jabatan dengan cara yang curang: menggunakan backing. Baik backing dari dalam, maupun dari luar. Backing dari dalam biasanya komisaris atau pejabat tinggi Kementerian BUMN. Tidak jarang juga ada yang menunggangi serikat pekerja. Sedangkan, backing dari luar biasanya pejabat tinggi kementerian lain, politisi, tokoh nasional, termasuk di dalamnya tokoh agama.
Saya masih harus belajar banyak memahami kultur yang sedang berkembang di semua BUMN. Itulah sebabnya sampai bulan kedua ini, saya masih terus-menerus mendatangi unit usaha dan berkeliling ke kantor-kantor BUMN. Saya berusaha tidak memanggil direksi BUMN ke kementerian, melainkan sayalah yang mendatangi mereka. Sudah lebih 100 BUMN dan unit usahanya yang saya datangi. Saya benar-benar ingin belajar memahami kultur manajemen yang berkembang di masing-masing BUMN. Saya juga ingin menyelami keinginan, harapan, dan mimpi para pengelola BUMN kita. Saya ingin me-manufacturing hope.
Dengan melihat langsung kantor mereka, ruang direksi mereka, ruang-ruang rapat mereka, dan raut wajah-wajah karyawan mereka, saya mencoba menerka kultur apa yang sedang berkembang di BUMN yang saya kunjungi itu. Karena itu, kalau saya terbang dengan Citilink atau naik KRL dan kereta ekonomi, itu sama sekali bukan untuk sok sederhana, melainkan bagian dari keinginan saya untuk menyelami kultur yang lagi berkembang di semua unit usaha.
Kunjungan-kunjungan itu tidak pernah saya beritahukan sebelumnya. Itu sama sekali bukan dimaksudkan untuk sidak (inspeksi mendadak), melainkan untuk bisa melihat kultur asli yang berkembang di sebuah BUMN. Apalagi saya termasuk orang yang kurang percaya dengan efektivitas sidak. Karena itu, kadang saya bisa bertemu direksinya, kadang juga tidak. Itu tidak masalah. Toh, kalau tujuannya hanya ingin bertemu direksinya, saya bisa panggil saja mereka ke kementerian. Yang ingin saya lihat adalah kultur yang berkembang di kantor-kantor itu. Kultur manajemennya.
Dari tampilan ruang kerja dan ruang-ruang rapat di BUMN itu, saya sudah bisa menarik kesimpulan sementara: BUMN kita masih belum satu kultur. Kulturnya masih aneka ria. Masing-masing BUMN berkembang dengan kulturnya sendiri-sendiri. Jelekkah itu? Atau justru baikkah itu? Saya akan merenungkannya: perlukah ada satu saja corporate culture BUMN? Ataukah dibiarkan seperti apa adanya? Atau, perlukah justru ada kultur baru sama sekali?
Presiden SBY benar. Ada beberapa kantor mereka yang sangat mewah. Beberapa ruang direksi BUMN “beberapa saja” sangat-sangat mewahnya. Tapi, banyak juga kemewahan itu yang sebenarnya peninggalan direksi sebelumnya.
Salahkah ruang direksi BUMN yang mewah? Belum tentu. Kalau kemewahan itu menghasilkan kinerja dan pelayanan kepada publik yang luar biasa hebatnya, orang masih bisa memaklumi. Tentu saja kemewahaan itu tetap salah: kurang peka terhadap perasaan publik yang secara tidak langsung adalah pemilik perusahaan BUMN. Kemewahan itu juga tidak berbahaya kalau saja tidak sampai membuat direksinya terbuai: keasyikan di kantor, merusak sikap kejiwaannya dan lupa melihat bentuk pelayanan yang harus diberikan. Namun, sungguh sulit dipahami manakala kemewahan itu menenggelamkan direksinya ke keasyikan surgawi yang lantas melupakan kinerja pelayanannya.
Di samping soal kemewahan itu, saya juga masih melihat satu-dua BUMN yang dari penampilan ruang-ruang kerja dan ruang-ruang rapatnya masih bernada feodal. Misalnya, ada ruang rapat yang kursi pimpinan rapatnya berbeda dengan kursi-kursi lainnya. Kursi pimpinan rapat itu lebih besar, lebih empuk, dan sandarannya lebih tinggi.
Ruang rapat seperti ini, untuk sebuah perusahaan, sangat tidak tepat. Sangat tidak korporasi. Masih mencerminkan kultur feodalisme. Saya tidak mempersoalkan kalau yang seperti itu terjadi di instansi-instansi pemerintah. Namun, saya akan mempersoalkannya karena BUMN adalah korporasi.
Harus disadari bahwa korporasi sangat berbeda dengan instansi. Kultur menjadi korporasi inilah yang masih harus terus dikembangkan di BUMN. Saya akan cerewet dan terus mempersoalkan hal-hal seperti itu meski barangkali akan ada yang mengkritik, “menteri kok mengurusi hal-hal sepele”. Saya tidak peduli. Toh, saya sudah menyatakan secara terbuka bahwa saya tidak akan terlalu memfungsikan diri sebagai menteri, melainkan sebagai chairman/CEO Kementerian BUMN.
Efektif tidaknya sebuah rapat sama sekali tidak ditentukan oleh bentuk kursi pimpinan rapatnya. Rapat korporasi bisa disebut produktif manakala banyak ide lahir di situ, banyak pemecahan persoalan ditemukan di situ, dan banyak langkah baru diputuskan di situ. Saya tidak yakin ruang rapat yang feodalistik bisa mewujudkan semua itu.
Saya paham: kursi pimpinan yang berbeda mungkin dimaksudkan agar pimpinan bisa terlihat lebih berwibawa. Padahal, kewibawaan tidak memiliki hubungan dengan bentuk kursi. Susunan kursi ruang rapat seperti itu justru mencerminkan bentuk awal sebuah terorisme. Terorisme ruang rapat.
Ide-ide, jalan-jalan keluar, keterbukaan, dan transformasi kultur korporasi tidak akan lahir dari suasana rapat yang terteror. “Terorisme ruang rapat” hanya akan melahirkan turunannya: ketakutan, kebekuan, kelesuan, dan keapatisan. Bahkan, “terorisme ruang rapat” itu akan menular dan menyebar ke jenjang yang lebih bawah. Bisa-bisa seseorang yang jabatannya baru kepala cabang sudah berani minta agar kursi di ruang rapatnya dibedakan!
Tentu saya tidak akan mengeluarkan peraturan menteri mengenai susunan kursi ruang rapat. Biarlah masing-masing merenungkannya. Saat kunjungan pun, saat melihat ruang rapat seperti itu, saya tidak mengeluarkan komentar apa-apa. Juga tidak menampakkan ekspresi apa-apa. Saya memang kaget, tetapi di dalam hati.
Yang juga membuat saya kaget (di dalam hati) adalah ini: asbak. Ada asbak yang penuh puntung rokok di ruang direksi dan di ruang rapat. Ruang direksi yang begitu dingin oleh AC, yang begitu bagus dan enak, dipenuhi asap dan bau rokok. Saya lirik agak lama asbak itu. Penuh dengan puntung. Menandakan betapa serunya perokok di situ. Saya masih bisa menahan ekspresi wajah kecewa atau marah. Saya ingin memahami dulu jalan pikiran apa yang kira-kira dianut oleh direksi seperti itu. Apakah dia merasa sebagai penguasa? Yang boleh melanggar peraturan? Apakah dia mengira anak buahnya tidak mengeluhkannya? Apakah dia mengira untuk hal-hal tertentu pimpinan tidak perlu memberi contoh?
Soal rokok ini pun, saya tidak akan mengaturnya. Sewaktu di PLN saya memang sangat keras melawan puntung rokok. Tetapi, di BUMN saya serahkan saja soal begini ke masing-masing korporasi. Hanya, harus fair. Kalau direksinya boleh merokok di ruang kerjanya, dia juga harus mengizinkan semua karyawannya merokok di ruang kerja mereka. Dia juga harus mengizinkan semua tamunya merokok di situ.
“Kursi feodal” dan “puntung rokok” itu terserah saja mau diapakan. Saya hanya khawatir jangan sampai “nila setitik merusak susu se-Malinda”. Bisa menimbulkan citra feodal BUMN secara keseluruhan. Padahal, itu hanya terjadi di satu-dua BUMN. Selebihnya sudah banyak yang sangat korporasi.***
Dahlan Iskan Hapus Staf Ahli dan Khusus
Dinilai hanya menambah anggaran dan tumpang tindih fungsi, Menteri BUMN Dahlan Iskan menghapus jabatan staf ahli dan staf khusus direksi serta dewan komisaris/dewan pengawas. Ketentuan ini berlaku mulai 1 Januari 2012. Sedangkan staf ahli/staf khusus yang diangkat pejabat di bawah direksi ditiadakan paling lambat 1 Juli 2012.
“Direksi dan pejabat di bawah direksi, serta dewan komisaris/dewan pengawas tidak diperkenankan untuk mengangkat staf ahli maupun staf khusus atau nama lainnya yang sejenis,” tegas Dahlan Iskan, Kamis (15/12).
Menyikapi efisiensi anggaran, Dahlan meminta seluruh kegiatan perusahaan harus direncanakan dengan baik dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Pengesahan RKAP dan RKA Program Kemitraan serta Program Bina Lingkungan yang menjadi kewenangan dewan komisaris/dewan pengawas harus dilakukan sesuai Anggaran Dasar.
Adapun pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dalam RKAP, di antaranya untuk investasi wajib didukung dengan studi kelayakan. Program kerja juga difokuskan pada efisiensi, efektivitas, produktivitas, serta pertumbuhan dan perkembangan nilai perusahaan.
“Seluruh BUMN dalam setiap program kerjanya mesti berpatokan pada Good Corporate Governance, ketaatan kepada peraturan perundang-undangan, serta untuk kepentingan dan tujuan perusahaan. Di samping menghindari hal-hal yang menimbulkan benturan kepentingan, intervensi di luar mekanisme korporasi dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Ketentuan ini mengikat,” tegas Dahlan. (jpnn)
Bukan justru sebaliknya mencari-cari atau membikin masalah.
Masalah selalu ada. Masalah sudah banyak. Tak usah sengaja ditambah-tambahi. Setelah menyelesaikan satu masalah, masalah lain pasti sudah menunggu untuk dibereskan. Inilah perlunya sikap solutif itu. Itulah perlunya bertindak dan berpikir solutif. Pemimpin bisnis, pemimpin organisasi kemasyarakatan, pemimpin di pemerintahan perlu mengembangkan sikap ini.
Saya merumuskan ini langsung dari seorang guru yang tidak mengajarkan teori. Dia bahkan tidak pernah merumuskan sendiri teorinya. Dia memberi contoh dengan praktek langsung. Namanya: Dahlan Iskan.
Bagaimanakah cara berpikir dan bertindak solutif itu? Pertama, dia harus selalu optimis. Selalu punya harapan. Jika harapan itu tidak ada, dia yang harus menemukan, menumbuhkan dan menularkannya. Tanpa harapan, mustahil seseorang bisa berpikir mencari jalan keluar.
“Setiap hidup itu harus memiliki harapan atau hope. Sebelum melakukan perubahan pada sesuatu, terlebih dahulu harus menumbuhkan hope. Hope akan menjadi target, target menjadi program yang kemudian menjadi kegiatan,” kata Dahlan Iskan dalam sebuah wawancara (Dahlan Iskan Menteri BUMN – Masih ada Harapan bagi BUMN yang Merugi, Republika Senin 28 November 2011).
Kedua, solusi hanya bisa ditemukan, dicapai, diraih dengan kerja tim. Orang yang berpikir solutif percaya pada kekuatan tim. Ia bisa mencari, menemukan, dan memberdayakan orang-orang yang hebat, lalu mendudukkannya di posisi kunci, sehingga si tokoh kunci tadi bisa membangun kehebatan timnya.
Itu yang sekarang sedang dilakukan oleh Menteri Dahlan. “Saya berusaha menciptakan dream team di setiap BUMN,” katanya. Kunci untuk membentuk dream team, katanya, secara teoritis cari direktur utama yang hebat, cari orang produksi yang hebat, cari orang SDM yang hebat. Itu yang sudah dilakukannnya di Jawa Pos grup, sehingga jaringan koran ini menjadi yang terbesar di Indonesia.
Ketiga, orang yang solutif adalah orang yang komunikatif. Ia hebat mengomunikasian ide-idenya. Hebat artinya, ia bisa sampaikan dengan sederhana dan mudah dipahami oleh orang-orang lain yang harus mendukungnya, dan orang-orang lain yang harus mengeksekusi ide-idenya. “Saya sangat percaya bahwa komunikasi bisa menyelesaikan berbagai permasalahan,” kata Menteri Dahlan.
Keempat, orang yang solutif adalah orang yang pertama, berani dan berada di depan dalam mempertanggungjawabkan misinya. Ketika tahu bahwa DPR serong memanggil direktur utama BUMN, dan itu merepotkan, Dahlan mengambil alih tanggung jawab. “Saya inginnya DPR Cukup memanggil menteri saja, tidak perlu memanggil juga Dirut BUMN. Dirut itu biarkan bekerja saja. Kalau memang ada kesalahan, ya menteri saja yang dimarahi,” katanya.
Kelima, orang yang solutif adalah pekerja keras. Ketika menjadi Dirut PLN Dahlan Iskan pernah menantang pengusaha Sofjan Wanandi. PLN berencana mengubah struktur batas tarif listrik untuk industri yang ia nilai selama ini terlalu ringan. Sofyan menilai rencana itu adalah kemalasan PLN mencari jalan keluar agar perusahaan itu efisien, dan hanya memberatkan pengusaha. Dibilang malas, secara terbuka Dahlan menantang Sofyan.
“Seolah dia saja yang bisa kerja keras,” kata Dahlan, “Saya kepingin tahu, apakah dia bisa bekerja keras melebihi saya. Saya tahu bahwa saya ini orang yang lagi sakit dan belum lama operasi ganti hati. Tapi soal kerja keras, saya kepingin tahu siapa yang bekerja lebih keras, saya atau dia,” katanya.
Hanya orang yang benar-benar telah bekerja keras yang tahu apa arti kerja keras dan bagaimana bangganya mengatakan bahwa ia sudah bekerja keras. Dahlan jelas orang yang tergolong pada kelompok itu. Ia bukan orang yang asal omong, juga bukan orang yang cuma berani omong. Tantangannya kepada Sofyan Wanandi terlontar karena dia lebih dahulu disalahmengertikan. Ia harus meluruskan kesalahmengertian itu, dengan balik menantang. Ini adalah sebuah pertunjukan integritas diri yang memukau, bukan sekadar tindakan sok jagoan yang kosong.
Keenam, orang yang solutif adalah orang yang berpegang teguh pada komitmen. Karena komitmen adalah janji, dan janji itu harus ditepati.
“Ketika saya sudah berkomitmen, maka saya melihat itu sebagai janji dan janji itu harus saya tepati,” kata Dahlan Iskan dalam seminar kepemimpinan yang digelar oleh QB Leadership dan majalah Warta Ekonomi, yang menghadirkan dia sebagai pembicara.
Terakhir, yang ketujuh, orang yang berpikir solutif, adalah orang yang tidak rumit, ia bisa menyederhakan persoalan, bukan menganggapnya mudah. Tapi, ya soal yang sudah disederhakan jadi mudah untuk diatasi. Ia bisa mengurai benang kusut, lalu menyelesaikan persoalan dengan langkah yang tampaknya sederhana.
Ini bisa kita lihat dari bagaimana kinerja Dahlan Iskan ketika menjadi Dirut PLN, dalam waktu yang kurang dari dua tahun. Bertahun-tahun PLN dicap sebagai produsen yang memonopoli urusan listrik yang citranya buruk.
Dalam sebuah survei konsumen PLN dipersepsikan terutama dengan satu kata: byarpet. Listrik yang mati mendadak tiba-tiba dan bisa kapan saja, pelayanan yang buruk, daya listrik tidak cukup, dan kejam, konsumen telat bayar, aliran diputus.
Akhir tahun 2009, Dahlan Iskan dipercaya pemerintah untuk duduk di kursi Dirut PLN, yang secara harafiah kursi itu jarang atau nyaris tak pernah ia duduki. Dengan cepat ia memetakan apa masalah pabrik listrik plat merah itu dan menyusun langkah mengatasinya.
“Simpel,” kata Dahlan. Ada lima hal yang diinginkan konsumen. Pertama jangan ada krisis listrik. Kedua, jangan sering mati. Ketiga, jangan ada daftar tunggu. Keempat, tegangan harus stabil tidak naik turun. Kelima, listrik harus merata sampai ke pelosok-pelosok.
Dan selama menjadi Dirut PLN ia bekerja fokus pada kelima hal itu. Ia mengunjungi daerah-daerah yang krisis listrik. Ia canangkan dalam enam bulan tak ada lagi pemadaman bergilir, itu artinya kapasitas listrik terpasang cukup untuk menyuplai kebutuhan beban puncak listrik di daerah tersebut, dan akhirnya ketika target itu secara nasional tercapai, presidenlah yang mencanangkan pencapaian itu.
Hasilnya? Jauh lebih besar dari kelima hal itu. “Di PLN saya merasa telah menemukan model transformasi korporasi yang sangat besar yang biasanya sulit berubah,” katanya.
Kita lihat, Dahlan punya visi untuk memetakan masalah, merumuskannya dengan sederhana, menyusun langkah mengatasi hal itu, dan dengan berfokus pada konsumen yang harus dilayani PLN, ia serta-merta memperbaiki kinerja internal PLN. Ia melakukan transformasi besar-besaran, sesuatu yang tadinya sulit bahkan mustahil dibayangkan bisa terjadi.
Mungkin ada hal lain di luar tujuh hal tadi. Tapi bagi saya itu saja sudah cukup sebagai penanda dari seseorang yang berpikir dan bertindak solutif. Demikian.(hah)
Bukan justru sebaliknya mencari-cari atau membikin masalah.
Masalah selalu ada. Masalah sudah banyak. Tak usah sengaja ditambah-tambahi. Setelah menyelesaikan satu masalah, masalah lain pasti sudah menunggu untuk dibereskan. Inilah perlunya sikap solutif itu. Itulah perlunya bertindak dan berpikir solutif. Pemimpin bisnis, pemimpin organisasi kemasyarakatan, pemimpin di pemerintahan perlu mengembangkan sikap ini.
Saya merumuskan ini langsung dari seorang guru yang tidak mengajarkan teori. Dia bahkan tidak pernah merumuskan sendiri teorinya. Dia memberi contoh dengan praktek langsung. Namanya: Dahlan Iskan.
Bagaimanakah cara berpikir dan bertindak solutif itu? Pertama, dia harus selalu optimis. Selalu punya harapan. Jika harapan itu tidak ada, dia yang harus menemukan, menumbuhkan dan menularkannya. Tanpa harapan, mustahil seseorang bisa berpikir mencari jalan keluar.
“Setiap hidup itu harus memiliki harapan atau hope. Sebelum melakukan perubahan pada sesuatu, terlebih dahulu harus menumbuhkan hope. Hope akan menjadi target, target menjadi program yang kemudian menjadi kegiatan,” kata Dahlan Iskan dalam sebuah wawancara (Dahlan Iskan Menteri BUMN – Masih ada Harapan bagi BUMN yang Merugi, Republika Senin 28 November 2011).
Kedua, solusi hanya bisa ditemukan, dicapai, diraih dengan kerja tim. Orang yang berpikir solutif percaya pada kekuatan tim. Ia bisa mencari, menemukan, dan memberdayakan orang-orang yang hebat, lalu mendudukkannya di posisi kunci, sehingga si tokoh kunci tadi bisa membangun kehebatan timnya.
Itu yang sekarang sedang dilakukan oleh Menteri Dahlan. “Saya berusaha menciptakan dream team di setiap BUMN,” katanya. Kunci untuk membentuk dream team, katanya, secara teoritis cari direktur utama yang hebat, cari orang produksi yang hebat, cari orang SDM yang hebat. Itu yang sudah dilakukannnya di Jawa Pos grup, sehingga jaringan koran ini menjadi yang terbesar di Indonesia.
Ketiga, orang yang solutif adalah orang yang komunikatif. Ia hebat mengomunikasian ide-idenya. Hebat artinya, ia bisa sampaikan dengan sederhana dan mudah dipahami oleh orang-orang lain yang harus mendukungnya, dan orang-orang lain yang harus mengeksekusi ide-idenya. “Saya sangat percaya bahwa komunikasi bisa menyelesaikan berbagai permasalahan,” kata Menteri Dahlan.
Keempat, orang yang solutif adalah orang yang pertama, berani dan berada di depan dalam mempertanggungjawabkan misinya. Ketika tahu bahwa DPR serong memanggil direktur utama BUMN, dan itu merepotkan, Dahlan mengambil alih tanggung jawab. “Saya inginnya DPR Cukup memanggil menteri saja, tidak perlu memanggil juga Dirut BUMN. Dirut itu biarkan bekerja saja. Kalau memang ada kesalahan, ya menteri saja yang dimarahi,” katanya.
Kelima, orang yang solutif adalah pekerja keras. Ketika menjadi Dirut PLN Dahlan Iskan pernah menantang pengusaha Sofjan Wanandi. PLN berencana mengubah struktur batas tarif listrik untuk industri yang ia nilai selama ini terlalu ringan. Sofyan menilai rencana itu adalah kemalasan PLN mencari jalan keluar agar perusahaan itu efisien, dan hanya memberatkan pengusaha. Dibilang malas, secara terbuka Dahlan menantang Sofyan.
“Seolah dia saja yang bisa kerja keras,” kata Dahlan, “Saya kepingin tahu, apakah dia bisa bekerja keras melebihi saya. Saya tahu bahwa saya ini orang yang lagi sakit dan belum lama operasi ganti hati. Tapi soal kerja keras, saya kepingin tahu siapa yang bekerja lebih keras, saya atau dia,” katanya.
Hanya orang yang benar-benar telah bekerja keras yang tahu apa arti kerja keras dan bagaimana bangganya mengatakan bahwa ia sudah bekerja keras. Dahlan jelas orang yang tergolong pada kelompok itu. Ia bukan orang yang asal omong, juga bukan orang yang cuma berani omong. Tantangannya kepada Sofyan Wanandi terlontar karena dia lebih dahulu disalahmengertikan. Ia harus meluruskan kesalahmengertian itu, dengan balik menantang. Ini adalah sebuah pertunjukan integritas diri yang memukau, bukan sekadar tindakan sok jagoan yang kosong.
Keenam, orang yang solutif adalah orang yang berpegang teguh pada komitmen. Karena komitmen adalah janji, dan janji itu harus ditepati.
“Ketika saya sudah berkomitmen, maka saya melihat itu sebagai janji dan janji itu harus saya tepati,” kata Dahlan Iskan dalam seminar kepemimpinan yang digelar oleh QB Leadership dan majalah Warta Ekonomi, yang menghadirkan dia sebagai pembicara.
Terakhir, yang ketujuh, orang yang berpikir solutif, adalah orang yang tidak rumit, ia bisa menyederhakan persoalan, bukan menganggapnya mudah. Tapi, ya soal yang sudah disederhakan jadi mudah untuk diatasi. Ia bisa mengurai benang kusut, lalu menyelesaikan persoalan dengan langkah yang tampaknya sederhana.
Ini bisa kita lihat dari bagaimana kinerja Dahlan Iskan ketika menjadi Dirut PLN, dalam waktu yang kurang dari dua tahun. Bertahun-tahun PLN dicap sebagai produsen yang memonopoli urusan listrik yang citranya buruk.
Dalam sebuah survei konsumen PLN dipersepsikan terutama dengan satu kata: byarpet. Listrik yang mati mendadak tiba-tiba dan bisa kapan saja, pelayanan yang buruk, daya listrik tidak cukup, dan kejam, konsumen telat bayar, aliran diputus.
Akhir tahun 2009, Dahlan Iskan dipercaya pemerintah untuk duduk di kursi Dirut PLN, yang secara harafiah kursi itu jarang atau nyaris tak pernah ia duduki. Dengan cepat ia memetakan apa masalah pabrik listrik plat merah itu dan menyusun langkah mengatasinya.
“Simpel,” kata Dahlan. Ada lima hal yang diinginkan konsumen. Pertama jangan ada krisis listrik. Kedua, jangan sering mati. Ketiga, jangan ada daftar tunggu. Keempat, tegangan harus stabil tidak naik turun. Kelima, listrik harus merata sampai ke pelosok-pelosok.
Dan selama menjadi Dirut PLN ia bekerja fokus pada kelima hal itu. Ia mengunjungi daerah-daerah yang krisis listrik. Ia canangkan dalam enam bulan tak ada lagi pemadaman bergilir, itu artinya kapasitas listrik terpasang cukup untuk menyuplai kebutuhan beban puncak listrik di daerah tersebut, dan akhirnya ketika target itu secara nasional tercapai, presidenlah yang mencanangkan pencapaian itu.
Hasilnya? Jauh lebih besar dari kelima hal itu. “Di PLN saya merasa telah menemukan model transformasi korporasi yang sangat besar yang biasanya sulit berubah,” katanya.
Kita lihat, Dahlan punya visi untuk memetakan masalah, merumuskannya dengan sederhana, menyusun langkah mengatasi hal itu, dan dengan berfokus pada konsumen yang harus dilayani PLN, ia serta-merta memperbaiki kinerja internal PLN. Ia melakukan transformasi besar-besaran, sesuatu yang tadinya sulit bahkan mustahil dibayangkan bisa terjadi.
Mungkin ada hal lain di luar tujuh hal tadi. Tapi bagi saya itu saja sudah cukup sebagai penanda dari seseorang yang berpikir dan bertindak solutif. Demikian.(hah)
DAHLAN Iskan Capres. Demikian judul berita utama Pikiran Rakyat, surat kabar terbesar di Jawa Barat dan Banten, edisi Jumat 30 Desember 2011. Ini untuk kesekian kalinya media cetak, online maupun stasiun televisi nasional menghubung-hubungkan Pak Dahlan dengan suksesi kepala negara.
Simaklah jawaban Pak Dahlan ketika ditanya Sys NS, yang memandu salah satu acara di TV One. “Apakah Pak Dahlan siap jika dicalonkan sebagai presiden oleh parpol pada pilpres yang akan datang?”
“Waduh, saya jangan ditanya soal itu. Nanti membuat saya tidak lagi bekerja dengan ikhlas, karena ada target jadi presiden,” jawab yang ditanya.
Kepada banyak orang yang bicara capres, Pak Dahlan selalu bilang: “Itu bahaya! Bisa-bisa orang menilai bahwa saya kerja keras itu karena ada maksud politik. Itu bahaya. Bisa mengganggu keikhlasan saya dalam mengabdi. Astaghfirullah!”
Sebagian orang bisa tidak percaya dengan jawaban itu. Siapa sih yang tidak ingin jadi presiden? Tapi saya yang 30 tahun lebih bersama Pak Dahlan, sampai sekarang meyakini jawaban Pak Dahlan itu bukan basa-basi.
Prinsip kepemimpinan yang diajarkan Pak Dahlan kepada kami di jaringan surat kabar Jawa Pos Grup adalah: jika kita tidak bisa menjadi bawahan yang baik, tentu kita tidak akan bisa menjadi atasan yang baik.
Saat ini Pak Dahlan sedang menjadi bawahan Presiden SBY. Tentu tabu baginya membicarakan pengganti SBY, sekalipun secara undang-undang SBY tidak bisa lagi menjadi presiden karena sudah menduduki posisi itu dua periode. Maka sebagai bawahan SBY, Pak Dahlan berusaha dengan segala kemampuan untuk mendukung SBY sukses besar di akhir kepemimpinannya.
Sejak masih menjabat Direktur Utama PT PLN, Pak Dahlan sudah dihubung-hubungkan dengan suksesi kepala negara. Pernah salah satu lembaga survey di Jakarta merilis: “Popularitas Dahlan Iskan sudah di atas Megawati”. Padahal hasil-hasil survey sebelumnya menyebutkan Megawati teratas, disusul Parbowo Subianto, Wiranto, Hatta Rajasa dan lain-lain.
Ketika itu pula saya langsung meminta Ketua Forum Pemimpin Redaksi Jawa Pos Grup untuk mengadakan pertemuan, dan sudah dilakukan di Jakarta pertengahan Desember lalu. Kami ingin semua media di grup Jawa Pos tidak memberitakan Pak Dahlan dalam kaitannya dengan suksesi kepala negara.
Kami mengambil inisiatif itu, karena kami paham Pak Dahlan pasti tidak berkenan diberitakan seperti itu, tetapi punya keseganan menyampaikannya. Pak Dahlan tidak biasa melarang-larang wartawan memberitakan sesuatu. Biasanya Pak Dahlan sebatas mengajak diskusi wartawan tentang suatu berita. Hasil akhirnya: terserah si wartawan akan menulis seperti apa.
Ketika masih menjadi salah satu redaktur di Jawa Pos, saya pernah menurunkan artikel yang membuat perusahaan penerbangan Garuda sangat marah kepada Jawa Pos. Akibatnya, Garuda dan Merpati ketika itu tidak mau mengangkut koran Jawa Pos ke luar Jawa. Maka berhari-hari Jawa Pos menumpuk di Bandara Juanda Surabaya.
Direktur pemasaran Jawa Pos ketika itu sangat marah kepada saya. Bahkan sampai mengusulkan saya diberhentikan saja. Namun Pak Dahlan justru membela saya. “Apa yang dilakukan Zainal Muttaqin itu bagian dari otoritas wartawan. Saya sudah mengecek ke Zainal, artikelnya itu sudah sesuai fakta. Ya sudahlah, kalau koran kita memang tidak diangkut oleh pihak yang marah karena berita kita,” kata Pak Dahlan. Saya tak bisa melupakan kejadian ini.
Dengan tidak diangkut keluar Jawa ketika itu, Jawa Pos tentu mengalami kerugian puluhan juta rupiah setiap hari. Demikian pula para agen koran di daerah, yang praktis juga kehilangan sebagian rezeki.
Kami meyakini semua yang dilakukan Pak Dahlan dalam menjalankan tugasnya sebagai orang pemerintahan adalah melakukan yang terbaik untuk kemajuan republik ini. Tidak ada hasrat untuk mendapatkan popularitas-popularitas pribadi maupun kelompok.
Dari sering kali ngobrol, saya bisa menangkap kesan, bahwa Pak Dahlan sangat menghormati SBY. Diungkapkannya, apapun yang dilakukannya di PLN, yang bisa jadi membuat tidak nyaman orang-orang dekat SBY, ternyata tidak pernah mendapat teguran. “Saya jadi yakin Pak SBY sebenarnya menginginkan adanya terobosan-terobosan menuju kebaikan negara kita. Sayangnya, banyak yang tidak bisa melihat keinginan itu,” kata Pak Dahlan suatu ketika.
Maka, jika saja membaca berita utama koran Pikiran Rakyat itu, saya yakin Pak Dahlan tidak berkenan. Pendek kata, jangan kaitkan kerja “habis-habisan” sebagai Meneg BUMN itu dengan suksesi kepala negara. Pak Dahlan hanya mau bekerja kaffah untuk republik yang dia cintai ini. Ai guo, kata orang Tiongkok. ***
Catatan Zainal Muttaqin, Wakil Dirut JPNN ”Saya jadi yakin Pak SBY sebenarnya menginginkan adanya terobosan-terobosan menuju kebaikan negara kita. Sayangnya, banyak yang tidak bisa melihat keinginan itu,” kata Pak Dahlan suatu ketika.
Dukungan tersebut muncul saat dialog antara SBY dengan pelaku usaha usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2012 di gedung BEI, kemarin (2/1). SBY menanggapi seorang penanya yang menilai semacam ada trauma dari perusahaan BUMN paska Initial Public Offering (IPO) Garuda Indonesia dan Krakatau Steel (KS).
“Saya mendorong BUMN kita yang sudah kredibel, yang memenuhi syarat,” kata SBY. Dia lantas bertanya kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan yang hadir dalam dialog tersebut jumlah perusahaan BUMN yang siap IPO. “Ada berapa sasarannya tahun ini?” tanyanya.
Dari Dahlan, SBY mendapat jawaban minimal ada tiga perusahaan BUMN yang siap melantai di BEI.
“Kalau Pak Dahlan Iskan bilang minimal tiga, itu biasanya sampainya lima nanti,” ujar SBY yang disambut tepuk tangan peserta dialog.
Presiden mengajak untuk belajar dari pengalaman IPO Garuda Indonesia dan KS. Dia setuju untuk memaksimalkan potensi yang ada. “Jangan sampai yang harusnya go public, tidak go public,” katanya. Begitu juga dengan kemampuan investasi.
“Jadi kalau ada kekuatan lebih jangan disimpan, jangan didepositokan, disimpen bawah bantal gitu. Harus diinvestasikan. Ini juga mindset kita di dalam menjalankan perekonomian di negeri ini,” sambung SBY.
Dalam pengantar dialognya, SBY menyatakan apresiasinya kepada pelaku usaha dan ekonomi yang berkontribusi meningkatkan pertumbuhan perekonomian tanah air. GDP 2011 sebesar USD 820 miliar, nantinya ditargetkan bisa menembus USD 1 triliun.
Sementara pendapatan perkapita masyarakat Indonesia USD 3.400 perorang pertahun. “Jangan sia-siakan momentum dan peluang yang tercipta dengan dinaikkannya kredit rate kita menjadi investment grade,” kata SBY.
Ditemui usai acara, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, sampai saat ini sudah ada tiga perusahaan pelat merah siap melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO pada 2012. “Yang sudah pasti Semen Baturaja. Itu kira-kira Juni atau Juli 2012,” ujarnya. PT Semen Baturaja (Persero) merupakan produsen semen yang 88 persen sahamnya dimiliki pemerintah.
Pihaknya sedang melakukan kajian terhadap harga ideal atas saham yang akan dilepas. Terlebih ada banyak perkembangan terhadap industri semen sehingga memengaruhi kinerja saham dari perusahaan sejenis yang sudah tercatat di bursa. “Kita lagi review, soalnya kemarin (harga saham) Semen Gresik pas akhir tahun harganya kan naik tinggi ya ke 11,450an jadi kita harus review lagi. Ini kan semen sedang bagus,” jelasnya.
Sementara untuk dua BUMN lain yang sudah siap masuk bursa tahun ini belum bisa dijelaskan lebih detil. Dahlan mengatakan, laporan terakhir dari deputi terkait menyatakan kesiapannya meskipun belum mendengar secara resmi dari korporasinya. “Intinya IPO BUMN itu kita serahkan ke korporasinya,” ucapnya.
Maka seandainya 7 BUMN sekalipun yang menyatakan siap go public pada tahun ini akan didukung. “Intinya mana yang siap saya dukung. Sebab ada tiga hal yang diperhatikan dalam IPO BUMN. Pertama kesiapan dari korporasi, kedua timingnya, ketiga kemampuan penyerapan pasar,” ungkap Dahlan.
Analis Mega Capital Indonesia, Arief Fahruri, mengatakan sektor industri semen pada 2012 sangat prospektif karena merupakan sektor pendukung infrastruktur, konstruksi, dan properti yang diprediksi sebagai sektor unggulan pada tahun Naga Api ini. “Pasar akan merespon kehadiran emiten semen. Maka saya rasa rencana Semen Baturaja tahun ini akan positif,” ujarnya kepada Jawa Pos (Batam Pos Group), kemarin.
Selain menempatkan sektor properti dan infrastruktur sebagai unggulan sehingga berimbas pada industri semen, katalisator lainnya adalah besarnya penetapan anggaran pemerintah untuk infrastruktur sampai 2014 dan pemain di industri semen relatif sedikit. “Sektor semen ini sangat sedikit pemainnya terutama yang besar. Kita bisa hitung sendiri mulai dari SMGR (Semen Gresik), SMCB (Holcim), INTP (Indocement), dan akan ada Baturaja. Selebihnya pemain kecil,” imbuhnya.
Tanda bahwa sektor semen diminati pasar sudah terlihat pada penutupan IHSG akhir tahun 2011. “Saham SMGR yang merupakan BUMN ditutup di level 14,450 atau naik 46 persen dibandingkan pembukaan 2011 di level 9,850. Saham INTP naik 7,9 persen ke level 17,050 dari 15,800 pada awal 2011. Sementara SMCB ditutup di level 2,175 atau turun 2,2 persen dari 2,225 pada awal 2011.
Kehadiran PT Semen Baturaja setidaknya akan menemani Semen Gresik sebagai satu-satunya perusahaan semen milik pemerintah yang sahamnya tercatat di BEI. Dalam situs resminya, kapasitas terpasang Semen Baturaja sebesar 1.250.000 ton semen per tahun, masing-masing di Pabrik Baturaja 550 ribu ton, Pabrik Palembang 350 ribu ton, dan Panjang 350 ribu ton atau sebesar 2,6 persen dibanding kapasitas terpasang nasional.
Adapun penjualan semen 2012 berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia diperkirakan mencapai 49 juta ton atau naik 13,95 persen dibandingkan 43 juta ton pada 2011. Kenaikan cukup tinggi ini terutama didukung oleh penambahan kapasitas yang dilakukan oleh SMGR, INTP, SMCB, dan Semen Bosowa. Hingga akhir 2011, SMGR menguasai sekitar 37 persen pasar semen nasional diikuti oleh INTP 34 persen dan SMCB 15 persen. (fal/gen/jpnn)
Jumlah perusahaan BUMN yang berkiprah di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) dipastikan bakal bertambah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan dukungannya terhadap perusahaan pelat merah yang memenuhi syarat untuk terjun ke lantai bursa.
“Direksi dan pejabat di bawah direksi, serta dewan komisaris/dewan pengawas tidak diperkenankan untuk mengangkat staf ahli maupun staf khusus atau nama lainnya yang sejenis,” tegas Dahlan Iskan, Kamis (15/12).
Menyikapi efisiensi anggaran, Dahlan meminta seluruh kegiatan perusahaan harus direncanakan dengan baik dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Pengesahan RKAP dan RKA Program Kemitraan serta Program Bina Lingkungan yang menjadi kewenangan dewan komisaris/dewan pengawas harus dilakukan sesuai Anggaran Dasar.
Adapun pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dalam RKAP, di antaranya untuk investasi wajib didukung dengan studi kelayakan. Program kerja juga difokuskan pada efisiensi, efektivitas, produktivitas, serta pertumbuhan dan perkembangan nilai perusahaan.
“Seluruh BUMN dalam setiap program kerjanya mesti berpatokan pada Good Corporate Governance, ketaatan kepada peraturan perundang-undangan, serta untuk kepentingan dan tujuan perusahaan. Di samping menghindari hal-hal yang menimbulkan benturan kepentingan, intervensi di luar mekanisme korporasi dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Ketentuan ini mengikat,” tegas Dahlan. (jpnn)
Berpikir Solutif
SAYA menyebutnya berpikir dan bertindak solutif. Tentu saja solusi harus dicari dengan cara yang kreatif. Kreatif saja tidak cukup kalau tidak membawa ke solusi. Jadi, ini lebih dari berpikir kreatif. Ini adalah tindakan dan pikiran yang mengarah atau mendekati penyelesaian masalah, mengejar dan mendapatkan solusi.Bukan justru sebaliknya mencari-cari atau membikin masalah.
Masalah selalu ada. Masalah sudah banyak. Tak usah sengaja ditambah-tambahi. Setelah menyelesaikan satu masalah, masalah lain pasti sudah menunggu untuk dibereskan. Inilah perlunya sikap solutif itu. Itulah perlunya bertindak dan berpikir solutif. Pemimpin bisnis, pemimpin organisasi kemasyarakatan, pemimpin di pemerintahan perlu mengembangkan sikap ini.
Saya merumuskan ini langsung dari seorang guru yang tidak mengajarkan teori. Dia bahkan tidak pernah merumuskan sendiri teorinya. Dia memberi contoh dengan praktek langsung. Namanya: Dahlan Iskan.
Bagaimanakah cara berpikir dan bertindak solutif itu? Pertama, dia harus selalu optimis. Selalu punya harapan. Jika harapan itu tidak ada, dia yang harus menemukan, menumbuhkan dan menularkannya. Tanpa harapan, mustahil seseorang bisa berpikir mencari jalan keluar.
“Setiap hidup itu harus memiliki harapan atau hope. Sebelum melakukan perubahan pada sesuatu, terlebih dahulu harus menumbuhkan hope. Hope akan menjadi target, target menjadi program yang kemudian menjadi kegiatan,” kata Dahlan Iskan dalam sebuah wawancara (Dahlan Iskan Menteri BUMN – Masih ada Harapan bagi BUMN yang Merugi, Republika Senin 28 November 2011).
Kedua, solusi hanya bisa ditemukan, dicapai, diraih dengan kerja tim. Orang yang berpikir solutif percaya pada kekuatan tim. Ia bisa mencari, menemukan, dan memberdayakan orang-orang yang hebat, lalu mendudukkannya di posisi kunci, sehingga si tokoh kunci tadi bisa membangun kehebatan timnya.
Itu yang sekarang sedang dilakukan oleh Menteri Dahlan. “Saya berusaha menciptakan dream team di setiap BUMN,” katanya. Kunci untuk membentuk dream team, katanya, secara teoritis cari direktur utama yang hebat, cari orang produksi yang hebat, cari orang SDM yang hebat. Itu yang sudah dilakukannnya di Jawa Pos grup, sehingga jaringan koran ini menjadi yang terbesar di Indonesia.
Ketiga, orang yang solutif adalah orang yang komunikatif. Ia hebat mengomunikasian ide-idenya. Hebat artinya, ia bisa sampaikan dengan sederhana dan mudah dipahami oleh orang-orang lain yang harus mendukungnya, dan orang-orang lain yang harus mengeksekusi ide-idenya. “Saya sangat percaya bahwa komunikasi bisa menyelesaikan berbagai permasalahan,” kata Menteri Dahlan.
Keempat, orang yang solutif adalah orang yang pertama, berani dan berada di depan dalam mempertanggungjawabkan misinya. Ketika tahu bahwa DPR serong memanggil direktur utama BUMN, dan itu merepotkan, Dahlan mengambil alih tanggung jawab. “Saya inginnya DPR Cukup memanggil menteri saja, tidak perlu memanggil juga Dirut BUMN. Dirut itu biarkan bekerja saja. Kalau memang ada kesalahan, ya menteri saja yang dimarahi,” katanya.
Kelima, orang yang solutif adalah pekerja keras. Ketika menjadi Dirut PLN Dahlan Iskan pernah menantang pengusaha Sofjan Wanandi. PLN berencana mengubah struktur batas tarif listrik untuk industri yang ia nilai selama ini terlalu ringan. Sofyan menilai rencana itu adalah kemalasan PLN mencari jalan keluar agar perusahaan itu efisien, dan hanya memberatkan pengusaha. Dibilang malas, secara terbuka Dahlan menantang Sofyan.
“Seolah dia saja yang bisa kerja keras,” kata Dahlan, “Saya kepingin tahu, apakah dia bisa bekerja keras melebihi saya. Saya tahu bahwa saya ini orang yang lagi sakit dan belum lama operasi ganti hati. Tapi soal kerja keras, saya kepingin tahu siapa yang bekerja lebih keras, saya atau dia,” katanya.
Hanya orang yang benar-benar telah bekerja keras yang tahu apa arti kerja keras dan bagaimana bangganya mengatakan bahwa ia sudah bekerja keras. Dahlan jelas orang yang tergolong pada kelompok itu. Ia bukan orang yang asal omong, juga bukan orang yang cuma berani omong. Tantangannya kepada Sofyan Wanandi terlontar karena dia lebih dahulu disalahmengertikan. Ia harus meluruskan kesalahmengertian itu, dengan balik menantang. Ini adalah sebuah pertunjukan integritas diri yang memukau, bukan sekadar tindakan sok jagoan yang kosong.
Keenam, orang yang solutif adalah orang yang berpegang teguh pada komitmen. Karena komitmen adalah janji, dan janji itu harus ditepati.
“Ketika saya sudah berkomitmen, maka saya melihat itu sebagai janji dan janji itu harus saya tepati,” kata Dahlan Iskan dalam seminar kepemimpinan yang digelar oleh QB Leadership dan majalah Warta Ekonomi, yang menghadirkan dia sebagai pembicara.
Terakhir, yang ketujuh, orang yang berpikir solutif, adalah orang yang tidak rumit, ia bisa menyederhakan persoalan, bukan menganggapnya mudah. Tapi, ya soal yang sudah disederhakan jadi mudah untuk diatasi. Ia bisa mengurai benang kusut, lalu menyelesaikan persoalan dengan langkah yang tampaknya sederhana.
Ini bisa kita lihat dari bagaimana kinerja Dahlan Iskan ketika menjadi Dirut PLN, dalam waktu yang kurang dari dua tahun. Bertahun-tahun PLN dicap sebagai produsen yang memonopoli urusan listrik yang citranya buruk.
Dalam sebuah survei konsumen PLN dipersepsikan terutama dengan satu kata: byarpet. Listrik yang mati mendadak tiba-tiba dan bisa kapan saja, pelayanan yang buruk, daya listrik tidak cukup, dan kejam, konsumen telat bayar, aliran diputus.
Akhir tahun 2009, Dahlan Iskan dipercaya pemerintah untuk duduk di kursi Dirut PLN, yang secara harafiah kursi itu jarang atau nyaris tak pernah ia duduki. Dengan cepat ia memetakan apa masalah pabrik listrik plat merah itu dan menyusun langkah mengatasinya.
“Simpel,” kata Dahlan. Ada lima hal yang diinginkan konsumen. Pertama jangan ada krisis listrik. Kedua, jangan sering mati. Ketiga, jangan ada daftar tunggu. Keempat, tegangan harus stabil tidak naik turun. Kelima, listrik harus merata sampai ke pelosok-pelosok.
Dan selama menjadi Dirut PLN ia bekerja fokus pada kelima hal itu. Ia mengunjungi daerah-daerah yang krisis listrik. Ia canangkan dalam enam bulan tak ada lagi pemadaman bergilir, itu artinya kapasitas listrik terpasang cukup untuk menyuplai kebutuhan beban puncak listrik di daerah tersebut, dan akhirnya ketika target itu secara nasional tercapai, presidenlah yang mencanangkan pencapaian itu.
Hasilnya? Jauh lebih besar dari kelima hal itu. “Di PLN saya merasa telah menemukan model transformasi korporasi yang sangat besar yang biasanya sulit berubah,” katanya.
Kita lihat, Dahlan punya visi untuk memetakan masalah, merumuskannya dengan sederhana, menyusun langkah mengatasi hal itu, dan dengan berfokus pada konsumen yang harus dilayani PLN, ia serta-merta memperbaiki kinerja internal PLN. Ia melakukan transformasi besar-besaran, sesuatu yang tadinya sulit bahkan mustahil dibayangkan bisa terjadi.
Mungkin ada hal lain di luar tujuh hal tadi. Tapi bagi saya itu saja sudah cukup sebagai penanda dari seseorang yang berpikir dan bertindak solutif. Demikian.(hah)
Berpikir Solutif
SAYA menyebutnya berpikir dan bertindak solutif. Tentu saja solusi harus dicari dengan cara yang kreatif. Kreatif saja tidak cukup kalau tidak membawa ke solusi. Jadi, ini lebih dari berpikir kreatif. Ini adalah tindakan dan pikiran yang mengarah atau mendekati penyelesaian masalah, mengejar dan mendapatkan solusi.Bukan justru sebaliknya mencari-cari atau membikin masalah.
Masalah selalu ada. Masalah sudah banyak. Tak usah sengaja ditambah-tambahi. Setelah menyelesaikan satu masalah, masalah lain pasti sudah menunggu untuk dibereskan. Inilah perlunya sikap solutif itu. Itulah perlunya bertindak dan berpikir solutif. Pemimpin bisnis, pemimpin organisasi kemasyarakatan, pemimpin di pemerintahan perlu mengembangkan sikap ini.
Saya merumuskan ini langsung dari seorang guru yang tidak mengajarkan teori. Dia bahkan tidak pernah merumuskan sendiri teorinya. Dia memberi contoh dengan praktek langsung. Namanya: Dahlan Iskan.
Bagaimanakah cara berpikir dan bertindak solutif itu? Pertama, dia harus selalu optimis. Selalu punya harapan. Jika harapan itu tidak ada, dia yang harus menemukan, menumbuhkan dan menularkannya. Tanpa harapan, mustahil seseorang bisa berpikir mencari jalan keluar.
“Setiap hidup itu harus memiliki harapan atau hope. Sebelum melakukan perubahan pada sesuatu, terlebih dahulu harus menumbuhkan hope. Hope akan menjadi target, target menjadi program yang kemudian menjadi kegiatan,” kata Dahlan Iskan dalam sebuah wawancara (Dahlan Iskan Menteri BUMN – Masih ada Harapan bagi BUMN yang Merugi, Republika Senin 28 November 2011).
Kedua, solusi hanya bisa ditemukan, dicapai, diraih dengan kerja tim. Orang yang berpikir solutif percaya pada kekuatan tim. Ia bisa mencari, menemukan, dan memberdayakan orang-orang yang hebat, lalu mendudukkannya di posisi kunci, sehingga si tokoh kunci tadi bisa membangun kehebatan timnya.
Itu yang sekarang sedang dilakukan oleh Menteri Dahlan. “Saya berusaha menciptakan dream team di setiap BUMN,” katanya. Kunci untuk membentuk dream team, katanya, secara teoritis cari direktur utama yang hebat, cari orang produksi yang hebat, cari orang SDM yang hebat. Itu yang sudah dilakukannnya di Jawa Pos grup, sehingga jaringan koran ini menjadi yang terbesar di Indonesia.
Ketiga, orang yang solutif adalah orang yang komunikatif. Ia hebat mengomunikasian ide-idenya. Hebat artinya, ia bisa sampaikan dengan sederhana dan mudah dipahami oleh orang-orang lain yang harus mendukungnya, dan orang-orang lain yang harus mengeksekusi ide-idenya. “Saya sangat percaya bahwa komunikasi bisa menyelesaikan berbagai permasalahan,” kata Menteri Dahlan.
Keempat, orang yang solutif adalah orang yang pertama, berani dan berada di depan dalam mempertanggungjawabkan misinya. Ketika tahu bahwa DPR serong memanggil direktur utama BUMN, dan itu merepotkan, Dahlan mengambil alih tanggung jawab. “Saya inginnya DPR Cukup memanggil menteri saja, tidak perlu memanggil juga Dirut BUMN. Dirut itu biarkan bekerja saja. Kalau memang ada kesalahan, ya menteri saja yang dimarahi,” katanya.
Kelima, orang yang solutif adalah pekerja keras. Ketika menjadi Dirut PLN Dahlan Iskan pernah menantang pengusaha Sofjan Wanandi. PLN berencana mengubah struktur batas tarif listrik untuk industri yang ia nilai selama ini terlalu ringan. Sofyan menilai rencana itu adalah kemalasan PLN mencari jalan keluar agar perusahaan itu efisien, dan hanya memberatkan pengusaha. Dibilang malas, secara terbuka Dahlan menantang Sofyan.
“Seolah dia saja yang bisa kerja keras,” kata Dahlan, “Saya kepingin tahu, apakah dia bisa bekerja keras melebihi saya. Saya tahu bahwa saya ini orang yang lagi sakit dan belum lama operasi ganti hati. Tapi soal kerja keras, saya kepingin tahu siapa yang bekerja lebih keras, saya atau dia,” katanya.
Hanya orang yang benar-benar telah bekerja keras yang tahu apa arti kerja keras dan bagaimana bangganya mengatakan bahwa ia sudah bekerja keras. Dahlan jelas orang yang tergolong pada kelompok itu. Ia bukan orang yang asal omong, juga bukan orang yang cuma berani omong. Tantangannya kepada Sofyan Wanandi terlontar karena dia lebih dahulu disalahmengertikan. Ia harus meluruskan kesalahmengertian itu, dengan balik menantang. Ini adalah sebuah pertunjukan integritas diri yang memukau, bukan sekadar tindakan sok jagoan yang kosong.
Keenam, orang yang solutif adalah orang yang berpegang teguh pada komitmen. Karena komitmen adalah janji, dan janji itu harus ditepati.
“Ketika saya sudah berkomitmen, maka saya melihat itu sebagai janji dan janji itu harus saya tepati,” kata Dahlan Iskan dalam seminar kepemimpinan yang digelar oleh QB Leadership dan majalah Warta Ekonomi, yang menghadirkan dia sebagai pembicara.
Terakhir, yang ketujuh, orang yang berpikir solutif, adalah orang yang tidak rumit, ia bisa menyederhakan persoalan, bukan menganggapnya mudah. Tapi, ya soal yang sudah disederhakan jadi mudah untuk diatasi. Ia bisa mengurai benang kusut, lalu menyelesaikan persoalan dengan langkah yang tampaknya sederhana.
Ini bisa kita lihat dari bagaimana kinerja Dahlan Iskan ketika menjadi Dirut PLN, dalam waktu yang kurang dari dua tahun. Bertahun-tahun PLN dicap sebagai produsen yang memonopoli urusan listrik yang citranya buruk.
Dalam sebuah survei konsumen PLN dipersepsikan terutama dengan satu kata: byarpet. Listrik yang mati mendadak tiba-tiba dan bisa kapan saja, pelayanan yang buruk, daya listrik tidak cukup, dan kejam, konsumen telat bayar, aliran diputus.
Akhir tahun 2009, Dahlan Iskan dipercaya pemerintah untuk duduk di kursi Dirut PLN, yang secara harafiah kursi itu jarang atau nyaris tak pernah ia duduki. Dengan cepat ia memetakan apa masalah pabrik listrik plat merah itu dan menyusun langkah mengatasinya.
“Simpel,” kata Dahlan. Ada lima hal yang diinginkan konsumen. Pertama jangan ada krisis listrik. Kedua, jangan sering mati. Ketiga, jangan ada daftar tunggu. Keempat, tegangan harus stabil tidak naik turun. Kelima, listrik harus merata sampai ke pelosok-pelosok.
Dan selama menjadi Dirut PLN ia bekerja fokus pada kelima hal itu. Ia mengunjungi daerah-daerah yang krisis listrik. Ia canangkan dalam enam bulan tak ada lagi pemadaman bergilir, itu artinya kapasitas listrik terpasang cukup untuk menyuplai kebutuhan beban puncak listrik di daerah tersebut, dan akhirnya ketika target itu secara nasional tercapai, presidenlah yang mencanangkan pencapaian itu.
Hasilnya? Jauh lebih besar dari kelima hal itu. “Di PLN saya merasa telah menemukan model transformasi korporasi yang sangat besar yang biasanya sulit berubah,” katanya.
Kita lihat, Dahlan punya visi untuk memetakan masalah, merumuskannya dengan sederhana, menyusun langkah mengatasi hal itu, dan dengan berfokus pada konsumen yang harus dilayani PLN, ia serta-merta memperbaiki kinerja internal PLN. Ia melakukan transformasi besar-besaran, sesuatu yang tadinya sulit bahkan mustahil dibayangkan bisa terjadi.
Mungkin ada hal lain di luar tujuh hal tadi. Tapi bagi saya itu saja sudah cukup sebagai penanda dari seseorang yang berpikir dan bertindak solutif. Demikian.(hah)
Prokontra Iklan Keluarga BUMN
Kemarin, Keluarga Besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memasang iklan yang unik di sejumlah koran nasional. Di Kompas, misalnya, iklan berjudul “Indonesia Itu Mengecewakan”, tersebut tampil sebagai sampul koran. Meski judulnya Indonesia Itu Mengecewakan, tentu saja isinya bukan soal kegagalan pemerintah. Namun, soal keberhasilan pemerintahan SBY.
Indonesia, kata iklan itu, tumbuh 6,5 persen. Itu pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Bandingkan dengan Malaysia yang hanya tumbuh 5,8 persen, atau Singapura yang tumbuh 6,1 persen.
Dari sisi inflasi, inflasi Indonesia cukup rendah dibandingkan negara-negara yang jadi kiblat dunia seperti China maupun India. Bahkan pemerintah mampu menekan laju inflasi dari 5,8 persen jadi 4,61 persen. Tingkat utang pemerintah juga relatif rendah dibanding negara-negara pusat pertumbuhan utama dunia, Asean, dan negara-negara maju.
Lalu kenapa judulnya Indonesia Itu Mengecewakan? Itu ternyata anekdot. Perekonomian Indonesia yang berhasil tumbuh 6,5 persen tahun 2011, kata iklan itu, ternyata bisa mengecewakan “kubu ekonomi” yang optimistis, sekaligus, mengecewakan “kubu politik” yang pesimistis.
“Mestinya bukan hanya tumbuh 6,5 persen”. Itu kata golongan yang sangat optimistis. “Kok ekonomi Indonesia bisa tumbuh sampai 6,5 persen ya”. Itu kata golongan yang kecewa mengapa ekonomi Indonesia bisa begini bagusnya.
He he he…Indonesia itu memang mengecewakan. Bagi mereka yang hobinya kecewa…
Di dunia microblogging twitter, iklan BUMN itu juga jadi kicauan yang hangat. Banyak yang pro, juga banyak yang kontra. Pemilik akun @gurita_global, misalnya, meng-tweet, Kompas hari ini tidak sensitif terhadap kondisi real masyarakat. Tweet itu ditujukan ke Kompas karena iklan itu tampil di halaman sampul Kompas.
Pemilik akun @Dandhy_Laksono meng-tweet iklan tersebut sebagai “Buang anggaran dgn bikin selebaran mahal. Dititipkan ke Kompas.” Dandhy menyebut “Selebaran ‘Investment Grade’ di Kompas hari ini mengiringi pemogokan buruh di Timika serta pembantaian orangutan, petani sawit & warga Bima.”
Tapi dia menyebut iklan tersebut layak dikoleksi. “Tp selebaran berbayar pagi ini setidaknya layak koleksi. Jaga2 kalau tiba2 ada yg ujug2 di-bailout dgn dalih ‘dampak sistemik,” tweet-nya.
Ulil Abshar Abdalla menyambut baik iklan tersebut. Pemilik akun @ulil itu menyebut, “Indonesia itu memang mengecewakan, bagi mereka yg hobinya kecewa, kata iklan Dahlan Iskan di Kompas hari ini. KEREN!,” tweet-nya.
Ulil menyambung, “Di bawah SBY, Indo capai pertumbuhan ekonomi 6,5%/tahun+berhasil naik ke investment grade. Msh ada kurang di sana-sini, ya. Tp ada progress,” katanya.
Kata Ulil, “Iklan Dahlan Iskan di Kompas hari ini diinspirasikan oleh joke-nya ekonom kita, Dede Chatib Basri,” katanya.
Menurut Anda, Indonesia mengecewakankah? (med)
Indonesia, kata iklan itu, tumbuh 6,5 persen. Itu pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Bandingkan dengan Malaysia yang hanya tumbuh 5,8 persen, atau Singapura yang tumbuh 6,1 persen.
Dari sisi inflasi, inflasi Indonesia cukup rendah dibandingkan negara-negara yang jadi kiblat dunia seperti China maupun India. Bahkan pemerintah mampu menekan laju inflasi dari 5,8 persen jadi 4,61 persen. Tingkat utang pemerintah juga relatif rendah dibanding negara-negara pusat pertumbuhan utama dunia, Asean, dan negara-negara maju.
Lalu kenapa judulnya Indonesia Itu Mengecewakan? Itu ternyata anekdot. Perekonomian Indonesia yang berhasil tumbuh 6,5 persen tahun 2011, kata iklan itu, ternyata bisa mengecewakan “kubu ekonomi” yang optimistis, sekaligus, mengecewakan “kubu politik” yang pesimistis.
“Mestinya bukan hanya tumbuh 6,5 persen”. Itu kata golongan yang sangat optimistis. “Kok ekonomi Indonesia bisa tumbuh sampai 6,5 persen ya”. Itu kata golongan yang kecewa mengapa ekonomi Indonesia bisa begini bagusnya.
He he he…Indonesia itu memang mengecewakan. Bagi mereka yang hobinya kecewa…
Di dunia microblogging twitter, iklan BUMN itu juga jadi kicauan yang hangat. Banyak yang pro, juga banyak yang kontra. Pemilik akun @gurita_global, misalnya, meng-tweet, Kompas hari ini tidak sensitif terhadap kondisi real masyarakat. Tweet itu ditujukan ke Kompas karena iklan itu tampil di halaman sampul Kompas.
Pemilik akun @Dandhy_Laksono meng-tweet iklan tersebut sebagai “Buang anggaran dgn bikin selebaran mahal. Dititipkan ke Kompas.” Dandhy menyebut “Selebaran ‘Investment Grade’ di Kompas hari ini mengiringi pemogokan buruh di Timika serta pembantaian orangutan, petani sawit & warga Bima.”
Tapi dia menyebut iklan tersebut layak dikoleksi. “Tp selebaran berbayar pagi ini setidaknya layak koleksi. Jaga2 kalau tiba2 ada yg ujug2 di-bailout dgn dalih ‘dampak sistemik,” tweet-nya.
Ulil Abshar Abdalla menyambut baik iklan tersebut. Pemilik akun @ulil itu menyebut, “Indonesia itu memang mengecewakan, bagi mereka yg hobinya kecewa, kata iklan Dahlan Iskan di Kompas hari ini. KEREN!,” tweet-nya.
Ulil menyambung, “Di bawah SBY, Indo capai pertumbuhan ekonomi 6,5%/tahun+berhasil naik ke investment grade. Msh ada kurang di sana-sini, ya. Tp ada progress,” katanya.
Kata Ulil, “Iklan Dahlan Iskan di Kompas hari ini diinspirasikan oleh joke-nya ekonom kita, Dede Chatib Basri,” katanya.
Menurut Anda, Indonesia mengecewakankah? (med)
Si Pembuat Berita Itu Kini Jadi Target Pemburu Berita (1)
Bagi rata-rata pemimpin koran di dalam jaringan Jawa Pos Grup, Pak Dahlan naik kereta atau ojek itu tidak mengandung keanehan samasekali. Jelas sangat jauh dari hasrat bikin sensasi, apalagi membangun citra. Itu hanya kebiasaan lama.
Tahun 2011 diakhiri dengan gonjang-ganjing keseharian Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) Dahlan Iskan. Terakhir adalah kehebohan, ketika dia naik kereta api (KA), sarana transportasi umum rakyat jelata, lalu naik ojek menuju Istana Bogor, untuk menghadiri rapat kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sebenarnya itu ‘kejadian biasa’. Artinya, biasa dilakukan Pak Dahlan. Bahkan sudah terjadi untuk kesekian kali, sejak dilantik menjadi Meneg BUMN Oktober 2011. Namun hari itu rencananya naik KA rupanya tercium wartawan di Jakarta. Maka Pak Dahlan pun mereka kuntit sejak di Stasiun Manggarai Jakarta.
Para wartawan dari media cetak, online maupun stasiun televisi nasional mengikutinya sampai di Stasiun Bogor. Sebagai orang yang sangat akrab dengan dunia kewartawanan, tentu Pak Dahlan tak berusaha menghindar. Apalagi sebagai Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat, Pak Dahlan tahu para wartawan itu memburunya karena ada yang menarik untuk diberitakan.
Bagi para wartawan, yang menarik diberitakan tentulah ini: seorang menteri negara yang mengurusi BUMN beromset Rp 3.000 triliun, yang mau rapat di Istana Bogor, naik kereta api bersama rakyat jelata, berdiri pula, lalu melanjutkannya dengan naik ojek!
Maka kehebohan pun terjadi begitu berita itu disajikan di media online hari itu juga, lengkap dengan fotonya. Apalagi kemudian stasiun-stasiun televisi nasional juga menayangkannya.
Memang sangat banyak respon positifnya. Bisa dilihat dari komentar-komentar di jejaring sosial hari itu. Termasuk yang masuk ke telepon genggam, maupun yang disampaikan langsung kepada saya ketika bertemu kenalan. Seolah masyarakat Indonesia sedang sangat menantikan hadirnya pemimpin yang benar-benar merakyat.
Tapi ada juga yang merespon negatif, yang menganggap Pak Dahlan sedang tebar pesona untuk kepentingan suksesi kepala negara, dua tahun lagi.
Saya berada di dekat Pak Dahlan sejak 30 tahun silam, sampai sekarang. Kejadian naik kereta bersama rakyat jelata dari Jakarta ke Bogor maupun sebaliknya itu hal biasa saja. Saya sudah beberapa kali diajaknya, ketika mengunjungi kantor surat kabar dalam jaringan Jawa Pos Grup yang terbit di Bogor, yakni Radar Bogor.
Terakhir, tiga tahun lalu. Di kereta itu kami ya berjejalan bersama penumpang yang membawa ayam dagangan, yang membawa sayur-mayur, menyelip di antara pedagang rokok, dan pedagang kacang goreng yang berseliweran menjajakan dagangan saat kereta berjalan. “Dengan naik kereta ini kita lebih cepat sampai ke tujuan, kareta bebas dari kemacetan lalulintas Jakarta,” kata Pak Dahlan ketika itu.
Bahwa sejak diamanahi sebagai Meneg BUMN menjadi lebih sering naik KA, saya yakin, ya karena ada yang hendak dipahaminya. Memang begitulah kebiasaan Pak Dahlan dengan pekerjaannya. Semuanya diselami dengan sangat dalam, untuk kemudian dicarikannya solusi-solusi terbaik.
Pak Dahlan tidak pernah setengah-setengah belajar tentang apapun. Terakhir, untuk memahami operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), Pak Dahlan tinggal berhari-hari di lokasi PLTU Embalut, di Tenggarong Seberang. Tengah malam terbangun dari tidurnya, Pak Dahlan “bertahajud” menemui para operator PLTU Embalut. Menanyakan detil operasionalnya. Berhari-hari ini dilakukannya, dan berkali-kali pula di kesempatan bulan lainnya.
Maka jika anda sekarang bertanya kepada pak Dahlan tentang proses kerja PLTU, saya yakin anda akan mendapatkan penjelasan yang tidak kalah dari penjelasan profesor ahli listrik.
Soal Pak Dahlan naik ojek, pun tidak ada yang aneh bagi para pimpinan surat kabar di jaringan Jawa Pos Grup. Sering kali saya ingatkan mereka, jika dapat kabar Pak Dahlan akan datang, jangan terlambat menjemputnya. Sebab bisa bikin Pak Dahlan naik ojek. Kejadian itu sudah pernah terjadi di Banjar Baru (Kalimantan Selatan), Palu (Sulawesi Tengah), Palangka Raya (Kalimantan Tengah), tiga wilayah yang langsung di bawah kendali saya.
Kantor pusat koran kami di Kalimantan Selatan berada di kota Banjar Baru, tidak jauh dari Bandar Udara Syamsudin Noor.
Ketika itu Pak dahlan mengabarkan rencana ke Banjar Baru. Karena saya sedang padat kegiatan di Kalimantan Timur, tidak bisa menemani. Maka saya sampaikan kepada pimpinan koran Radar Banjar untuk menjemputnya di bandara, dan jangan terlambat. Ternyata pimpinan koran Radar Banjar terlambat datang. Sampai penumpang terakhir pesawat itu meninggalkan ruang kedatangan, dia tidak bertemu dengan Pak Dahlan. Apa yang terjadi? Ternyata Pak Dahlan sudah berada di kantor Radar Banjar. Siapa yang mengantarnya ke situ? Tukang ojek.
Tidak ada kemarahan pada si penjemput. “Pesawat yang saya tumpangi tadi kelajuan, makanya saya datang lebih awal,” kata Pak Dahlan sembari melepas senyum khasnya. Demikian dikisahkan pimpinan koran Radar Banjar kepada saya. Sejak peristiwa itu, sampai berminggu-minggu berikutnya, pimpinan Radar Banjar mengaku merasa terhukum secara batiniah, karena teledor terlambat menjemput Pak Dahlan.
Meski saya tegaskan bahwa Pak Dahlan bukan pemarah dan bukan pula pendendam, toh pimpinan Radar Banjar yang masih remaja ketika itu, merasa sangat bersalah.
Demikian pula ketika pertama-tama saya bertugas di Balikpapan. Ketika itu Bandara Sepinggan masih buruk, jaraknya dari kantor kami hanya tiga kilometer. Setiap mengunjungi kantor Kaltim Post, Pak Dahlan malah tidak pernah memberi kabar. Tiba-tiba muncul di ruang tamu kantor Kaltim Post. Ketika saya tanya “Siapa yang jemput?” – Pak Dahlan dengan enteng menjawab, “Naik ojek”.
Begitupun saat di Makassar telat dijemput, Pak Dahlan jalan kaki menuju jalan raya lalu naik pete-pete (angkot) ke kantor Fajar. (Zainal Muttaqin / bersambung)
Tahun 2011 diakhiri dengan gonjang-ganjing keseharian Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) Dahlan Iskan. Terakhir adalah kehebohan, ketika dia naik kereta api (KA), sarana transportasi umum rakyat jelata, lalu naik ojek menuju Istana Bogor, untuk menghadiri rapat kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sebenarnya itu ‘kejadian biasa’. Artinya, biasa dilakukan Pak Dahlan. Bahkan sudah terjadi untuk kesekian kali, sejak dilantik menjadi Meneg BUMN Oktober 2011. Namun hari itu rencananya naik KA rupanya tercium wartawan di Jakarta. Maka Pak Dahlan pun mereka kuntit sejak di Stasiun Manggarai Jakarta.
Para wartawan dari media cetak, online maupun stasiun televisi nasional mengikutinya sampai di Stasiun Bogor. Sebagai orang yang sangat akrab dengan dunia kewartawanan, tentu Pak Dahlan tak berusaha menghindar. Apalagi sebagai Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat, Pak Dahlan tahu para wartawan itu memburunya karena ada yang menarik untuk diberitakan.
Bagi para wartawan, yang menarik diberitakan tentulah ini: seorang menteri negara yang mengurusi BUMN beromset Rp 3.000 triliun, yang mau rapat di Istana Bogor, naik kereta api bersama rakyat jelata, berdiri pula, lalu melanjutkannya dengan naik ojek!
Maka kehebohan pun terjadi begitu berita itu disajikan di media online hari itu juga, lengkap dengan fotonya. Apalagi kemudian stasiun-stasiun televisi nasional juga menayangkannya.
Memang sangat banyak respon positifnya. Bisa dilihat dari komentar-komentar di jejaring sosial hari itu. Termasuk yang masuk ke telepon genggam, maupun yang disampaikan langsung kepada saya ketika bertemu kenalan. Seolah masyarakat Indonesia sedang sangat menantikan hadirnya pemimpin yang benar-benar merakyat.
Tapi ada juga yang merespon negatif, yang menganggap Pak Dahlan sedang tebar pesona untuk kepentingan suksesi kepala negara, dua tahun lagi.
Saya berada di dekat Pak Dahlan sejak 30 tahun silam, sampai sekarang. Kejadian naik kereta bersama rakyat jelata dari Jakarta ke Bogor maupun sebaliknya itu hal biasa saja. Saya sudah beberapa kali diajaknya, ketika mengunjungi kantor surat kabar dalam jaringan Jawa Pos Grup yang terbit di Bogor, yakni Radar Bogor.
Terakhir, tiga tahun lalu. Di kereta itu kami ya berjejalan bersama penumpang yang membawa ayam dagangan, yang membawa sayur-mayur, menyelip di antara pedagang rokok, dan pedagang kacang goreng yang berseliweran menjajakan dagangan saat kereta berjalan. “Dengan naik kereta ini kita lebih cepat sampai ke tujuan, kareta bebas dari kemacetan lalulintas Jakarta,” kata Pak Dahlan ketika itu.
Bahwa sejak diamanahi sebagai Meneg BUMN menjadi lebih sering naik KA, saya yakin, ya karena ada yang hendak dipahaminya. Memang begitulah kebiasaan Pak Dahlan dengan pekerjaannya. Semuanya diselami dengan sangat dalam, untuk kemudian dicarikannya solusi-solusi terbaik.
Pak Dahlan tidak pernah setengah-setengah belajar tentang apapun. Terakhir, untuk memahami operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), Pak Dahlan tinggal berhari-hari di lokasi PLTU Embalut, di Tenggarong Seberang. Tengah malam terbangun dari tidurnya, Pak Dahlan “bertahajud” menemui para operator PLTU Embalut. Menanyakan detil operasionalnya. Berhari-hari ini dilakukannya, dan berkali-kali pula di kesempatan bulan lainnya.
Maka jika anda sekarang bertanya kepada pak Dahlan tentang proses kerja PLTU, saya yakin anda akan mendapatkan penjelasan yang tidak kalah dari penjelasan profesor ahli listrik.
Soal Pak Dahlan naik ojek, pun tidak ada yang aneh bagi para pimpinan surat kabar di jaringan Jawa Pos Grup. Sering kali saya ingatkan mereka, jika dapat kabar Pak Dahlan akan datang, jangan terlambat menjemputnya. Sebab bisa bikin Pak Dahlan naik ojek. Kejadian itu sudah pernah terjadi di Banjar Baru (Kalimantan Selatan), Palu (Sulawesi Tengah), Palangka Raya (Kalimantan Tengah), tiga wilayah yang langsung di bawah kendali saya.
Kantor pusat koran kami di Kalimantan Selatan berada di kota Banjar Baru, tidak jauh dari Bandar Udara Syamsudin Noor.
Ketika itu Pak dahlan mengabarkan rencana ke Banjar Baru. Karena saya sedang padat kegiatan di Kalimantan Timur, tidak bisa menemani. Maka saya sampaikan kepada pimpinan koran Radar Banjar untuk menjemputnya di bandara, dan jangan terlambat. Ternyata pimpinan koran Radar Banjar terlambat datang. Sampai penumpang terakhir pesawat itu meninggalkan ruang kedatangan, dia tidak bertemu dengan Pak Dahlan. Apa yang terjadi? Ternyata Pak Dahlan sudah berada di kantor Radar Banjar. Siapa yang mengantarnya ke situ? Tukang ojek.
Tidak ada kemarahan pada si penjemput. “Pesawat yang saya tumpangi tadi kelajuan, makanya saya datang lebih awal,” kata Pak Dahlan sembari melepas senyum khasnya. Demikian dikisahkan pimpinan koran Radar Banjar kepada saya. Sejak peristiwa itu, sampai berminggu-minggu berikutnya, pimpinan Radar Banjar mengaku merasa terhukum secara batiniah, karena teledor terlambat menjemput Pak Dahlan.
Meski saya tegaskan bahwa Pak Dahlan bukan pemarah dan bukan pula pendendam, toh pimpinan Radar Banjar yang masih remaja ketika itu, merasa sangat bersalah.
Demikian pula ketika pertama-tama saya bertugas di Balikpapan. Ketika itu Bandara Sepinggan masih buruk, jaraknya dari kantor kami hanya tiga kilometer. Setiap mengunjungi kantor Kaltim Post, Pak Dahlan malah tidak pernah memberi kabar. Tiba-tiba muncul di ruang tamu kantor Kaltim Post. Ketika saya tanya “Siapa yang jemput?” – Pak Dahlan dengan enteng menjawab, “Naik ojek”.
Begitupun saat di Makassar telat dijemput, Pak Dahlan jalan kaki menuju jalan raya lalu naik pete-pete (angkot) ke kantor Fajar. (Zainal Muttaqin / bersambung)
Si Pembuat Berita Itu Kini Jadi Target Pemburu Berita (2-Habis)
DAHLAN Iskan Capres. Demikian judul berita utama Pikiran Rakyat, surat kabar terbesar di Jawa Barat dan Banten, edisi Jumat 30 Desember 2011. Ini untuk kesekian kalinya media cetak, online maupun stasiun televisi nasional menghubung-hubungkan Pak Dahlan dengan suksesi kepala negara.
Simaklah jawaban Pak Dahlan ketika ditanya Sys NS, yang memandu salah satu acara di TV One. “Apakah Pak Dahlan siap jika dicalonkan sebagai presiden oleh parpol pada pilpres yang akan datang?”
“Waduh, saya jangan ditanya soal itu. Nanti membuat saya tidak lagi bekerja dengan ikhlas, karena ada target jadi presiden,” jawab yang ditanya.
Kepada banyak orang yang bicara capres, Pak Dahlan selalu bilang: “Itu bahaya! Bisa-bisa orang menilai bahwa saya kerja keras itu karena ada maksud politik. Itu bahaya. Bisa mengganggu keikhlasan saya dalam mengabdi. Astaghfirullah!”
Sebagian orang bisa tidak percaya dengan jawaban itu. Siapa sih yang tidak ingin jadi presiden? Tapi saya yang 30 tahun lebih bersama Pak Dahlan, sampai sekarang meyakini jawaban Pak Dahlan itu bukan basa-basi.
Prinsip kepemimpinan yang diajarkan Pak Dahlan kepada kami di jaringan surat kabar Jawa Pos Grup adalah: jika kita tidak bisa menjadi bawahan yang baik, tentu kita tidak akan bisa menjadi atasan yang baik.
Saat ini Pak Dahlan sedang menjadi bawahan Presiden SBY. Tentu tabu baginya membicarakan pengganti SBY, sekalipun secara undang-undang SBY tidak bisa lagi menjadi presiden karena sudah menduduki posisi itu dua periode. Maka sebagai bawahan SBY, Pak Dahlan berusaha dengan segala kemampuan untuk mendukung SBY sukses besar di akhir kepemimpinannya.
Sejak masih menjabat Direktur Utama PT PLN, Pak Dahlan sudah dihubung-hubungkan dengan suksesi kepala negara. Pernah salah satu lembaga survey di Jakarta merilis: “Popularitas Dahlan Iskan sudah di atas Megawati”. Padahal hasil-hasil survey sebelumnya menyebutkan Megawati teratas, disusul Parbowo Subianto, Wiranto, Hatta Rajasa dan lain-lain.
Ketika itu pula saya langsung meminta Ketua Forum Pemimpin Redaksi Jawa Pos Grup untuk mengadakan pertemuan, dan sudah dilakukan di Jakarta pertengahan Desember lalu. Kami ingin semua media di grup Jawa Pos tidak memberitakan Pak Dahlan dalam kaitannya dengan suksesi kepala negara.
Kami mengambil inisiatif itu, karena kami paham Pak Dahlan pasti tidak berkenan diberitakan seperti itu, tetapi punya keseganan menyampaikannya. Pak Dahlan tidak biasa melarang-larang wartawan memberitakan sesuatu. Biasanya Pak Dahlan sebatas mengajak diskusi wartawan tentang suatu berita. Hasil akhirnya: terserah si wartawan akan menulis seperti apa.
Ketika masih menjadi salah satu redaktur di Jawa Pos, saya pernah menurunkan artikel yang membuat perusahaan penerbangan Garuda sangat marah kepada Jawa Pos. Akibatnya, Garuda dan Merpati ketika itu tidak mau mengangkut koran Jawa Pos ke luar Jawa. Maka berhari-hari Jawa Pos menumpuk di Bandara Juanda Surabaya.
Direktur pemasaran Jawa Pos ketika itu sangat marah kepada saya. Bahkan sampai mengusulkan saya diberhentikan saja. Namun Pak Dahlan justru membela saya. “Apa yang dilakukan Zainal Muttaqin itu bagian dari otoritas wartawan. Saya sudah mengecek ke Zainal, artikelnya itu sudah sesuai fakta. Ya sudahlah, kalau koran kita memang tidak diangkut oleh pihak yang marah karena berita kita,” kata Pak Dahlan. Saya tak bisa melupakan kejadian ini.
Dengan tidak diangkut keluar Jawa ketika itu, Jawa Pos tentu mengalami kerugian puluhan juta rupiah setiap hari. Demikian pula para agen koran di daerah, yang praktis juga kehilangan sebagian rezeki.
Kami meyakini semua yang dilakukan Pak Dahlan dalam menjalankan tugasnya sebagai orang pemerintahan adalah melakukan yang terbaik untuk kemajuan republik ini. Tidak ada hasrat untuk mendapatkan popularitas-popularitas pribadi maupun kelompok.
Dari sering kali ngobrol, saya bisa menangkap kesan, bahwa Pak Dahlan sangat menghormati SBY. Diungkapkannya, apapun yang dilakukannya di PLN, yang bisa jadi membuat tidak nyaman orang-orang dekat SBY, ternyata tidak pernah mendapat teguran. “Saya jadi yakin Pak SBY sebenarnya menginginkan adanya terobosan-terobosan menuju kebaikan negara kita. Sayangnya, banyak yang tidak bisa melihat keinginan itu,” kata Pak Dahlan suatu ketika.
Maka, jika saja membaca berita utama koran Pikiran Rakyat itu, saya yakin Pak Dahlan tidak berkenan. Pendek kata, jangan kaitkan kerja “habis-habisan” sebagai Meneg BUMN itu dengan suksesi kepala negara. Pak Dahlan hanya mau bekerja kaffah untuk republik yang dia cintai ini. Ai guo, kata orang Tiongkok. ***
Catatan Zainal Muttaqin, Wakil Dirut JPNN
Tiga BUMN Siap IPO Tahun Ini
Dukungan tersebut muncul saat dialog antara SBY dengan pelaku usaha usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2012 di gedung BEI, kemarin (2/1). SBY menanggapi seorang penanya yang menilai semacam ada trauma dari perusahaan BUMN paska Initial Public Offering (IPO) Garuda Indonesia dan Krakatau Steel (KS).
“Saya mendorong BUMN kita yang sudah kredibel, yang memenuhi syarat,” kata SBY. Dia lantas bertanya kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan yang hadir dalam dialog tersebut jumlah perusahaan BUMN yang siap IPO. “Ada berapa sasarannya tahun ini?” tanyanya.
Dari Dahlan, SBY mendapat jawaban minimal ada tiga perusahaan BUMN yang siap melantai di BEI.
“Kalau Pak Dahlan Iskan bilang minimal tiga, itu biasanya sampainya lima nanti,” ujar SBY yang disambut tepuk tangan peserta dialog.
Presiden mengajak untuk belajar dari pengalaman IPO Garuda Indonesia dan KS. Dia setuju untuk memaksimalkan potensi yang ada. “Jangan sampai yang harusnya go public, tidak go public,” katanya. Begitu juga dengan kemampuan investasi.
“Jadi kalau ada kekuatan lebih jangan disimpan, jangan didepositokan, disimpen bawah bantal gitu. Harus diinvestasikan. Ini juga mindset kita di dalam menjalankan perekonomian di negeri ini,” sambung SBY.
Dalam pengantar dialognya, SBY menyatakan apresiasinya kepada pelaku usaha dan ekonomi yang berkontribusi meningkatkan pertumbuhan perekonomian tanah air. GDP 2011 sebesar USD 820 miliar, nantinya ditargetkan bisa menembus USD 1 triliun.
Sementara pendapatan perkapita masyarakat Indonesia USD 3.400 perorang pertahun. “Jangan sia-siakan momentum dan peluang yang tercipta dengan dinaikkannya kredit rate kita menjadi investment grade,” kata SBY.
Ditemui usai acara, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, sampai saat ini sudah ada tiga perusahaan pelat merah siap melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO pada 2012. “Yang sudah pasti Semen Baturaja. Itu kira-kira Juni atau Juli 2012,” ujarnya. PT Semen Baturaja (Persero) merupakan produsen semen yang 88 persen sahamnya dimiliki pemerintah.
Pihaknya sedang melakukan kajian terhadap harga ideal atas saham yang akan dilepas. Terlebih ada banyak perkembangan terhadap industri semen sehingga memengaruhi kinerja saham dari perusahaan sejenis yang sudah tercatat di bursa. “Kita lagi review, soalnya kemarin (harga saham) Semen Gresik pas akhir tahun harganya kan naik tinggi ya ke 11,450an jadi kita harus review lagi. Ini kan semen sedang bagus,” jelasnya.
Sementara untuk dua BUMN lain yang sudah siap masuk bursa tahun ini belum bisa dijelaskan lebih detil. Dahlan mengatakan, laporan terakhir dari deputi terkait menyatakan kesiapannya meskipun belum mendengar secara resmi dari korporasinya. “Intinya IPO BUMN itu kita serahkan ke korporasinya,” ucapnya.
Maka seandainya 7 BUMN sekalipun yang menyatakan siap go public pada tahun ini akan didukung. “Intinya mana yang siap saya dukung. Sebab ada tiga hal yang diperhatikan dalam IPO BUMN. Pertama kesiapan dari korporasi, kedua timingnya, ketiga kemampuan penyerapan pasar,” ungkap Dahlan.
Analis Mega Capital Indonesia, Arief Fahruri, mengatakan sektor industri semen pada 2012 sangat prospektif karena merupakan sektor pendukung infrastruktur, konstruksi, dan properti yang diprediksi sebagai sektor unggulan pada tahun Naga Api ini. “Pasar akan merespon kehadiran emiten semen. Maka saya rasa rencana Semen Baturaja tahun ini akan positif,” ujarnya kepada Jawa Pos (Batam Pos Group), kemarin.
Selain menempatkan sektor properti dan infrastruktur sebagai unggulan sehingga berimbas pada industri semen, katalisator lainnya adalah besarnya penetapan anggaran pemerintah untuk infrastruktur sampai 2014 dan pemain di industri semen relatif sedikit. “Sektor semen ini sangat sedikit pemainnya terutama yang besar. Kita bisa hitung sendiri mulai dari SMGR (Semen Gresik), SMCB (Holcim), INTP (Indocement), dan akan ada Baturaja. Selebihnya pemain kecil,” imbuhnya.
Tanda bahwa sektor semen diminati pasar sudah terlihat pada penutupan IHSG akhir tahun 2011. “Saham SMGR yang merupakan BUMN ditutup di level 14,450 atau naik 46 persen dibandingkan pembukaan 2011 di level 9,850. Saham INTP naik 7,9 persen ke level 17,050 dari 15,800 pada awal 2011. Sementara SMCB ditutup di level 2,175 atau turun 2,2 persen dari 2,225 pada awal 2011.
Kehadiran PT Semen Baturaja setidaknya akan menemani Semen Gresik sebagai satu-satunya perusahaan semen milik pemerintah yang sahamnya tercatat di BEI. Dalam situs resminya, kapasitas terpasang Semen Baturaja sebesar 1.250.000 ton semen per tahun, masing-masing di Pabrik Baturaja 550 ribu ton, Pabrik Palembang 350 ribu ton, dan Panjang 350 ribu ton atau sebesar 2,6 persen dibanding kapasitas terpasang nasional.
Adapun penjualan semen 2012 berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia diperkirakan mencapai 49 juta ton atau naik 13,95 persen dibandingkan 43 juta ton pada 2011. Kenaikan cukup tinggi ini terutama didukung oleh penambahan kapasitas yang dilakukan oleh SMGR, INTP, SMCB, dan Semen Bosowa. Hingga akhir 2011, SMGR menguasai sekitar 37 persen pasar semen nasional diikuti oleh INTP 34 persen dan SMCB 15 persen. (fal/gen/jpnn)
Delapan BUMN Go Public Tahun Ini
Proses go public untuk mendorong kinerja dan transparansi badan usaha milik negara (BUMN) terus bergulir. Kali ini sudah ada beberapa BUMN dan anak usaha BUMN yang antre untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, selain tiga BUMN yang sudah masuk target IPO 2012, ada tambahan lima BUMN dan anak usaha BUMN yang menyatakan siap IPO tahun ini. “Jadi, total ada delapan,” ujarnya kemarin (3/1).
Dahlan menyebut, tiga BUMN yang sudah masuk target IPO tahun ini adalah PT Semen Baturaja, PT Waskita Karya, dan Pegadaian. “Pegadaian (yang selama ini merupakan perusahaan umum) kan sudah jadi PT (perseroan terbatas). Jadi, IPO bisa jalan,” katanya.
Lalu, mana lagi lima BUMN dan anak usaha BUMN yang siap IPO tahun ini? Dahlan belum bersedia memerincinya. Menurut dia, saat ini Kementerian BUMN masih mengkaji berbagai aspek terkait dengan rencana IPO tersebut. “Itu masih perlu diolah lagi,” katanya.
Dalam roadmap BUMN, selain PT Semen Baturaja, PT Waskita Karya, dan Pegadaian, beberapa BUMN yang juga digadang-gadang untuk go public, antara lain, PT Pelindo II, PT Angkasa Pura (AP) I dan PT AP II, serta PT Jasindo (asuransi).
Selain itu, sebenarnya masih ada rencana IPO untuk BUMN sektor perkebunan, khususnya PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang kinerja keuangannya cukup besar. Misalnya, PTPN III, PTPN IV, dan PTPN VII. Namun, rencana tersebut diprediksi mundur ke 2013 karena menunggu proses pembentukan holding BUMN perkebunan yang ditargetkan selesai pada kuartal III tahun ini.
Sementara itu, anak usaha BUMN yang sudah sering disebut masuk daftar IPO adalah PT Krakatau Wajatama (anak usaha PT Krakatau Steel), PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (anak usaha PT PLN), serta PT Rekayasa Industri (anak usaha PT Pusri). (owi/c2/agm)
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, selain tiga BUMN yang sudah masuk target IPO 2012, ada tambahan lima BUMN dan anak usaha BUMN yang menyatakan siap IPO tahun ini. “Jadi, total ada delapan,” ujarnya kemarin (3/1).
Dahlan menyebut, tiga BUMN yang sudah masuk target IPO tahun ini adalah PT Semen Baturaja, PT Waskita Karya, dan Pegadaian. “Pegadaian (yang selama ini merupakan perusahaan umum) kan sudah jadi PT (perseroan terbatas). Jadi, IPO bisa jalan,” katanya.
Lalu, mana lagi lima BUMN dan anak usaha BUMN yang siap IPO tahun ini? Dahlan belum bersedia memerincinya. Menurut dia, saat ini Kementerian BUMN masih mengkaji berbagai aspek terkait dengan rencana IPO tersebut. “Itu masih perlu diolah lagi,” katanya.
Dalam roadmap BUMN, selain PT Semen Baturaja, PT Waskita Karya, dan Pegadaian, beberapa BUMN yang juga digadang-gadang untuk go public, antara lain, PT Pelindo II, PT Angkasa Pura (AP) I dan PT AP II, serta PT Jasindo (asuransi).
Selain itu, sebenarnya masih ada rencana IPO untuk BUMN sektor perkebunan, khususnya PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang kinerja keuangannya cukup besar. Misalnya, PTPN III, PTPN IV, dan PTPN VII. Namun, rencana tersebut diprediksi mundur ke 2013 karena menunggu proses pembentukan holding BUMN perkebunan yang ditargetkan selesai pada kuartal III tahun ini.
Sementara itu, anak usaha BUMN yang sudah sering disebut masuk daftar IPO adalah PT Krakatau Wajatama (anak usaha PT Krakatau Steel), PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (anak usaha PT PLN), serta PT Rekayasa Industri (anak usaha PT Pusri). (owi/c2/agm)
Mengubah Pemikiran Gajah di Pelupuk Mata
Ide segar bisa datang dari mana saja. Salah satunya disampaikan oleh Direktur Utama PT Pupuk Sriwijaya Holding Arifin Tasrif. Saya sangat tertarik dengan ide baru yang bisa sedikit mengatasi kesulitan gas untuk bahan baku pupuk. Ketika ide teman-teman Pupuk Sriwijaya ini saya sampaikan dalam pertemuan khusus dengan Presiden SBY, beliau juga sangat memuji.
Ide ini juga menjadi bukti bahwa berpikir kreatif lebih penting daripada terus-menerus mengeluh. Selama ini ada gejala terlalu banyak energi para pimpinan BUMN untuk mengeluh, ngomel, ikut menghujat. Termasuk soal kekurangan gas untuk bahan baku pabrik pupuk ini. Sampai-sampai saya pernah sangat kasihan pada industri pupuk yang harus menutup pabriknya karena kekurangan gas. Sampai-sampai, sewaktu saya menjabat Dirut PLN, saya menegaskan: biarlah gas-gas di Sumsel lebih diutamakan untuk pupuk. Padahal, saat itu PLN sendiri sangat membutuhkan gas.
Tentu, banyak teman PLN yang kurang setuju. Tetapi, saya punya logika sendiri. PLN masih bisa mencari sumber listrik dari bahan baku lain. Bahkan, untuk Sumsel, bahan baku itu melimpah: batubara dan air. Sedangkan pabrik pupuk Sriwijaya harus tutup kalau tidak mendapat gas. Memang, PLN tetap memerlukan gas, tetapi sebenarnya tidak harus sebanyak kapasitas pembangkitnya. Gas untuk PLN harus hanya untuk lima atau tujuh jam sehari. Yakni untuk jam-jam 16.00 sampai jam 22.00.
Memang, harus ada pemikiran yang radikal. PLN perlu membuat tangki CNG (compressed natural gas). Agar gas yang mengalir 24 jam itu jangan dipakai 24 jam, tetapi ditampung dulu dalam satu tangki. Gas itu harus dimampatkan agar tangkinya tidak terlalu besar. Baru pada jam yang diperlukan, gas tersebut dipakai.
Katakanlah di satu pulau atau di satu daerah atau di satu sistem, kebutuhan tetap (dasar) listrik sepanjang hari sebesar 1.000 MW. Baru pada jam-jam tertentu kebutuhan itu meningkat menjadi 1.200 MW. Sebaiknya, yang 1.000 MW diisi dengan pembangkit bertenaga batubara. Ditambah dengan geotermal dan air. Ini sesuai dengan sifat batubara, geotermal, dan air yang produksinya konstan. Baru pada jam-jam tertentu itu digunakan gas. Dengan demikian, dalam keadaan negara yang lagi kekurangan gas seperti sekarang, manajemen gas secara nasional bisa dilakukan dengan tepat.
Bisa jadi, teman-teman PLN tidak setuju dengan ide seperti ini. Itu wajar karena orang PLN harus membela perusahaannya lebih dulu. Tetapi, kalau kita sudah berbicara kepentingan nasional, tidak bisa lagi masing-masing sektor berpikir egoistis. Bisa jadi, efisien di satu tempat membuat pemborosan yang luar biasa di tempat lain. Bisa jadi, kepuasan di satu tempat menimbulkan ketidakpuasan di banyak tempat. Di sini harus ada manajemen nasional di bidang gas. Ego sektor yang selama ini menjadi salah satu kelemahan kita bersama harus diatasi.
Tentu, PLN tidak seperti itu. PLN sudah melahirkan ide CNG sejak 2 tahun lalu. Kini proyek CNG PLN yang pertama sedang dikerjakan. Semoga segera dibangun proyek serupa, besar-besaran, di semua daerah. Secara nasional, manajemen gas kita yang lagi sulit akan bisa lebih baik.
Demikian juga industri. Setiap industri harus berpikir untuk melakukan manajemen gas. Industri yang hanya menggunakan gas 12 jam sehari harus melakukan manajemen gas yang berbeda dengan industri yang menggunakan gas 24 jam. Industri yang libur di hari Sabtu dan Minggu harus diperlakukan tidak sama dengan industri yang bekerja 24 jam dalam 7 hari seminggu. Karena itu, pengadaan receiving terminal gas yang sebentar lagi selesai sangat cocok untuk melengkapi sistem manajemen gas yang tepat.
Ide baru perubahan manajemen gas seperti itulah, yang sedang dirancang teman-teman Pupuk Sriwijaya sekarang ini. Dulu Pupuk Sriwijaya itu seperti “melihat gajah di pelupuk mata”. Mereka mengeluh luar biasa karena kekurangan gas sebagai bahan baku pupuk. Tetapi, mereka lupa bahwa mereka sendiri ternyata melakukan pemborosan gas yang tidak perlu. Mereka telah menggunakan gas untuk membangkitkan listrik untuk kepentingan pabriknya. Inilah yang akan diubah oleh teman-teman Pupuk Sriwijaya. Mereka akan segera membangun pembangkit listrik tenaga batubara. Kalau PLTU ini sudah jadi, gas sebesar 40 juta mscfd bisa dihemat. Bisa dialihkan untuk bahan baku. “Bisa untuk menghidupkan satu pabrik tersendiri dengan kapasitas 1 juta ton/tahun!” ujar Arifin Tasrif.
Bahkan, mungkin tidak perlu menunggu PLTU-nya jadi. Sekarang ini sistem kelistrikan di Sumsel sudah tidak krisis lagi. Sudah banyak pembangkit baru yang mulai menghasilkan listrik. Termasuk geotermal Ulubelu sebentar lagi selesai dibangun.
Pabrik-pabrik pupuk yang lain akan mengikuti logika tersebut. Maka, energi besar yang selama ini dipergunakan untuk mengeluh terbukti bisa diubah menjadi energi yang sangat positif. Betapa penting menggunakan kapasitas berpikir untuk sesuatu yang positif dan kreatif.
Bahkan, PLN atau pabrik pupuk bisa melakukan pembicaraan swap energy dengan kilang LNG. Baik di Tangguh maupun di Bontang. Gas yang dipergunakan untuk membangkitkan listrik (untuk mencairkan gas) di dua terminal LNG tersebut sangat besar. Bisa saja PLN atau siapa pun membangunkan PLTU batubara di dua lokasi tersebut. Lalu, gas yang dibakar di situ diminta untuk kepentingan yang lebih strategis. Di Bontang swap gas itu bisa digunakan untuk pabrik Pupuk Kaltim, sedangkan di Tangguh bisa untuk listrik Papua.
Ide kreatif juga datang dari PT Pelni. Direktur Utama Pelni Jussabela menyampaikan kepada saya tentang ide baru “Kapal 3 in 1”. Ide ini bermula dari menurunnya jumlah penumpang kapal. Sejak maraknya penerbangan murah 10 tahunan yang lalu, penumpang kapal Pelni menurun drastis. Tinggal 50 persen. Tentu, Pelni mengalami kerugian yang sangat besar.
Padahal, Pelni tidak boleh menghentikan operasi. Pelni harus tetap mengemban tugas merangkai pulau-pulau Nusantara. Kalau Pelni tidak beroperasi, tidak ada pilihan bagi masyarakat golongan bawah yang ingin bepergian. Sekarang saja, kalau ada kapal Pelni yang dok (diperbaiki), harga-harga barang di suatu daerah terpencil langsung naik drastis.
Di samping itu, penumpang Pelni adalah juga para pedagang kecil yang hanya dengan menggunakan Pelni dia bisa membawa barang dalam jumlah banyak dengan biaya yang murah. Bahkan, untuk kilogram tertentu, tidak perlu membayar. Di saat pesawat semakin ketat dalam mengontrol berat barang bawaan, Pelni menjadi tumpuan bagi pedagang kecil antarpulau. Memang, kadang agak keterlaluan. Barang yang dibawa bukan lagi ratusan kilo, tetapi mendekati ton. Kalau ditegur, bisa memecah kaca terminal. Inilah yang membuat Pelni kian sulit.
Melihat gejala baru itu, teman-teman di Pelni bertekad mengubah semua kapalnya menjadi “kapal 3 in 1”. Agar tidak hanya bisa mengangkut orang. Kapal Pelni juga harus bisa mengangkut barang dan ternak. Artinya, sebagian ruang penumpang yang kini separo kosong itu diubah untuk bisa dimasuki kontainer. Setidaknya, kontainer-20. Bahkan, mungkin kontainer yang lebih kecil. Direksi Pelni sedang mendesain kontainer mini itu. Sekaligus untuk menambah fleksibilitas. Juga agar biaya modifikasinya lebih murah. Cukup mengadakan crane yang ukurannya kecil yang lebih murah.
Untuk itu, Pelni akan bekerja sama dengan Fakultas Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). ITS sudah punya pengalaman meredesain kapal Pelni untuk kepentingan serupa. Beberapa hari lalu, sebelum matahari terbit, saya melihat kapal yang sudah dimodifikasi itu di Tanjung Priok. Sekalian melihat terminal baru penumpang Pelni di situ. Terminal baru yang dibangun Pelindo II ini berselera tinggi. Tidak kalah dengan bandara sekelas Juanda Surabaya. Desainnya futuristik. Ruang tunggunya mengejutkan. Apalagi kalau pohon-pohon yang saya minta ditanam banyak-banyak di situ sudah besar nanti. Penumpang kapal Pelni tidak akan merasa rendah diri daripada penumpang pesawat terbang.
Saya juga sudah menyampaikan ide kreatif seperti ini kepada Presiden SBY. Beliau sangat menghargai bahkan berharap bisa ikut mengatasi kesulitan sistem logistik nasional. Terutama untuk daerah-daerah yang belum berkembang.
Jawa, misalnya, memerlukan daging sapi yang luar biasa besar. Tetapi, kiriman sapi dari Indonesia Timur sangat mahal. Sebab, tidak ada kapal khusus angkutan sapi. Kapal khusus sapi harus besar. Padahal, sapi yang akan diangkut, meskipun banyak, tersebar di daerah-daerah kecil. Tidak mungkin kapal khusus bisa melayaninya.
Dengan kapal Pelni “3 in 1”, lima atau enam ekor sapi dari satu daerah sudah bisa diangkut ke Jawa dengan ongkos yang murah. Presiden berharap ide kreatif ini bisa mendorong masyarakat di Indonesia Timur lebih semangat menernakkan sapi. Bisa menjual sapi dengan mudah dengan harga yang baik.
Tentu, penumpang Pelni tidak perlu merasa, kok disatukan dengan sapi. Bukankah penumpang pesawat juga tidak merasa disatukan dengan jenazah ketika pesawat itu sedang mengangkut jenazah? Tentu, sapi-sapi itu tidak akan dimasukkan ke peti mati, tetapi akan dimasukkan dalam kontainer. Yakni kontainer khusus yang kini lagi dipikirkan desainnya. Satu sapi satu kontainer. Dengan demikian, sapi di pelabuhan sudah dikemas dalam kontainer. Tidak akan ada pemandangan sapi gila yang mengamuk karena tidak mau digiring ke kapal.
Ide ini sekaligus untuk mengatasi ketidakseimbangan angkutan barang antarwilayah Indonesia. Kapal-kapal Pelni yang menuju Indonesia Timur itu selalu penuh barang kalau meninggalkan Jakarta atau Surabaya. Tetapi, ketika kembali ke Jawa, tidak banyak barang yang diangkut. Sayang sekali kalau kapal itu kosong. Dengan angkutan barang dan ternak ini, kapal Pelni yang kembali ke Jawa bisa penuh muatan. Dengan demikian, pendapatan Pelni bisa lebih baik. “Bisa naik 300 persen,” ujar Jussabela.
Kreativitas seperti itu akan terus didorong di semua BUMN. Agar bisa menggantikan sikap hanya bisa mengeluh atau cengeng. ***
Oleh : Dahlan Iskan
Menteri BUMN
Ide ini juga menjadi bukti bahwa berpikir kreatif lebih penting daripada terus-menerus mengeluh. Selama ini ada gejala terlalu banyak energi para pimpinan BUMN untuk mengeluh, ngomel, ikut menghujat. Termasuk soal kekurangan gas untuk bahan baku pabrik pupuk ini. Sampai-sampai saya pernah sangat kasihan pada industri pupuk yang harus menutup pabriknya karena kekurangan gas. Sampai-sampai, sewaktu saya menjabat Dirut PLN, saya menegaskan: biarlah gas-gas di Sumsel lebih diutamakan untuk pupuk. Padahal, saat itu PLN sendiri sangat membutuhkan gas.
Tentu, banyak teman PLN yang kurang setuju. Tetapi, saya punya logika sendiri. PLN masih bisa mencari sumber listrik dari bahan baku lain. Bahkan, untuk Sumsel, bahan baku itu melimpah: batubara dan air. Sedangkan pabrik pupuk Sriwijaya harus tutup kalau tidak mendapat gas. Memang, PLN tetap memerlukan gas, tetapi sebenarnya tidak harus sebanyak kapasitas pembangkitnya. Gas untuk PLN harus hanya untuk lima atau tujuh jam sehari. Yakni untuk jam-jam 16.00 sampai jam 22.00.
Memang, harus ada pemikiran yang radikal. PLN perlu membuat tangki CNG (compressed natural gas). Agar gas yang mengalir 24 jam itu jangan dipakai 24 jam, tetapi ditampung dulu dalam satu tangki. Gas itu harus dimampatkan agar tangkinya tidak terlalu besar. Baru pada jam yang diperlukan, gas tersebut dipakai.
Katakanlah di satu pulau atau di satu daerah atau di satu sistem, kebutuhan tetap (dasar) listrik sepanjang hari sebesar 1.000 MW. Baru pada jam-jam tertentu kebutuhan itu meningkat menjadi 1.200 MW. Sebaiknya, yang 1.000 MW diisi dengan pembangkit bertenaga batubara. Ditambah dengan geotermal dan air. Ini sesuai dengan sifat batubara, geotermal, dan air yang produksinya konstan. Baru pada jam-jam tertentu itu digunakan gas. Dengan demikian, dalam keadaan negara yang lagi kekurangan gas seperti sekarang, manajemen gas secara nasional bisa dilakukan dengan tepat.
Bisa jadi, teman-teman PLN tidak setuju dengan ide seperti ini. Itu wajar karena orang PLN harus membela perusahaannya lebih dulu. Tetapi, kalau kita sudah berbicara kepentingan nasional, tidak bisa lagi masing-masing sektor berpikir egoistis. Bisa jadi, efisien di satu tempat membuat pemborosan yang luar biasa di tempat lain. Bisa jadi, kepuasan di satu tempat menimbulkan ketidakpuasan di banyak tempat. Di sini harus ada manajemen nasional di bidang gas. Ego sektor yang selama ini menjadi salah satu kelemahan kita bersama harus diatasi.
Tentu, PLN tidak seperti itu. PLN sudah melahirkan ide CNG sejak 2 tahun lalu. Kini proyek CNG PLN yang pertama sedang dikerjakan. Semoga segera dibangun proyek serupa, besar-besaran, di semua daerah. Secara nasional, manajemen gas kita yang lagi sulit akan bisa lebih baik.
Demikian juga industri. Setiap industri harus berpikir untuk melakukan manajemen gas. Industri yang hanya menggunakan gas 12 jam sehari harus melakukan manajemen gas yang berbeda dengan industri yang menggunakan gas 24 jam. Industri yang libur di hari Sabtu dan Minggu harus diperlakukan tidak sama dengan industri yang bekerja 24 jam dalam 7 hari seminggu. Karena itu, pengadaan receiving terminal gas yang sebentar lagi selesai sangat cocok untuk melengkapi sistem manajemen gas yang tepat.
Ide baru perubahan manajemen gas seperti itulah, yang sedang dirancang teman-teman Pupuk Sriwijaya sekarang ini. Dulu Pupuk Sriwijaya itu seperti “melihat gajah di pelupuk mata”. Mereka mengeluh luar biasa karena kekurangan gas sebagai bahan baku pupuk. Tetapi, mereka lupa bahwa mereka sendiri ternyata melakukan pemborosan gas yang tidak perlu. Mereka telah menggunakan gas untuk membangkitkan listrik untuk kepentingan pabriknya. Inilah yang akan diubah oleh teman-teman Pupuk Sriwijaya. Mereka akan segera membangun pembangkit listrik tenaga batubara. Kalau PLTU ini sudah jadi, gas sebesar 40 juta mscfd bisa dihemat. Bisa dialihkan untuk bahan baku. “Bisa untuk menghidupkan satu pabrik tersendiri dengan kapasitas 1 juta ton/tahun!” ujar Arifin Tasrif.
Bahkan, mungkin tidak perlu menunggu PLTU-nya jadi. Sekarang ini sistem kelistrikan di Sumsel sudah tidak krisis lagi. Sudah banyak pembangkit baru yang mulai menghasilkan listrik. Termasuk geotermal Ulubelu sebentar lagi selesai dibangun.
Pabrik-pabrik pupuk yang lain akan mengikuti logika tersebut. Maka, energi besar yang selama ini dipergunakan untuk mengeluh terbukti bisa diubah menjadi energi yang sangat positif. Betapa penting menggunakan kapasitas berpikir untuk sesuatu yang positif dan kreatif.
Bahkan, PLN atau pabrik pupuk bisa melakukan pembicaraan swap energy dengan kilang LNG. Baik di Tangguh maupun di Bontang. Gas yang dipergunakan untuk membangkitkan listrik (untuk mencairkan gas) di dua terminal LNG tersebut sangat besar. Bisa saja PLN atau siapa pun membangunkan PLTU batubara di dua lokasi tersebut. Lalu, gas yang dibakar di situ diminta untuk kepentingan yang lebih strategis. Di Bontang swap gas itu bisa digunakan untuk pabrik Pupuk Kaltim, sedangkan di Tangguh bisa untuk listrik Papua.
Ide kreatif juga datang dari PT Pelni. Direktur Utama Pelni Jussabela menyampaikan kepada saya tentang ide baru “Kapal 3 in 1”. Ide ini bermula dari menurunnya jumlah penumpang kapal. Sejak maraknya penerbangan murah 10 tahunan yang lalu, penumpang kapal Pelni menurun drastis. Tinggal 50 persen. Tentu, Pelni mengalami kerugian yang sangat besar.
Padahal, Pelni tidak boleh menghentikan operasi. Pelni harus tetap mengemban tugas merangkai pulau-pulau Nusantara. Kalau Pelni tidak beroperasi, tidak ada pilihan bagi masyarakat golongan bawah yang ingin bepergian. Sekarang saja, kalau ada kapal Pelni yang dok (diperbaiki), harga-harga barang di suatu daerah terpencil langsung naik drastis.
Di samping itu, penumpang Pelni adalah juga para pedagang kecil yang hanya dengan menggunakan Pelni dia bisa membawa barang dalam jumlah banyak dengan biaya yang murah. Bahkan, untuk kilogram tertentu, tidak perlu membayar. Di saat pesawat semakin ketat dalam mengontrol berat barang bawaan, Pelni menjadi tumpuan bagi pedagang kecil antarpulau. Memang, kadang agak keterlaluan. Barang yang dibawa bukan lagi ratusan kilo, tetapi mendekati ton. Kalau ditegur, bisa memecah kaca terminal. Inilah yang membuat Pelni kian sulit.
Melihat gejala baru itu, teman-teman di Pelni bertekad mengubah semua kapalnya menjadi “kapal 3 in 1”. Agar tidak hanya bisa mengangkut orang. Kapal Pelni juga harus bisa mengangkut barang dan ternak. Artinya, sebagian ruang penumpang yang kini separo kosong itu diubah untuk bisa dimasuki kontainer. Setidaknya, kontainer-20. Bahkan, mungkin kontainer yang lebih kecil. Direksi Pelni sedang mendesain kontainer mini itu. Sekaligus untuk menambah fleksibilitas. Juga agar biaya modifikasinya lebih murah. Cukup mengadakan crane yang ukurannya kecil yang lebih murah.
Untuk itu, Pelni akan bekerja sama dengan Fakultas Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). ITS sudah punya pengalaman meredesain kapal Pelni untuk kepentingan serupa. Beberapa hari lalu, sebelum matahari terbit, saya melihat kapal yang sudah dimodifikasi itu di Tanjung Priok. Sekalian melihat terminal baru penumpang Pelni di situ. Terminal baru yang dibangun Pelindo II ini berselera tinggi. Tidak kalah dengan bandara sekelas Juanda Surabaya. Desainnya futuristik. Ruang tunggunya mengejutkan. Apalagi kalau pohon-pohon yang saya minta ditanam banyak-banyak di situ sudah besar nanti. Penumpang kapal Pelni tidak akan merasa rendah diri daripada penumpang pesawat terbang.
Saya juga sudah menyampaikan ide kreatif seperti ini kepada Presiden SBY. Beliau sangat menghargai bahkan berharap bisa ikut mengatasi kesulitan sistem logistik nasional. Terutama untuk daerah-daerah yang belum berkembang.
Jawa, misalnya, memerlukan daging sapi yang luar biasa besar. Tetapi, kiriman sapi dari Indonesia Timur sangat mahal. Sebab, tidak ada kapal khusus angkutan sapi. Kapal khusus sapi harus besar. Padahal, sapi yang akan diangkut, meskipun banyak, tersebar di daerah-daerah kecil. Tidak mungkin kapal khusus bisa melayaninya.
Dengan kapal Pelni “3 in 1”, lima atau enam ekor sapi dari satu daerah sudah bisa diangkut ke Jawa dengan ongkos yang murah. Presiden berharap ide kreatif ini bisa mendorong masyarakat di Indonesia Timur lebih semangat menernakkan sapi. Bisa menjual sapi dengan mudah dengan harga yang baik.
Tentu, penumpang Pelni tidak perlu merasa, kok disatukan dengan sapi. Bukankah penumpang pesawat juga tidak merasa disatukan dengan jenazah ketika pesawat itu sedang mengangkut jenazah? Tentu, sapi-sapi itu tidak akan dimasukkan ke peti mati, tetapi akan dimasukkan dalam kontainer. Yakni kontainer khusus yang kini lagi dipikirkan desainnya. Satu sapi satu kontainer. Dengan demikian, sapi di pelabuhan sudah dikemas dalam kontainer. Tidak akan ada pemandangan sapi gila yang mengamuk karena tidak mau digiring ke kapal.
Ide ini sekaligus untuk mengatasi ketidakseimbangan angkutan barang antarwilayah Indonesia. Kapal-kapal Pelni yang menuju Indonesia Timur itu selalu penuh barang kalau meninggalkan Jakarta atau Surabaya. Tetapi, ketika kembali ke Jawa, tidak banyak barang yang diangkut. Sayang sekali kalau kapal itu kosong. Dengan angkutan barang dan ternak ini, kapal Pelni yang kembali ke Jawa bisa penuh muatan. Dengan demikian, pendapatan Pelni bisa lebih baik. “Bisa naik 300 persen,” ujar Jussabela.
Kreativitas seperti itu akan terus didorong di semua BUMN. Agar bisa menggantikan sikap hanya bisa mengeluh atau cengeng. ***
Oleh : Dahlan Iskan
Menteri BUMN
Empat BUMN Kaji Kelayakan Mobnas
Kementerian BUMN tengah mengkaji kemungkinan pengembangan mobil nasional (mobnas) oleh perusahaan negara. Empat perusahaan pelat merah, yakni PT Inka, PT Bosma Bisma Indra (BBI), PT Barata Indonesia, dan PT Dirgantara Indonesia akan meriset kemungkinan pengembangan mobnas.
Dari ketiga BUMN itu, PT Inka memang telah memiliki prototipe mobil dengan nama GEA. “Saya hari Jumat (13/1) akan datang ke PT Inka. Nanti saya mau lihat, katanya sudah ada prototipenya, hampir selesai,” kata Menteri BUMN Dahlan Iskan di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, kemarin (10/1).
Dahlan mengatakan pengembangan mobil nasional tidak bisa dilakukan dengan emosional. ”Kan harus dihitung juga nilai bisnisnya,” katanya.
Dia lantas mencontohkan, Malaysia saat ini memiliki mobnas bermerek Proton. Namun, belum tentu bisnis Proton menguntungkan dan tidak menguras uang negara melalui subsidi. Sehingga, menurut Dahlan, pertimbangan utamanya adalah sisi komersial.
”Segera dihitung apakah secara komersial dan secara bisnis ini bisa masuk hitungan atau tidak. Begitu bisa masuk hitungan, harus ada yang berani di depan, BUMN harus berani,” kata Dahlan.
Pertimbangan yang digunakan juga bukan hanya harga murah. Namun, juga kualitas dan sambutan pasar. ”Belum tentu murah itu laku. Kalau misalnya murah tapi tidak aman, atau murah tapi gampang rusak,” ujarnya.
Gairah pengembangan mobnas mengemuka setelah Wali Kota Solo Joko Widodo berniat menggunakan mobil buatan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kiat Esemka.
Menteri Perindustrian MS. Hidayat mengapresiasi pengembangan mobnas. Meski begitu bukan hal mudah untuk mendorong Esemka masuk ke dalam lingkup industri otomotif. Karena, untuk masuk ke dalam pengembangan industri mobil, harus diikuti dengan kemampuan manufaktur secara permanen, teknologi dan kelayakan. ”Nah kalau itu sudah lolos, baru kita berpikir untuk masuk ke dalam industrinya,” tekan Hidayat.
Di dalam pembahasan mengenai industri sendiri tidak hanya meliputi manufaktur, melainkan termasuk infrastruktur dalam hal purna jual. Menurut dia, kalau Esemka ingin masuk ke industri, harus mulai memikirkan dari segi bisnis. Yakni harus bergabung dengan investor yang ingin berinvestasi. “Untuk itu, pemerintah akan membantu. Tapi, pada akhirnya yang dihadapi industri mobil baru adalah kompetisi di pasar domestik yang kini didominasi 20 merek,” tandas dia.
Sedangkan dari sisi pemerintah tidak bisa melakukan proteksi secara terus-menerus. Misalnya, proteksi berupa kebijakan fiskal dengan memberikan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) terhadap mesin yang belum bisa diproduksi di sini, sehingga menjadi nol persen. Maupun bantuan kredit bagi investor. Apalagi kalau proteksinya dianggap melanggar ketentuan WTO.
”Nah, jangan sampai gagal, Timor itu dulu gagal karena tidak bisa bersaing. Dulu diproteksi berlebihan sehingga kita dimarahi WTO. Memberi proteksi juga ada batasnya, karena pada akhirnya harus siap berkompetisi,” tukas dia. (sof/res/agm/jpnn)
Sebenarnya, kedatangan Dahlan Iskan ke Bontang bukanlah agenda utama. Karena tujuan Dahlan sebenarnya melihat 100 ribu lahan pertanian dan percetakan sawah di Berau, Kalimantan Timur dan Nunukan. Dia mampir, karena helikopter MI-17 V5 buatan Rusia milik TNI AD yang ditumpanginya itu harus mengisi bahan bakar setelah terbang dari Balikpapan.
Kendati demikian, malam sebelum Dahlan datang, protokoler Pemko Bontang, PT Pupuk Kaltim (PKT) dan PT Badak NGL sempat bingung.
Tak ada yang tahu pasti, apa yang akan dilakukan Dahlan.
Satu-satunya yang bisa dipastikan, adalah jam kedatangan Dahlan sekitar pukul 10.00 Wita.
Pukul 09.00 Wita, bandara PT Badak NGL sudah ramai dengan orang-orang berseragam perusahaan. Mereka adalah karyawan PT Pupuk Kaltim dan PT Badak NGL, tak terkecuali wartawan dan beberapa polisi yang bertugas untuk pengamanan. Semua orang di sana menanti kedatangan Dahlan Iskan, mereka saling bercanda dan ngobrol untuk mengisi waktu sembari menunggu sang maestro itu.
Seperti yang sudah diprediksi, tepat pukul 10.00 Wita, helikopter MI-17 V5 mendarat. Semua orang yang tadinya akrab, berbalik sibuk berpencar mencari tempat di depan pintu kedatangan penumpang. Dari balik pintu kaca, terlihat sosok sang menteri turun dari pintu heli. Dia mengenakan baju kaus lengan panjang putih yang digulung sedikit, bertuliskan Canopy Bridge Wisata Bukit Bengkirai. Plus, sepatu kets legendaris berwarna hitam, tak ketinggalan topi bulat bergaya army.
Penampilan santai, tak seperti menteri lainnya yang kerap terlihat menggunakan jas dan sepatu kulit mengkilap. Di antara orang-orang yang menunggunya itu ada yang bergumam, ”Menterinya mana sih, masak yang pakai baju kaus itu?”
Siang kemarin, Dahlan terlihat segar bugar dan enjoy. Senyum santai khasnya selalu dilontarkan pada siapa saja di hadapannya.
Kedatangan Dahlan ini, merupakan salah satu rangkaian tur ke kabupaten/kota se-Kaltim, untuk membicarakan rencana pembukaan lahan pertanian padi seluas 100 ribu hektare di Kaltim.
Tampak dalam rombongan itu Dirut PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Holding Arifin Tasrif, Dirut PT PKT Aas Asikin Idat. Juga terlihat wajah-wajah penting di BUMN seperti Direktur Utama Sang Hyang Seri, Dirut Perhutani, Dirut Pertani dan Dirut Inhutani.
Melalui pintu khusus di ruang bandara PT Badak yang langsung menembus ruangan coffee morning, Dahlan Iskan beserta rombongan diajak mampir oleh Hanung Budya, presiden direktur PT Badak.
Hanung ternyata sudah menyiapkan presentasi kilat seputar perusahaannya. Berulang kali Hanung menyebutkan, PT Badak seperti kejatuhan durian runtuh. Karena didatangi seorang menteri yang terkenal memiliki gaya pemecah masalah birokrasi dengan gaya korporasi.
Saat mengikuti pertemuan itu, Dahlan menanggapi dengan santai, ia hanya tersenyum dan sesekali menyela presentasi itu.
Sekitar 15 menit, presentasi itu akhirnya berakhir. Buru-buru Dahlan Iskan yang ditemani Wali Kota Adi Darma, meninggalkan arena dan langsung menuju bus PT PKT yang sudah menunggu selama 15 menit. Dia mengatakan perjalanannya masih panjang, pasalnya Dahlan harus mengikuti plant tour ke lokasi pabrik PT PKT, guna melihat-lihat kondisi pabrik raksasa itu. Waktunya makin mepet, karena sebenarnya presentasi PT Badak itu tak ada dalam schedule. Akibatnya, waktu sempit karena Dahlan punya jadwal terbang meninjau lahan percetakan sawah. Wajah-wajah agak panik pun sempat nampak dari beberapa protokoler. Namun, Dahlan tetap santai saja.
“Bagus, tapi jangan lupa penghematan,” ulangnya lagi sembari meninggalkan ruangan, lalu masuk ke dalam bus.
Melalui jalur utama jalan raya, rombongan bus Dahlan Iskan memasuki kawasan PT PKT. Tak ada mobil patroli atau motor polisi lalu lintas yang mengawal.
Saat memasuki lokasi pabrik, beberapa mobil di belakang bus yang ditumpangi Dahlan terpaksa disetop. Lantaran kondisi pabrik harus tetap kondusif, dan tidak boleh sembarangan meski hanya berkeliling-keliling saja. Saat semua menunggu di luar, bus Dahlan tetap berjalan secara pelan. Rombongan itu mengelilingi kawasaan pabrik, selama 30 menit.
Waktu menunjukkan pukul 11.00 wita. Lagi-lagi bus yang membawa Dahlan mampir di suatu tempat, kali ini restoran Bontang Kuring PKT. “Waktunya makan siang, Pak,” kata salahsatu anggota humas PT PKT mempersilahkan Dahlan untuk menyantap hidangan ikan mas goreng dan asam manis kepiting.
Dahlan dan rombongan, duduk membelakangi kolam di sebelah resto terbuka itu. Terlihat, ia menyantap menu yang disediakan dengan lahap diselingi perbincangan ringan seputar rencana pembukaan lahan bersama petinggi BUMN dan wali kota Adi Darma.
Begitu selesai, Dahlan langsung berdiri. Dengan lugas, dia langsung berseru. “Ayo, ayo.. Kumpul-kumpul. Yang BUMN kita kumpul dulu. Yang masih makan, silakan dilanjut dulu, mumpung ikannya enak,” kata Dahlan.
Tentu saja ini agak nyeleneh, karena yang dipanggil adalah para petinggi BUMN yang tentunya dulu akrab dengan birokrasi. Kali ini, dengan gaya kawan di warung kopi, Dahlan memanggil mereka semua untuk duduk satu meja. Dia membahas langkah yang harus diambil, agar investasi pembuatan cetak sawah dan lahan pertanian di Kaltim itu sukses. Sehingga nilai investasi Rp 9 triliun lebih itu bisa ditangkap Kaltim, yang memang memiliki potensi pertanian yang tinggi. Sayangnya, itu semua off the record.
“Teman-teman wartawan, boleh ikut mendengarkan rencana ini sebagai background, tapi tidak untuk dipublikasikan. Soalnya takut tidak jadi. Kan nanti sama-sama rugi, lahan tak jadi dan kawan-kawan wartawan juga tidak punya berita nanti,” serunya, kali ini menggunakan mik yang telah diberi staf karyawan PKT, membuat semua orang tertawa.
Singkat cerita, Dahlan mengharapkan rencana besarnya harus berjalan lancar. Ia menjelaskan 100 ribu hektare lahan yang sudah tersedia, harus diolah dengan benar. Seperti mencontoh salah satu pabrik di Pulau Jawa, dan bukan perusahaan tambang.
“Yang dimakan manusia kan bukan batubara. Tidak juga makan minyak sawit toh, soalnya bakal kolesterol. Jadi harus diolah dengan benar,” kalimatnya agak sedikit nyeleneh.
Sebelum menutup pertemuan, Dahlan secara khusus masuk ke dapur restoran. “Saya ingin ketemu kokinya dulu. Masakannya enak,” katanya langsung masuk ke dapur.
Di sana, semua kru restoran langsung mesem-mesem. Dahlan mengecek alat masak dan bertemu dengan kokinya. Bahkan sempat bertanya dari mana si koki belajar masak.
“Karedoknya enak, empalnya enak, kok bisa enak. Gurunya dari mana?” tanya Dahlan.
“Guru saya dari Bandung, Pak,” jawab si koki, mengakhiri kunjungan Dahlan di Bontang. (non/che/jpnn)
“Kesimpulan kami bahwa industri dalam negeri, gabungan BUMN dan swasta sudah mampu menyediakan tangki dan konverter kit untuk konversi BBM. Mereka sudah mampu sediakan 100 persen, jadi tidak perlu impor,” ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan usai rapat tentang kesiapan produksi Konverter Kit di Gedung PT Dirgantara Indonesia kemarin.
Beberapa BUMN yang menyatakan siap mendukung pembuatan konverter kit antara lain PT DI, PT Pindad, PT Boma Bisma Indra, PT Dok Perkapalan Surabaya, PT Inti, PT Krakatau Steel Tbk, PT Inka, dan PT Bharata Indonesia. “Selain itu, terdapat delapan pabrikan swasta yang siap bekerjasama karena memiliki kemampuan membuat konverter kit itu,” tandasnya.
Menurut Dahlan, nantinya pembuatan konverter kit tersebut akan dibagi-bagi, dengan PT DI ditunjuk sebagai pimpinan proyek. Kementerian BUMN menargetkan pada kuartal empat 2012 sudah dapat memproduksi 300 ribu konverter kit dan pada tahun-tahun selanjutnya kemampuan produksinya diharapkan terus meningkat. ”Mungkin 2013 produksi satu juta unit, lalu tahun selanjutnya juga,” terangnya.
Saat ini, BUMN-BUMN tersebut masih menunggu kepastian pemerintah apakah akan mengkonversi BBM ke bentuk CNG (Compressed Natural Gas) atau LGV (Liquid Gas for Vehicle). Namun, BUMN menyatakan kesiapannya jika keduanya diterapkan.
“Kami siap dua-duanya. Tapi, rugi kan kalau disiapkan keduanya ternyata yang digunakan satu,” kata Dahlan.
PT DI, kata Dahlan, mampu membuat konverter kit untuk mobil bermesin injeksi, mesin karburator ataupun mesin diesel. Saat ini, BUMN masih menunggu kepastian pemerintah mengenai teknis program konversi BBM bersubsidi tersebut. “Kita juga sedang tunggu, apakah pembelian konverter kit itu ditanggung APBN, ataukah oleh konsumen, atau gabungan dua-duanya. Saya nggak bisa jawab karena bukan wewenang saya, “ tukasnya.
Menurut Dahlan, program konversi energi ini perlu didukung sepenuhnya oleh BUMN. Pasalnya produksi minyak nasional terus merosot, hingga hanya mencapai 900-an barel perhari.
“Kalau produksi minyak turun terus berarti kita harus impor minyak mentah padahal mahal, yang lebih murah gas. Itu bisa masuk tabung dipadatkan hingga 200 bar, tapi mobil masih bisa pakai premium buat start dan jaga-jaga kalau gas habis,” tukasnya.
Dia menceritakan, konsep mobil premium yang dikonversi menjadi gas seperti itu sudah diaplikasikan di kendaraan pribadi milik mantan petinggi PT DI, BJ Habibie.
“Mobilnya Pak Habibie sudah konversi gas, katanya sedikit lebih murah dibanding pakai harga premium sekarang, itu dari segi operasional. Tapi kan pertanyaannya, apakah harga premium akan tetap seperti sekarang,” lanjutnya.
Direktur Aerostructure PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana mengungkapkan, pihaknya akan segera membuatkan Standar Nasional Indonesia (SNI) konverter kit BBG. Selanjutnya SNI itu bisa diadopsi produsen-produsen lokal.
“Sebenarnya teknologi nggak susah-susah amat. Kita produksi 1 juta unit bisa-bisa saja, tapi kan bukan itu tujuan kami. Biarkan kami yang buat standarisasi, sedangkan yang buat bisa di banyak tempat,” tambahnya.
Menurut Andi, yang penting dalam produksi konverter kit itu adalah bagaimana menyamakan kualitas pembuatan dari beberapa produsen sekaligus. Sebab material dan spesifikasi yang dibuat harus berkualitas tinggi. ”Itu tekanannya 200 bar, berarti berapa kali lipat dari tangki elpiji biasa. Resikonya bagi ppenumpang mobil sangat besar kalau dibuat asal-asalan. Jadi harus kita standarkan,” jelasnya. (wir/jpnn)
Menteri BUMN Dahlan Iskan berkunjung ke Bontang, Kalimantan Timur, Rabu (11/1) kemarin. Seperti biasa, Dahlan datang tanpa protokoler kementrian BUMN.
Dari ketiga BUMN itu, PT Inka memang telah memiliki prototipe mobil dengan nama GEA. “Saya hari Jumat (13/1) akan datang ke PT Inka. Nanti saya mau lihat, katanya sudah ada prototipenya, hampir selesai,” kata Menteri BUMN Dahlan Iskan di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, kemarin (10/1).
Dahlan mengatakan pengembangan mobil nasional tidak bisa dilakukan dengan emosional. ”Kan harus dihitung juga nilai bisnisnya,” katanya.
Dia lantas mencontohkan, Malaysia saat ini memiliki mobnas bermerek Proton. Namun, belum tentu bisnis Proton menguntungkan dan tidak menguras uang negara melalui subsidi. Sehingga, menurut Dahlan, pertimbangan utamanya adalah sisi komersial.
”Segera dihitung apakah secara komersial dan secara bisnis ini bisa masuk hitungan atau tidak. Begitu bisa masuk hitungan, harus ada yang berani di depan, BUMN harus berani,” kata Dahlan.
Pertimbangan yang digunakan juga bukan hanya harga murah. Namun, juga kualitas dan sambutan pasar. ”Belum tentu murah itu laku. Kalau misalnya murah tapi tidak aman, atau murah tapi gampang rusak,” ujarnya.
Gairah pengembangan mobnas mengemuka setelah Wali Kota Solo Joko Widodo berniat menggunakan mobil buatan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kiat Esemka.
Menteri Perindustrian MS. Hidayat mengapresiasi pengembangan mobnas. Meski begitu bukan hal mudah untuk mendorong Esemka masuk ke dalam lingkup industri otomotif. Karena, untuk masuk ke dalam pengembangan industri mobil, harus diikuti dengan kemampuan manufaktur secara permanen, teknologi dan kelayakan. ”Nah kalau itu sudah lolos, baru kita berpikir untuk masuk ke dalam industrinya,” tekan Hidayat.
Di dalam pembahasan mengenai industri sendiri tidak hanya meliputi manufaktur, melainkan termasuk infrastruktur dalam hal purna jual. Menurut dia, kalau Esemka ingin masuk ke industri, harus mulai memikirkan dari segi bisnis. Yakni harus bergabung dengan investor yang ingin berinvestasi. “Untuk itu, pemerintah akan membantu. Tapi, pada akhirnya yang dihadapi industri mobil baru adalah kompetisi di pasar domestik yang kini didominasi 20 merek,” tandas dia.
Sedangkan dari sisi pemerintah tidak bisa melakukan proteksi secara terus-menerus. Misalnya, proteksi berupa kebijakan fiskal dengan memberikan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) terhadap mesin yang belum bisa diproduksi di sini, sehingga menjadi nol persen. Maupun bantuan kredit bagi investor. Apalagi kalau proteksinya dianggap melanggar ketentuan WTO.
”Nah, jangan sampai gagal, Timor itu dulu gagal karena tidak bisa bersaing. Dulu diproteksi berlebihan sehingga kita dimarahi WTO. Memberi proteksi juga ada batasnya, karena pada akhirnya harus siap berkompetisi,” tukas dia. (sof/res/agm/jpnn)
100 Ribu Hektare untuk Lahan Pertanian
Sebenarnya, kedatangan Dahlan Iskan ke Bontang bukanlah agenda utama. Karena tujuan Dahlan sebenarnya melihat 100 ribu lahan pertanian dan percetakan sawah di Berau, Kalimantan Timur dan Nunukan. Dia mampir, karena helikopter MI-17 V5 buatan Rusia milik TNI AD yang ditumpanginya itu harus mengisi bahan bakar setelah terbang dari Balikpapan.
Kendati demikian, malam sebelum Dahlan datang, protokoler Pemko Bontang, PT Pupuk Kaltim (PKT) dan PT Badak NGL sempat bingung.
Tak ada yang tahu pasti, apa yang akan dilakukan Dahlan.
Satu-satunya yang bisa dipastikan, adalah jam kedatangan Dahlan sekitar pukul 10.00 Wita.
Pukul 09.00 Wita, bandara PT Badak NGL sudah ramai dengan orang-orang berseragam perusahaan. Mereka adalah karyawan PT Pupuk Kaltim dan PT Badak NGL, tak terkecuali wartawan dan beberapa polisi yang bertugas untuk pengamanan. Semua orang di sana menanti kedatangan Dahlan Iskan, mereka saling bercanda dan ngobrol untuk mengisi waktu sembari menunggu sang maestro itu.
Seperti yang sudah diprediksi, tepat pukul 10.00 Wita, helikopter MI-17 V5 mendarat. Semua orang yang tadinya akrab, berbalik sibuk berpencar mencari tempat di depan pintu kedatangan penumpang. Dari balik pintu kaca, terlihat sosok sang menteri turun dari pintu heli. Dia mengenakan baju kaus lengan panjang putih yang digulung sedikit, bertuliskan Canopy Bridge Wisata Bukit Bengkirai. Plus, sepatu kets legendaris berwarna hitam, tak ketinggalan topi bulat bergaya army.
Penampilan santai, tak seperti menteri lainnya yang kerap terlihat menggunakan jas dan sepatu kulit mengkilap. Di antara orang-orang yang menunggunya itu ada yang bergumam, ”Menterinya mana sih, masak yang pakai baju kaus itu?”
Siang kemarin, Dahlan terlihat segar bugar dan enjoy. Senyum santai khasnya selalu dilontarkan pada siapa saja di hadapannya.
Kedatangan Dahlan ini, merupakan salah satu rangkaian tur ke kabupaten/kota se-Kaltim, untuk membicarakan rencana pembukaan lahan pertanian padi seluas 100 ribu hektare di Kaltim.
Tampak dalam rombongan itu Dirut PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Holding Arifin Tasrif, Dirut PT PKT Aas Asikin Idat. Juga terlihat wajah-wajah penting di BUMN seperti Direktur Utama Sang Hyang Seri, Dirut Perhutani, Dirut Pertani dan Dirut Inhutani.
Melalui pintu khusus di ruang bandara PT Badak yang langsung menembus ruangan coffee morning, Dahlan Iskan beserta rombongan diajak mampir oleh Hanung Budya, presiden direktur PT Badak.
Hanung ternyata sudah menyiapkan presentasi kilat seputar perusahaannya. Berulang kali Hanung menyebutkan, PT Badak seperti kejatuhan durian runtuh. Karena didatangi seorang menteri yang terkenal memiliki gaya pemecah masalah birokrasi dengan gaya korporasi.
Saat mengikuti pertemuan itu, Dahlan menanggapi dengan santai, ia hanya tersenyum dan sesekali menyela presentasi itu.
Sekitar 15 menit, presentasi itu akhirnya berakhir. Buru-buru Dahlan Iskan yang ditemani Wali Kota Adi Darma, meninggalkan arena dan langsung menuju bus PT PKT yang sudah menunggu selama 15 menit. Dia mengatakan perjalanannya masih panjang, pasalnya Dahlan harus mengikuti plant tour ke lokasi pabrik PT PKT, guna melihat-lihat kondisi pabrik raksasa itu. Waktunya makin mepet, karena sebenarnya presentasi PT Badak itu tak ada dalam schedule. Akibatnya, waktu sempit karena Dahlan punya jadwal terbang meninjau lahan percetakan sawah. Wajah-wajah agak panik pun sempat nampak dari beberapa protokoler. Namun, Dahlan tetap santai saja.
“Bagus, tapi jangan lupa penghematan,” ulangnya lagi sembari meninggalkan ruangan, lalu masuk ke dalam bus.
Melalui jalur utama jalan raya, rombongan bus Dahlan Iskan memasuki kawasan PT PKT. Tak ada mobil patroli atau motor polisi lalu lintas yang mengawal.
Saat memasuki lokasi pabrik, beberapa mobil di belakang bus yang ditumpangi Dahlan terpaksa disetop. Lantaran kondisi pabrik harus tetap kondusif, dan tidak boleh sembarangan meski hanya berkeliling-keliling saja. Saat semua menunggu di luar, bus Dahlan tetap berjalan secara pelan. Rombongan itu mengelilingi kawasaan pabrik, selama 30 menit.
Waktu menunjukkan pukul 11.00 wita. Lagi-lagi bus yang membawa Dahlan mampir di suatu tempat, kali ini restoran Bontang Kuring PKT. “Waktunya makan siang, Pak,” kata salahsatu anggota humas PT PKT mempersilahkan Dahlan untuk menyantap hidangan ikan mas goreng dan asam manis kepiting.
Dahlan dan rombongan, duduk membelakangi kolam di sebelah resto terbuka itu. Terlihat, ia menyantap menu yang disediakan dengan lahap diselingi perbincangan ringan seputar rencana pembukaan lahan bersama petinggi BUMN dan wali kota Adi Darma.
Begitu selesai, Dahlan langsung berdiri. Dengan lugas, dia langsung berseru. “Ayo, ayo.. Kumpul-kumpul. Yang BUMN kita kumpul dulu. Yang masih makan, silakan dilanjut dulu, mumpung ikannya enak,” kata Dahlan.
Tentu saja ini agak nyeleneh, karena yang dipanggil adalah para petinggi BUMN yang tentunya dulu akrab dengan birokrasi. Kali ini, dengan gaya kawan di warung kopi, Dahlan memanggil mereka semua untuk duduk satu meja. Dia membahas langkah yang harus diambil, agar investasi pembuatan cetak sawah dan lahan pertanian di Kaltim itu sukses. Sehingga nilai investasi Rp 9 triliun lebih itu bisa ditangkap Kaltim, yang memang memiliki potensi pertanian yang tinggi. Sayangnya, itu semua off the record.
“Teman-teman wartawan, boleh ikut mendengarkan rencana ini sebagai background, tapi tidak untuk dipublikasikan. Soalnya takut tidak jadi. Kan nanti sama-sama rugi, lahan tak jadi dan kawan-kawan wartawan juga tidak punya berita nanti,” serunya, kali ini menggunakan mik yang telah diberi staf karyawan PKT, membuat semua orang tertawa.
Singkat cerita, Dahlan mengharapkan rencana besarnya harus berjalan lancar. Ia menjelaskan 100 ribu hektare lahan yang sudah tersedia, harus diolah dengan benar. Seperti mencontoh salah satu pabrik di Pulau Jawa, dan bukan perusahaan tambang.
“Yang dimakan manusia kan bukan batubara. Tidak juga makan minyak sawit toh, soalnya bakal kolesterol. Jadi harus diolah dengan benar,” kalimatnya agak sedikit nyeleneh.
Sebelum menutup pertemuan, Dahlan secara khusus masuk ke dapur restoran. “Saya ingin ketemu kokinya dulu. Masakannya enak,” katanya langsung masuk ke dapur.
Di sana, semua kru restoran langsung mesem-mesem. Dahlan mengecek alat masak dan bertemu dengan kokinya. Bahkan sempat bertanya dari mana si koki belajar masak.
“Karedoknya enak, empalnya enak, kok bisa enak. Gurunya dari mana?” tanya Dahlan.
“Guru saya dari Bandung, Pak,” jawab si koki, mengakhiri kunjungan Dahlan di Bontang. (non/che/jpnn)
Menteri BUMN Tolak Impor Konverter Kit
Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Dahlan Iskan memastikan bahwa produk konverter kit BBG (bahan bakar gas) bisa 100 persen diproduksi di dalam negeri. Namun BUMN diperkirakan baru siap menjual konverter kit BBG tersebut pada kuartal keempat 2012.“Kesimpulan kami bahwa industri dalam negeri, gabungan BUMN dan swasta sudah mampu menyediakan tangki dan konverter kit untuk konversi BBM. Mereka sudah mampu sediakan 100 persen, jadi tidak perlu impor,” ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan usai rapat tentang kesiapan produksi Konverter Kit di Gedung PT Dirgantara Indonesia kemarin.
Beberapa BUMN yang menyatakan siap mendukung pembuatan konverter kit antara lain PT DI, PT Pindad, PT Boma Bisma Indra, PT Dok Perkapalan Surabaya, PT Inti, PT Krakatau Steel Tbk, PT Inka, dan PT Bharata Indonesia. “Selain itu, terdapat delapan pabrikan swasta yang siap bekerjasama karena memiliki kemampuan membuat konverter kit itu,” tandasnya.
Menurut Dahlan, nantinya pembuatan konverter kit tersebut akan dibagi-bagi, dengan PT DI ditunjuk sebagai pimpinan proyek. Kementerian BUMN menargetkan pada kuartal empat 2012 sudah dapat memproduksi 300 ribu konverter kit dan pada tahun-tahun selanjutnya kemampuan produksinya diharapkan terus meningkat. ”Mungkin 2013 produksi satu juta unit, lalu tahun selanjutnya juga,” terangnya.
Saat ini, BUMN-BUMN tersebut masih menunggu kepastian pemerintah apakah akan mengkonversi BBM ke bentuk CNG (Compressed Natural Gas) atau LGV (Liquid Gas for Vehicle). Namun, BUMN menyatakan kesiapannya jika keduanya diterapkan.
“Kami siap dua-duanya. Tapi, rugi kan kalau disiapkan keduanya ternyata yang digunakan satu,” kata Dahlan.
PT DI, kata Dahlan, mampu membuat konverter kit untuk mobil bermesin injeksi, mesin karburator ataupun mesin diesel. Saat ini, BUMN masih menunggu kepastian pemerintah mengenai teknis program konversi BBM bersubsidi tersebut. “Kita juga sedang tunggu, apakah pembelian konverter kit itu ditanggung APBN, ataukah oleh konsumen, atau gabungan dua-duanya. Saya nggak bisa jawab karena bukan wewenang saya, “ tukasnya.
Menurut Dahlan, program konversi energi ini perlu didukung sepenuhnya oleh BUMN. Pasalnya produksi minyak nasional terus merosot, hingga hanya mencapai 900-an barel perhari.
“Kalau produksi minyak turun terus berarti kita harus impor minyak mentah padahal mahal, yang lebih murah gas. Itu bisa masuk tabung dipadatkan hingga 200 bar, tapi mobil masih bisa pakai premium buat start dan jaga-jaga kalau gas habis,” tukasnya.
Dia menceritakan, konsep mobil premium yang dikonversi menjadi gas seperti itu sudah diaplikasikan di kendaraan pribadi milik mantan petinggi PT DI, BJ Habibie.
“Mobilnya Pak Habibie sudah konversi gas, katanya sedikit lebih murah dibanding pakai harga premium sekarang, itu dari segi operasional. Tapi kan pertanyaannya, apakah harga premium akan tetap seperti sekarang,” lanjutnya.
Direktur Aerostructure PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana mengungkapkan, pihaknya akan segera membuatkan Standar Nasional Indonesia (SNI) konverter kit BBG. Selanjutnya SNI itu bisa diadopsi produsen-produsen lokal.
“Sebenarnya teknologi nggak susah-susah amat. Kita produksi 1 juta unit bisa-bisa saja, tapi kan bukan itu tujuan kami. Biarkan kami yang buat standarisasi, sedangkan yang buat bisa di banyak tempat,” tambahnya.
Menurut Andi, yang penting dalam produksi konverter kit itu adalah bagaimana menyamakan kualitas pembuatan dari beberapa produsen sekaligus. Sebab material dan spesifikasi yang dibuat harus berkualitas tinggi. ”Itu tekanannya 200 bar, berarti berapa kali lipat dari tangki elpiji biasa. Resikonya bagi ppenumpang mobil sangat besar kalau dibuat asal-asalan. Jadi harus kita standarkan,” jelasnya. (wir/jpnn)
Menneg BUMN Jajal Mobil Esemka & GEA Inka
Pamor mobil Esemka buatan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Kabupaten Magelang makin mencorong. Setelah dijajal dan dipromosikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pada Kamis (11/1), Menneg BUMN Dahlan Iskan, kemarin (13/1) datang ke Magelang menjajal mobil serupa. Sebelumnya, Dahlan juga menjajal mobil Kiat Esemka di Solo.
Namun, mantan CEO Jawa Pos Group itu mengimbau, pihak SMK Muhammadiyah 2 Borobudur jangan terlalu ngoyo membuka pesanan mobil. Tetap utamakan tujuan pembelajaran untuk persiapan siswanya.
Ditemui usai test drive, Dahlan mengaku terkejut karena SMK tersebut sudah tiga tahun membuat mobil.
“Saya kaget ternyata SMK Muhammadiyah 2 Borobudur sudah membuat mobil ini sejak tiga tahun yang lalu,” ungkapnya.
Menteri kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 itu semakin kaget ketika beberapa hari lalu mendapat kabar ternyata ada 23 SMK yang bergerak di bidang yang sama, di bawah pembinaaan Mendikbud.
“Dan kenapa saya ke sini, karena minggu lalu katanya di Jakarta, Pak, itu SMK Muhammadiyah 2 Borobudur sudah bikin mobil sudah tiga tahun?.. Ah yang bener. Kalau tidak percaya, tidak buktikan sendiri. Dan ini saya buktikan,” ucap Dahlan dengan bersemangat sambil tertawa.
Menurut dia, produksi mobil secara masal itu nanti akan ada prosesnya. Tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa.
“Tidak boleh kesusu, tidak boleh kemrungsung, tidak boleh nggege mangsa,” ungkap menteri kelahiran Magetan, Jawa Timur tersebut.
Namun, ia sangat mendukung karya SMK tersebut. “Ya, ini merupakan proses awal dari sebuah proses mobil nasional. Tapi tetap, kita harus berpikir sehat, bahwa ini adalah proses pembelajaran,” katanya serius.
Dahlan tiba di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur menjelang salat Jumat. Mantan wartawan itu langsung menuju workshop pembuatan mobil Esemka. Tidak lama setelah berkeliling di dalam, ia menunaikan salat Jumat di masjid terdekat.
Usai Jumatan itulah, mantan dirut PLN itu melakukan test drive mobil Esemka SUV yang berwarna hitam di lapangan SMK. Saat mengendarai, Dahlan juga menunjukkan aksi ngepot (drift).
Dahlan mengatakan, masalah mobil Esemka ini perlu didudukkan pada porsi yang tepat, yakni semua ini adalah sarana pendidikan. “Jangan diemosionalkan bahwa ini produk atau sebuah industri, jangan?.. Nanti tidak proporsional…,” ungkapnya usai test drive.
Ia menekankan, hal ini tetap harus diproporsionalkan. SMK ini adalah sarana pembelajaran, juga pendidikan. Dengan demikian, diharapkan anak-anak SMK menjadi sangat terampil.
Memang menurut dia, di Indonesia struktur masyarakatnya perlu diubah. Sekarang ini, prosentase masyarakat yang bergerak di bidang teknik terlalu rendah. Padahal di negara-negar maju, prosentase masyarakat yang bergerak bidang teknik bisa sampai 25%. “Kita munggkin baru sekitar 12-15 persen,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut dia, langkah Kemendikbud membuat proyek-proyek seperti ini adalah membuat daya tarik dan keterampilan bidang teknik yang luar biasa. Selanjutnya, hal itu akan mengubah orientasi masyarakat.
“Dari orientasi yang hanya sosial, politik, nantinya dapat berubah ke teknik. Jika semua masyarakat hanya tertarik bidang politik, negara tidak akan maju, ribut aja begitu?..,” ungkapnya sambil tersenyum.
Seperti di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, yang sudah memiliki prestasi yang bagus seperti itu, kata Dahlan, diharapkan remaja akan tertarik. Kemudian tertanam pemikiran bahwa SMK juga memiliki prospek yang bagus. “O.., ternyata di SMK itu prestasinya bisa lebih bagus, lebih berguna, lebih langsung bisa hidup di masyarakat,” ucapnya.
Menurut Dahlan, itu merupakan daya tarik masalah-masalah teknik semakin besar. Jika teknik masyarakat semakin besar, struktur masyarakat perlahan dapat berubah. Masyarakat yang tertarik di bidang teknik semakin besar pula prosentasenya.
“Karena jika masyarakat kita yang bergerak di bidang teknik lebih besar, itu masyarakatnya lebih logic. berpikirnya lebih sehat. Akal sehatnya lebih tampil, lebih kreatif, dan itulah modal kita untuk maju,” tuturnya.
Melihat mobil SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Dahlan berani mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut harus didudukkan secara proporsional.
“Bahwa hal ini adalah proses belajar-mengajar. Proses mengubah struktur masyarakat menjadi prosentase tekniknya lebih besar. Bukan dalam ranagka industri, bukan dalam rangka produksi,” pungkasnya.
Jajal Mobil Inka
Selain menjajal mobil Esemka, Dahlan juga menepati janjinya mengendarai mobil GEA, mobil buatan PT Industri Kereta Api (Inka). Setelah mengunjungi pabrik PT Inka di Kota Madiun, Jawa Timur, Jumat (13/1), Dahlan juga mengendarai mobil dengan slogan Gulirkan Energi Alternatif (GEA) itu.
Dahlan sempat menjajal sebuah mobil GEA model pick up warna biru yang diparkir di salah satu gudang produksi pabrik setempat. Setelah dihidupkan, ternyata kopling dan gigi atau persnelengnya kurang stabil sehingga mobil urung dijalankan.
Sejumlah pejabat dan karyawan PT Inka tampak was-was. “Tenang-tenang, jangan panik,” kata Dahlan coba menenangkan diri. Setelah beberapa lama, Direktur Utama PT Inka Roos Diatmoko menyarankan ganti mobil GEA yang lain. “Ganti yang kuning saja pak,” ujar Roos.
Dahlan akhirnya pindah ke mobil GEA model city car warna kuning. Kali ini, mobil bisa melaju dengan mulus meski dengan kecepatan pelan. Dahlan dengan didampingi salah satu karyawan PT Inka mengendarai GEA mulai dari Madiun hingga Kabupaten Magetan.
Lebih dari setengah jam, Dahlan baru sampai ke makam ayahnya di kompleks pemakaman Pondok Sabilil Muttaqin (PSM) Kelurahan/Kecamatan Takeran, Magetan, yang berjarak sekitar 15 kilometer dari pabrik PT Inka. (lis/kim/jpnn)
Namun, mantan CEO Jawa Pos Group itu mengimbau, pihak SMK Muhammadiyah 2 Borobudur jangan terlalu ngoyo membuka pesanan mobil. Tetap utamakan tujuan pembelajaran untuk persiapan siswanya.
Ditemui usai test drive, Dahlan mengaku terkejut karena SMK tersebut sudah tiga tahun membuat mobil.
“Saya kaget ternyata SMK Muhammadiyah 2 Borobudur sudah membuat mobil ini sejak tiga tahun yang lalu,” ungkapnya.
Menteri kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 itu semakin kaget ketika beberapa hari lalu mendapat kabar ternyata ada 23 SMK yang bergerak di bidang yang sama, di bawah pembinaaan Mendikbud.
“Dan kenapa saya ke sini, karena minggu lalu katanya di Jakarta, Pak, itu SMK Muhammadiyah 2 Borobudur sudah bikin mobil sudah tiga tahun?.. Ah yang bener. Kalau tidak percaya, tidak buktikan sendiri. Dan ini saya buktikan,” ucap Dahlan dengan bersemangat sambil tertawa.
Menurut dia, produksi mobil secara masal itu nanti akan ada prosesnya. Tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa.
“Tidak boleh kesusu, tidak boleh kemrungsung, tidak boleh nggege mangsa,” ungkap menteri kelahiran Magetan, Jawa Timur tersebut.
Namun, ia sangat mendukung karya SMK tersebut. “Ya, ini merupakan proses awal dari sebuah proses mobil nasional. Tapi tetap, kita harus berpikir sehat, bahwa ini adalah proses pembelajaran,” katanya serius.
Dahlan tiba di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur menjelang salat Jumat. Mantan wartawan itu langsung menuju workshop pembuatan mobil Esemka. Tidak lama setelah berkeliling di dalam, ia menunaikan salat Jumat di masjid terdekat.
Usai Jumatan itulah, mantan dirut PLN itu melakukan test drive mobil Esemka SUV yang berwarna hitam di lapangan SMK. Saat mengendarai, Dahlan juga menunjukkan aksi ngepot (drift).
Dahlan mengatakan, masalah mobil Esemka ini perlu didudukkan pada porsi yang tepat, yakni semua ini adalah sarana pendidikan. “Jangan diemosionalkan bahwa ini produk atau sebuah industri, jangan?.. Nanti tidak proporsional…,” ungkapnya usai test drive.
Ia menekankan, hal ini tetap harus diproporsionalkan. SMK ini adalah sarana pembelajaran, juga pendidikan. Dengan demikian, diharapkan anak-anak SMK menjadi sangat terampil.
Memang menurut dia, di Indonesia struktur masyarakatnya perlu diubah. Sekarang ini, prosentase masyarakat yang bergerak di bidang teknik terlalu rendah. Padahal di negara-negar maju, prosentase masyarakat yang bergerak bidang teknik bisa sampai 25%. “Kita munggkin baru sekitar 12-15 persen,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut dia, langkah Kemendikbud membuat proyek-proyek seperti ini adalah membuat daya tarik dan keterampilan bidang teknik yang luar biasa. Selanjutnya, hal itu akan mengubah orientasi masyarakat.
“Dari orientasi yang hanya sosial, politik, nantinya dapat berubah ke teknik. Jika semua masyarakat hanya tertarik bidang politik, negara tidak akan maju, ribut aja begitu?..,” ungkapnya sambil tersenyum.
Seperti di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, yang sudah memiliki prestasi yang bagus seperti itu, kata Dahlan, diharapkan remaja akan tertarik. Kemudian tertanam pemikiran bahwa SMK juga memiliki prospek yang bagus. “O.., ternyata di SMK itu prestasinya bisa lebih bagus, lebih berguna, lebih langsung bisa hidup di masyarakat,” ucapnya.
Menurut Dahlan, itu merupakan daya tarik masalah-masalah teknik semakin besar. Jika teknik masyarakat semakin besar, struktur masyarakat perlahan dapat berubah. Masyarakat yang tertarik di bidang teknik semakin besar pula prosentasenya.
“Karena jika masyarakat kita yang bergerak di bidang teknik lebih besar, itu masyarakatnya lebih logic. berpikirnya lebih sehat. Akal sehatnya lebih tampil, lebih kreatif, dan itulah modal kita untuk maju,” tuturnya.
Melihat mobil SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Dahlan berani mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut harus didudukkan secara proporsional.
“Bahwa hal ini adalah proses belajar-mengajar. Proses mengubah struktur masyarakat menjadi prosentase tekniknya lebih besar. Bukan dalam ranagka industri, bukan dalam rangka produksi,” pungkasnya.
Jajal Mobil Inka
Selain menjajal mobil Esemka, Dahlan juga menepati janjinya mengendarai mobil GEA, mobil buatan PT Industri Kereta Api (Inka). Setelah mengunjungi pabrik PT Inka di Kota Madiun, Jawa Timur, Jumat (13/1), Dahlan juga mengendarai mobil dengan slogan Gulirkan Energi Alternatif (GEA) itu.
Dahlan sempat menjajal sebuah mobil GEA model pick up warna biru yang diparkir di salah satu gudang produksi pabrik setempat. Setelah dihidupkan, ternyata kopling dan gigi atau persnelengnya kurang stabil sehingga mobil urung dijalankan.
Sejumlah pejabat dan karyawan PT Inka tampak was-was. “Tenang-tenang, jangan panik,” kata Dahlan coba menenangkan diri. Setelah beberapa lama, Direktur Utama PT Inka Roos Diatmoko menyarankan ganti mobil GEA yang lain. “Ganti yang kuning saja pak,” ujar Roos.
Dahlan akhirnya pindah ke mobil GEA model city car warna kuning. Kali ini, mobil bisa melaju dengan mulus meski dengan kecepatan pelan. Dahlan dengan didampingi salah satu karyawan PT Inka mengendarai GEA mulai dari Madiun hingga Kabupaten Magetan.
Lebih dari setengah jam, Dahlan baru sampai ke makam ayahnya di kompleks pemakaman Pondok Sabilil Muttaqin (PSM) Kelurahan/Kecamatan Takeran, Magetan, yang berjarak sekitar 15 kilometer dari pabrik PT Inka. (lis/kim/jpnn)
Batam Disia-siakan
Mengawali tahun 2012, Batam Pos menggelar program yang dinamakan ”Manufacturing Hope Roadshow”. Kami berkunjung ke lembaga-lembaga terpilih untuk berdiskusi, tentang bagaimana menemukan harapan di tingkat lokal.
Program ini terinspirasi dari Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan yang membenahi BUMN Indonesia dengan semangat manufacturing hope.
Lembaga penting pertama yang kami pilih adalah Bank Indonesia Batam, yang kami kunjungi kemarin (24/1). Pada kesempatan itu kami berdiskusi dengan Pemimpin Bank Indonesia Klas B Kepri Elang Tripraptomo. Berikut laporannya:
Elang menilai, Batam sebenarnya berpotensi menjadi kota besar dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun semua potensi itu sia-sia karena tak dikelola dengan baik.
“Kita telah menyia-nyiakan Batam,” katanya saat diskusi santai dengan General Manager Batam Pos Hasan Aspahani dan awak redaksi di Kantor Bank Indonesia, Batam Centre, Selasa (24/1) kemarin.
Ia memberi contoh soal pengelolaan sistem transportasi. Sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas, sarana transportasi sangat penting diperhatikan. Di kawasan FTZ, sistem transportasi harus handal, nyaman, dan murah bagi seluruh warga Batam.
Agar sistem transportasi di Batam andal, pemerintah daerah mestinya mengembalikan semua pendapatan dari pajak kendaraan yang menjadi penyumbang terbesar pendapatan daerah itu dalam bentuk pembenahan infrastruktur. Apalagi Batam merupakan kota dengan infrastruktur paling lengkap dibandingkan daerah lain di Kepri.
“Mari belajar pada Singapura, di sana pendapatan dari transportasi digunakan untuk maintenance jalan tidak dijadikan pendapatan yang kemudian dikelola untuk hal-hal lain,” tuturnya.
Pentingnya sistem transportasi yang handal tidak hanya menyangkut transportasi darat. Namun juga menyangkut persoalan daya tampung serta soal fasilitas pelabuhan. Menurut Elang, menjadi hal lumrah Batam terletak di kawasan yang sangat strategis bahkan satu selat dengan Singapura. Namun yang tidak lumrah adalah ketika pelabuhannya belum standar dan tidak sesuai dengan kapasitasnya sebagai daerah FTZ.
“Bagaimana mau menekan inflasi kalau pelabuhan yang menjadi salah satu sandaran distribusi barang masuk tidak memadai,” ungkapnya.
Orang nomor satu BI Batam ini juga melihat banyaknya undang-undang yang berlaku saat ini malah meniadakan menggerogoti FTZ. Padahal FTZ menjadi salah satu kelebihan Batam dibandingkan daerah lain. Tumpang tindihnya aturan juga menjadi salah satu penyumbang potensi daerah ini semakin sia-sia. “Pemanfaatan potensi tidak jelas mau ke mana,” ujarnya.
Pemanfaatan potensi Batam sebagai salah satu daerah FTZ membutuhkan sumberdaya yang profesional dan memahami bagaiman FTZ sebagai salah satu konsep kawasan perdagangan. Namun ironisnya, orang yang memahami konsep FTZ seperti Syamsul Bahrum malah tak lagi diberi peran apapun di jajaran pemerintahan.
”Saya tidak memihak siapa pun, namun potensi Batam ini harus dikelola dengan maksimal dan dengan sumberdaya yang profesional juga,” ujarnya.
Dalam diskusi santai dan serius itu, Elang juga mengingatkan, Batam sebagai daerah kepulauan harus dikelola dengan konsep yang jelas. Mengingat seluruh barang dipasok dari luar Batam, sehingga penting untuk mengatur bagaimana manajemen pasokan dan cadangan barang-barang diterapkan.
Elang menambahkan, menerapkan sistem pasokan dan cadangan dengan tepat akan membuat persediaan kebutuhan barang tidak sulit didapatkan. Imbasnya, harga pun tidak akan mengalami kenaikan dan tentu berhubungan pada daya beli masyarakat makin kuat.
“Di Batam kan tidak ada produsen, jadi manajemen pasokan dan cadangan ini sangat penting dilakukan,” tukasnya.
Selain adanya manajemen yang mengatur soal pasokan dan cadangan bahan baku, pemerintah juga harus memikirkan bagaimana mencari alternatif sehingga Batam tidak tergantung dengan distribusi yang terkadang terganggu oleh cuaca alam.
Banyak kawasan di Batam yang jika dimaksimalkan dan digunakan secara baik, bisa menjadi alternatif menjaga ketersediaan bahan baku yang kini kian hari makin melonjak harganya.
Lalu soal penataan tata niaga juga menjadi salah satu indikator yang penting untuk diatur agar inflasi bisa ditekan. Pentingnya mengatur tata niaga karena bersinggungan langsung dengan persoalan-persoalan transaksi bisnis yang memang masih menjadi idola di Batam.
Sementara itu, Hasan Aspahani mengatakan, Batam Pos memiliki cita-cita ingin membangun harapan itu di Batam. Dahlan Iskan sebagai corong yang selalu membangun harapan bagi Jawa Pos Gruop maupun saat ia menjadi menteri, telah banyak memberikan pelajaran bahwa membangun harapan yang diaktualisasikan dengan tindakan nyata harus tetap menjadi yang utama.
“Kami datang ke BI agar kami mengetahui dan seluruh pembaca Batam Pos mengetahui apa harapan yang bisa dilakukan untuk Batam ke depan,” katanya. (nal)
Hampir seribu orang berkumpul di gedung Empire Palace, Surabaya, Minggu pagi kemarin. Semua berkaus sama: kaus putih bergambar tebu, sepeda, dan sedikit hantu. Tidak peduli karyawan biasa, kepala bagian, kepala pabrik, maupun direksinya. Saya pun diminta mengenakan kaus yang sama, entah apa maksud gambar hantu di situ. Tujuan pertemuan itu memang hanya satu: memajukan pabrik-pabrik gula milik BUMN.
Di antara 179 pabrik gula milik negara yang pernah ada, kini tinggal 51 yang masih tersisa. Itu pun separonya dalam keadaan sulit dan sangat sulit. Zaman memang sudah berubah. Kejayaan industri gula sudah lama berlalu. Kalau dulu harga gula 2,5 kali harga beras, kini harga dua komoditas itu sudah praktis sama. Maka, minat menanam tebu pun tentu tidak sebesar dulu lagi. Kini begitu banyak tanaman lain yang lebih menjanjikan. Apalagi, untuk menanam tebu, diperlukan waktu tiga kali lipat lebih lama daripada tanaman padi.
Saat produksi gula mengalami kesulitan seperti itu, orang masih terus membeli gula. Kian tahun, konsumsi gula kian tinggi ?termasuk oleh mereka yang terkena sakit gula sekali pun. Akibatnya, impor gula harus digalakkan. Pabrik gula dalam negeri kian bertambah-tambah sulitnya.
Tapi, benarkah pabrik gula harus sulit? Mengapa masih ada pabrik gula yang baik? Mengapa masih ada pabrik gula yang maju? Mengapa minat swasta membangun pabrik gula tetap tinggi? Mengapa di beberapa negara, produksi gulanya terus meningkat, bahkan mampu ekspor?
Dalam forum seribu orang itu, semua pertanyaan harus terjawab. Agar pertemuan tidak seperti sekadar seminar atau rapat kerja, semua pembicara harus ngomong to the point, tidak ada basa-basi, tidak boleh bicara lebih dua menit, dan harus fokus per topik.
Tidak ada upacara pembukaan atau penutupan. Juga tidak ada pemimpin rapat. Yang ada hanya moderator yang diserahkan kepada saya. Yang hadir pun sangat bervariasi sehingga tidak mungkin ada persoalan yang tidak tahu jawabnya.
Di samping direksi, hadir di forum itu semua kepala pabrik, semua kepala bagian, dan peserta khusus. Peserta khusus adalah generasi muda berprestasi di sebuah pabrik gula tanpa memandang sudah punya jabatan atau belum. Tiap-tiap pabrik gula mengirimkan sepuluh orang generasi muda berprestasi.
Saya jadi teringat pidato Bung Karno: Berikan kepada saya sepuluh orang pemuda, akan saya ubah dunia! Saya berharap sepuluh generasi muda di situ pun bisa menjadi champions untuk perubahan di pabrik gula masing-masing.
Tempat duduk di forum yang secara informal dinamakan “bahtsul masail kubro” itu juga diatur secara khusus. Peserta dari pabrik-pabrik yang sudah maju disandingkan dengan peserta dari pabrik-pabrik yang lagi sulit. Peserta dari pabrik-pabrik yang maju sering diminta tampil untuk menceritakan kiat-kiat mereka di topik-topik tertentu.
Maka, 17 topik yang selama ini menjadi penyebab sulitnya pabrik gula itu bisa dibicarakan secara tuntas. Topik-topik tersebut, misalnya, mengapa petani tidak berminat menanam tebu di suatu wilayah pabrik, mengapa ada pabrik yang lebih dekat tetapi petani mengirim tebunya ke pabrik yang lebih jauh, mengapa ketidakefisienan pabrik ikut dibebankan kepada petani, mengapa tebu dari jauh diberi insentif ongkos angkut sementara tidak ada insentif kepada petani yang dekat dengan pabrik, apa yang harus dilakukan untuk merebut kepercayaan petani kepada pabrik gula setempat, seberapa besar pengaruh kekompakan para kepala bagian di dalam suatu pabrik terhadap keberhasilan pabrik gula, bagaimana agar pembakaran ketel tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak, mungkinkah dilakukan sistem beli putus -petani kirim tebu dan langsung dibayar saat itu-, bagaimana mengatasi semakin sulitnya mencari tenaga untuk menebang tebu, dan seterusnya.
Topik yang paling panjang tentu yang satu ini: Bagaimana merebut kepercayaan petani. Agar mereka mau menanam tebu. Agar mereka mengirim tebu ke pabrik terdekat. Agar pabrik tidak kekurangan tebu. Agar petani merasakan keadilan dan kesejahteraan.
Mencari jawabnya tidak sulit. Sudah ada contoh yang sangat berhasil. Pabrik gula Pesantren Baru di Kediri atau pabrik gula Ngadirejo di Malang sudah menerapkannya dengan sukses. Demikian juga delapan pabrik gula lain, termasuk yang berada di Lampung dan Palembang. Sejak empat tahun lalu, kelompok 10 itu tidak pernah lagi mengalami kesulitan bahan baku. Bahkan, sampai berlebihan. Kuncinya satu: keterbukaan manajemen kepada petani tebu.
Di pabrik-pabrik tersebut tiap hari (di masa giling) diumumkan pada papan pengumuman petani siapa memperoleh rendemen (kandungan gula) berapa persen. Mereka yang setor tebu ke pabrik biasanya mampir ke papan pengumuman itu. Sejak sistem tersebut diterapkan, tidak ada lagi kecurigaan dari petani.
Padahal, dulu pabrik selalu dicurigai mempermainkan rendemen petani. Sampai-sampai petani meminta dibentuk tim independen untuk mengikuti keterbukaan model Pesantren Baru atau Ngadirejo. Tim seperti itu tidak diperlukan lagi.
Yang juga mendapat banyak tepuk tangan adalah ketika sepasang kepala bagian diminta naik ke panggung. Dia adalah Surya Wirawan, kepala bagian teknik, dan Fajar Lazuardi, kepala bagian pengolahan. Keduanya dijadikan contoh betapa bila dua orang kepala bagian di suatu pabrik kompak, hasilnya luar biasa.
Ketika keduanya bekerja di posisi tersebut, pabrik gula Prajekan, Situbondo, mengalami kemajuan 100 persen dalam produksinya. Oleh direksi PTPN XI, keduanya kini diminta tetap berpasangan untuk membenahi pabrik gula Semboro di Jember. Mereka pun optimistis bisa kembali menghidupkan pabrik gula Semboro yang semula sulit itu.
“Kami ini bukan lagi seperti rekan sejawat, tapi sudah seperti bersaudara,” ujar Surya Wirawan yang jadi kepala bagian teknik. “Saya selalu panggil dia kid dan dia panggil saya sam,” tambah dia.
Bagi orang Malang, tidak ada panggilan yang bisa menunjukkan kekentalan persahabatan melebihi panggilan kid dan sam itu. Orang Ngalam, eh orang Malang, memang biasa mengucapkan suatu kata dari huruf paling belakang.
Biaya memproduksi uap memang sangat besar di suatu pabrik gula. Bagian teknik yang memproduksi uap melalui ketelnya (boiler) harus erat berhubungan dengan bagian pengolahan yang menggunakan uap tersebut. Kalau produksi uap kurang cukup, sudah seharusnya bagian pengolahan menjerit. Sebaliknya, kalau bagian pengolahan terlalu boros menggunakan uap dalam pembuatan gulanya, sudah sewajarnya bagian teknik menjerit.
Dalam hal tim yang tidak kompak, bisa saja terlalu banyak bahan bakar yang terbuang karena penggunaan uap yang berlebihan. Sebaliknya, kalau produksi uap tidak lancar, bisa jadi banyak gula yang kualitasnya jelek.
Dengan berbagai langkah yang sudah dilakukan para pengelola pabrik gula selama tahun-tahun terakhir, setidaknya sudah banyak best practice yang terjadi. Banyak sekali cerita keberhasilan dan kiat kesuksesan yang bisa diceritakan di forum kemarin. Kini tinggal bagaimana manajemen bisa menularkan semua itu kepada pabrik yang masih sulit.
Di akhir pertemuan, 22 pimpinan pabrik gula yang masih sulit dan sangat sulit naik ke panggung. Urutan jejernya pun sudah seperti otomatis: yang paling sulit di ujung kanan dan kian ke kiri kian kurang sulitnya. Mereka sudah mendengar sendiri kiat-kiat sukses pabrik lain. Di antara 22 pabrik yang sulit dan amat sulit itu, ternyata masih memberikan hope yang besar: 12 pabrik di antaranya siap keluar dari “neraka” akhir tahun ini.?
Banyak sekali rencana yang akan mereka lakukan setelah pertemuan itu. Bahkan, di antara mereka ada yang sangat detail. Misalnya, ada yang akan menjaga agar mesin pengolahannya selalu dibersihkan dengan sangat-sangat bersih. Itu tidak hanya dilakukan demi kerapian atau kesehatan, ternyata juga sangat erat dengan peningkatan produksi. Dia menceritakan secara detail reaksi-reaksi kimiawi dari semua instalasi pengolahan yang kurang dibersihkan secara benar-benar bersih dengan produktivitas gula.
Dengan sangat menyindir, dia berucap, “Kalau Bapak mengatakan ruang tunggu bandara harus lebih nyaman daripada ruang kerja direksi bandara, saya akan bikin doktrin instalasi pengolahan di pabrik gula saya harus dibersihkan lebih bersih daripada piring yang saya pakai makan!”
Alhamdulillah. Dengan demikian, bila Tuhan mengizinkan, akhir tahun ini tinggal sepuluh lagi pabrik gula yang masih sulit. Berarti, masih 20 persen lagi. Tentu tidak mudah memecahkannya. Meski tinggal sepuluh pabrik gula, tapi pastilah itu yang paling sulit di antara yang tersulit-sulit.
Untuk membaca seberapa sulitkah kesulitan yang sulit itu, pimpinan sepuluh pabrik gula tersebut diminta menyebutkan tiga penyebab utama kesulitan itu. Yang satu, yang di Klaten itu, menyebutkan bahwa kesulitan utamanya hanya satu: Pabrik tersebut menggunakan banyak sekali boiler yang semuanya berukuran kecil-kecil. Kalau apa yang dia kemukakan itu benar, tentu tidak sulit memecahkannya: ganti boiler. Satu saja, tapi yang besar. Satu saja, tapi bahan bakarnya jangan minyak. Satu saja, tapi bayarnya nyicil.
Satu pabrik lagi di Probolinggo beralasan bahwa pabriknya sudah terlalu tua. Sudah 166 tahun. Kalau itu benar, masih tetap bisa diatasi. Sebab, pabrik gula pada prinsipnya adalah mekanik. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mudah untuk peralatan yang sifatnya mekanik.
Satu pabrik lagi di Jateng, penyebabnya agak unik: kalah bersaing dengan pabrik gula Jawa yang jumlahnya sampai 300 buah di sekitar pabriknya. Tidak ada petani yang mengirim tebu ke pabrik karena tebu diolah sendiri-sendiri.
Tentu alasan seperti itu terlalu klasik untuk sebuah bisnis. Bukan alasan yang kuat. Karena itu, sampai ada peserta yang memberikan jalan keluar secara bergurau: Bagaimana kalau pabrik gula ini sekalian saja memproduksi gula Jawa?
Intinya, semuanya berkaitan dengan kurangnya pasokan tebu sebagai bahan baku utama. Intinya lagi, petani kurang tertarik menanam tebu atau mengirim tebu ke pabrik. Lebih inti lagi, petani kehilangan kepercayaan kepada pabrik gula BUMN. Maka, khusus sepuluh pabrik gula itu akan bertemu lagi sebulan mendatang.
Tentu dengan usul dan jalan keluar yang sudah lebih nyata. Kalaupun tahun ini belum bisa teratasi, setidaknya tahun depan harus beres. Atau, hi hi hi, menjadi seperti hiasan di kaus yang kemarin mereka kenakan itu! (*)
Penulis:
Dahlan Iskan
Menteri BUMN
“Rasanya turun 60 persen,” ujar Nur Pamudji, Dirut Perusahaan Listrik Negara.
“Selama tiga bulan ini saya baru rapat dua kali di kementerian. Kira-kira menurun 75 persen,” ujar Karen Agustiawan, Dirut Pertamina.
Rapat memang harus dikurangi. Kerja yang harus ditambah. Kerja, kerja, dan kerja. Di birokrasi, kesibukan rapat itu memang luar biasa. Jadi salah anggapan masyarakat selama ini kalau birokrasi itu malas. Birokrasi itu rajinnya bukan main. Kalau sudah rapat, bisa panjang sekali. Bahkan, untuk satu topik saja bisa dilakukan berkali-kali.
Tentu ada dampak negatifnya. Penghasilan sejumlah staf menurun. Dampak lainnya: banyak ruang rapat yang kosong. Saya suka turun-naik dari lantai ke lantai. Terasa benar penggunaan ruang yang mahal itu terlalu boros. Padahal, banyak ruang rapat yang berukuran besar. Maka beberapa staf di Kementerian BUMN mengusulkan agar segera dilakukan penataan ulang seluruh ruang kerja. Tentu saya menghargai usul seperti itu dan harus segera dilaksanakan.
Pepatah hemat pangkal kaya, rupanya, sudah banyak dilupakan di zaman yang serba ada ini. Digantikan oleh adagium: boros itu meningkatkan pertumbuhan ekonomi! Kalau semua orang berhemat, siapa yang belanja. Bagaimana nasib pabrik-pabrik?
Boros ruangan tentu memberikan contoh yang kurang baik. Secara kasar bisa dihitung paling sedikit akan ada dua lantai dari gedung 22 lantai di dekat Monas itu yang bisa dihemat. Beberapa BUMN yang selama ini masih sewa kantor (ada satu BUMN yang untuk salah satu bagiannya harus sewa kantor Rp50 miliar selama lima tahun!) bisa berpindah ke gedung itu.
Apakah menurunnya jumlah rapat di Kementerian BUMN itu sudah membuktikan otomatis BUMN-BUMN kini lebih banyak kerja, kerja, kerja? Tentu belum bisa dibuktikan seketika. Bukti yang terbaik adalah hasil tutup buku akhir tahun nanti. Benarkah kinerja BUMN meningkat? Ataukah berkurangnya panggilan rapat dari kementerian itu justru melonggarkan kontrol dan membuat BUMN kian malas?
Berkurangnya jumlah rapat secara drastis di Kementerian BUMN itu sebenarnya bukan berarti menurunnya intensitas komunikasi. Sejumlah rapat itu kini sudah digantikan oleh terbentuknya grup BlackBerry Massanger (BBM).
Misalnya, ada satu grup BBM yang semua anggotanya pejabat eselon I. Maka meski rapim Kementerian BUMN hanya dilakukan satu minggu satu kali (tiap Selasa jam 07.00), pada dasarnya rapat itu berlangsung bisa beberapa kali sehari. Hanya forumnya tidak di ruang rapat dengan sebuah meja rapat, tapi di forum BBM. Peserta bisa berada di mana saja dan sedang melakukan apa saja. Yang jelas tidak ada hidangan makanan kecil dalam rapat seperti itu.
Ada juga grup BBM yang anggotanya menteri, wakil menteri, seorang deputi, dan semua direktur utama BUMN yang bergerak di bidang pangan. Maka masalah-masalah peningkatan produksi beras di BUMN dibicarakan di “ruang rapat tanpa hidangan” itu. Demikian juga ada grup BBM bidang gula. Anggotanya menteri, wakil menteri, deputi bersangkutan, dan semua direktur utama yang membawahkan urusan gula. Ada grup BBM energi. Dan sebentar lagi, setelah holding perkebunan terbentuk, akan diadakan grup BBM perkebunan.
Intensitas rapat melalui grup BBM seperti itu bukan main. Juga hemat sekali waktu. Bahkan, “rapat itu” berlangsung tidak mengenal hari dan jam. Bisa saja pada Minggu ada topik yang harus dibahas. Bahkan, ada yang sampai jam 23.00 masih mengajukan pendapat.
Isi dan kualitas pembicaraan tidak kalah dengan rapat yang dilaksanakan di ruang rapat sungguhan. Meski menggunakan BBM, jangan khawatir dimanfaatkan untuk yang bukan-bukan. Tidak akan ada pembicaraan mengenai “Apel Malang” atau “Apel Washington” di situ. Sesekali ada yang memasukkan humor, tapi biasanya kalau lagi akhir pekan. Arifin Tasrif, Dirut Pusri Holding yang tergabung dalam grup BBM pangan, termasuk yang suka kirim humor. Hanya kadang saya sulit mengenali nama asli mereka karena banyak yang pakai nama maya. Arifin Tasrif, misalnya, di BBM menggunakan nama Kapal Selam. Rupanya dia sekalian jualan pempek Palembang.
Tentu saya sangat menganjurkan agar semua BUMN membentuk grup-grup BBM seperti itu. Intensifnya luar biasa. Ini saya rasakan sewaktu masih di PLN. Waktu itu saya memiliki tujuh grup: grup khusus yang anggotanya semua direksi plus sekretaris perusahaan, grup saya dengan para general manager se-Jawa-Bali, grup saya dengan para general manager se-Indonesia Barat, grup saya dengan semua general manager se-Indonesia Timur, grup saya dengan para manajer perencanaan, grup saya dengan para manajer keuangan, grup saya dengan para manajer SDM, dan seterusnya. Keluhan masyarakat, info soal korupsi, pengaduan tender yang main-main, dan segala persoalan yang berkembang bisa langsung dikomunikasikan melalui grup BBM.
Model komunikasi manajemen seperti itu sekaligus bisa menerabas batas-batas hierarki dan birokrasi. Juga bisa lebih terbuka. Kekurangan di satu tempat langsung diketahui oleh siapa pun di tempat lain. Kalau tidak terbiasa, memang seperti membuka aib dan kelemahan. Tapi, itulah cara yang efektif untuk melakukan perbaikan. Kalau niatnya sudah untuk melayani masyarakat, soal kelemahan yang dibuka di depan sesama manajer seperti itu tidak akan terasa sebagai aib lagi. Justru dengan cara itu tanggung jawab bisa muncul. Apalagi, bukan hanya soal kekurangan yang dibeber di grup BBM, tapi juga soal prestasi.
Dulu sering saya memasukkan pujian dari pelanggan listrik yang dikirimkan via SMS ke handphone saya. SMS itu langsung saya masukkan ke grup BBM. Sebagai pendorong bahwa hasil kerja keras mereka diapresiasi oleh masyarakat luas. Salah satu contoh ketika Peter Gontha memuji PLN via SMS yang merasa kaget petugas PLN begitu cepat datang ke rumahnya yang listriknya sedang bermasalah dan petugas itu tidak mau diberi uang tip. SMS itu saya masukkan ke grup BBM dan dalam waktu singkat menyebar luas ke jajaran PLN.
Sungguh sangat banyak rapat yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang tidak perlu harus membuang waktu sampai lima jam (satu jam perjalanan, tiga jam rapat, satu jam perjalanan kembali). Kecuali kalau rapatnya benar-benar harus dan bisa mengambil keputusan saat itu.
Tentang rapat pimpinan Kementerian BUMN sendiri, kini tidak lagi dilakukan di Kantor Kementerian BUMN. Tiap Selasa lokasi rapat itu berpindah dari BUMN satu ke BUMN lainnya. Sekaligus agar seluruh pejabat eselon I Kementerian BUMN mengetahui dengan mata kepala sendiri markas BUMN yang selama ini sering mereka panggil. Sekalian untuk mengecek apakah di BUMN tersebut juga sudah dilakukan rapat pimpinan setiap Selasa jam 07.00. Rapat paling jauh dilakukan di BUMN Angkasa Pura II Selasa lalu. Sekalian untuk mengecek persiapan perbaikan Bandara Soekarno-Hatta.
Perubahan memang sedang dilakukan. Ruang ATC/tower sudah lebih disiplin dan bersih. Tidak ada lagi yang merokok di ruang kontrol lalu lintas pesawat. Peningkatan kapasitas tower menjadi dua sisi juga sudah hampir selesai. Satu sodetan express taxy sudah selesai, tinggal membuat satu lagi. Bagian-bagian jalan yang sempit yang menjadi sumber kemacetan di sekitar bandara sudah dipagari seng, pertanda proyek pelebaran jalan sedang dilakukan.
Yang tahun ini mulai dikerjakan adalah: pembuatan gedung parkir empat tingkat di tengah-tengah antara terminal satu dan dua. Di tengah-tengah itu tahun ini mulai dibangun juga stasiun kereta api. Gedung parkir dan stasiun itu harus selesai akhir tahun depan.
Sementara menunggu gedung parkir, segera dilakukan pengaturan darurat: banyaknya mobil yang menginap di bandara akan disediakan lokasi khusus. Kendaraan karyawan bandara dan karyawan toko-toko di bandara akan dialihkan juga di lokasi lain. Itu dilakukan agar lokasi parkir bandara lebih diperuntukkan melayani penumpang.
Terminal 3, yang sekarang ini hanya seperti huruf I, akan dikerjakan menjadi huruf U lebar. Berikut apronnya sekalian. Dari terminal tiga akan dihubungkan dengan kereta tanpa sopir menuju terminal 1 dan 2. Pembangunan terminal 3 ini juga harus sudah selesai akhir tahun depan. Kalau semua pekerjaaan itu selesai, daya tampung Bandara Soekarno-Hatta meningkat menjadi 60 juta penumpang. Sekarang ini sudah 50 juta penumpang per tahun yang memadati bandara yang mestinya hanya untuk 22 juta penumpang itu.
Memang masih ada proyek besar lainnya: membangun landasan nomor 3 dan membangun terminal 4. Tapi, proyek itu memerlukan waktu lebih panjang. Masih harus membebaskan tanah 730 ha yang tentu tidak akan mudah.
Dengan mengurangi kesibukan rutin berupa rapat-rapat yang kurang efektif, pemikiran memang bisa lebih dicurahkan untuk hal-hal yang mendasar. Rapat tentu saja penting. Tapi, kebanyakan rapat bisa membuat orang sinting! ***
Program ini terinspirasi dari Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan yang membenahi BUMN Indonesia dengan semangat manufacturing hope.
Lembaga penting pertama yang kami pilih adalah Bank Indonesia Batam, yang kami kunjungi kemarin (24/1). Pada kesempatan itu kami berdiskusi dengan Pemimpin Bank Indonesia Klas B Kepri Elang Tripraptomo. Berikut laporannya:
Elang menilai, Batam sebenarnya berpotensi menjadi kota besar dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun semua potensi itu sia-sia karena tak dikelola dengan baik.
“Kita telah menyia-nyiakan Batam,” katanya saat diskusi santai dengan General Manager Batam Pos Hasan Aspahani dan awak redaksi di Kantor Bank Indonesia, Batam Centre, Selasa (24/1) kemarin.
Ia memberi contoh soal pengelolaan sistem transportasi. Sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas, sarana transportasi sangat penting diperhatikan. Di kawasan FTZ, sistem transportasi harus handal, nyaman, dan murah bagi seluruh warga Batam.
Agar sistem transportasi di Batam andal, pemerintah daerah mestinya mengembalikan semua pendapatan dari pajak kendaraan yang menjadi penyumbang terbesar pendapatan daerah itu dalam bentuk pembenahan infrastruktur. Apalagi Batam merupakan kota dengan infrastruktur paling lengkap dibandingkan daerah lain di Kepri.
“Mari belajar pada Singapura, di sana pendapatan dari transportasi digunakan untuk maintenance jalan tidak dijadikan pendapatan yang kemudian dikelola untuk hal-hal lain,” tuturnya.
Pentingnya sistem transportasi yang handal tidak hanya menyangkut transportasi darat. Namun juga menyangkut persoalan daya tampung serta soal fasilitas pelabuhan. Menurut Elang, menjadi hal lumrah Batam terletak di kawasan yang sangat strategis bahkan satu selat dengan Singapura. Namun yang tidak lumrah adalah ketika pelabuhannya belum standar dan tidak sesuai dengan kapasitasnya sebagai daerah FTZ.
“Bagaimana mau menekan inflasi kalau pelabuhan yang menjadi salah satu sandaran distribusi barang masuk tidak memadai,” ungkapnya.
Orang nomor satu BI Batam ini juga melihat banyaknya undang-undang yang berlaku saat ini malah meniadakan menggerogoti FTZ. Padahal FTZ menjadi salah satu kelebihan Batam dibandingkan daerah lain. Tumpang tindihnya aturan juga menjadi salah satu penyumbang potensi daerah ini semakin sia-sia. “Pemanfaatan potensi tidak jelas mau ke mana,” ujarnya.
Pemanfaatan potensi Batam sebagai salah satu daerah FTZ membutuhkan sumberdaya yang profesional dan memahami bagaiman FTZ sebagai salah satu konsep kawasan perdagangan. Namun ironisnya, orang yang memahami konsep FTZ seperti Syamsul Bahrum malah tak lagi diberi peran apapun di jajaran pemerintahan.
”Saya tidak memihak siapa pun, namun potensi Batam ini harus dikelola dengan maksimal dan dengan sumberdaya yang profesional juga,” ujarnya.
Dalam diskusi santai dan serius itu, Elang juga mengingatkan, Batam sebagai daerah kepulauan harus dikelola dengan konsep yang jelas. Mengingat seluruh barang dipasok dari luar Batam, sehingga penting untuk mengatur bagaimana manajemen pasokan dan cadangan barang-barang diterapkan.
Elang menambahkan, menerapkan sistem pasokan dan cadangan dengan tepat akan membuat persediaan kebutuhan barang tidak sulit didapatkan. Imbasnya, harga pun tidak akan mengalami kenaikan dan tentu berhubungan pada daya beli masyarakat makin kuat.
“Di Batam kan tidak ada produsen, jadi manajemen pasokan dan cadangan ini sangat penting dilakukan,” tukasnya.
Selain adanya manajemen yang mengatur soal pasokan dan cadangan bahan baku, pemerintah juga harus memikirkan bagaimana mencari alternatif sehingga Batam tidak tergantung dengan distribusi yang terkadang terganggu oleh cuaca alam.
Banyak kawasan di Batam yang jika dimaksimalkan dan digunakan secara baik, bisa menjadi alternatif menjaga ketersediaan bahan baku yang kini kian hari makin melonjak harganya.
Lalu soal penataan tata niaga juga menjadi salah satu indikator yang penting untuk diatur agar inflasi bisa ditekan. Pentingnya mengatur tata niaga karena bersinggungan langsung dengan persoalan-persoalan transaksi bisnis yang memang masih menjadi idola di Batam.
Sementara itu, Hasan Aspahani mengatakan, Batam Pos memiliki cita-cita ingin membangun harapan itu di Batam. Dahlan Iskan sebagai corong yang selalu membangun harapan bagi Jawa Pos Gruop maupun saat ia menjadi menteri, telah banyak memberikan pelajaran bahwa membangun harapan yang diaktualisasikan dengan tindakan nyata harus tetap menjadi yang utama.
“Kami datang ke BI agar kami mengetahui dan seluruh pembaca Batam Pos mengetahui apa harapan yang bisa dilakukan untuk Batam ke depan,” katanya. (nal)
Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi
Manufacturing Hope 12Hampir seribu orang berkumpul di gedung Empire Palace, Surabaya, Minggu pagi kemarin. Semua berkaus sama: kaus putih bergambar tebu, sepeda, dan sedikit hantu. Tidak peduli karyawan biasa, kepala bagian, kepala pabrik, maupun direksinya. Saya pun diminta mengenakan kaus yang sama, entah apa maksud gambar hantu di situ. Tujuan pertemuan itu memang hanya satu: memajukan pabrik-pabrik gula milik BUMN.
Di antara 179 pabrik gula milik negara yang pernah ada, kini tinggal 51 yang masih tersisa. Itu pun separonya dalam keadaan sulit dan sangat sulit. Zaman memang sudah berubah. Kejayaan industri gula sudah lama berlalu. Kalau dulu harga gula 2,5 kali harga beras, kini harga dua komoditas itu sudah praktis sama. Maka, minat menanam tebu pun tentu tidak sebesar dulu lagi. Kini begitu banyak tanaman lain yang lebih menjanjikan. Apalagi, untuk menanam tebu, diperlukan waktu tiga kali lipat lebih lama daripada tanaman padi.
Saat produksi gula mengalami kesulitan seperti itu, orang masih terus membeli gula. Kian tahun, konsumsi gula kian tinggi ?termasuk oleh mereka yang terkena sakit gula sekali pun. Akibatnya, impor gula harus digalakkan. Pabrik gula dalam negeri kian bertambah-tambah sulitnya.
Tapi, benarkah pabrik gula harus sulit? Mengapa masih ada pabrik gula yang baik? Mengapa masih ada pabrik gula yang maju? Mengapa minat swasta membangun pabrik gula tetap tinggi? Mengapa di beberapa negara, produksi gulanya terus meningkat, bahkan mampu ekspor?
Dalam forum seribu orang itu, semua pertanyaan harus terjawab. Agar pertemuan tidak seperti sekadar seminar atau rapat kerja, semua pembicara harus ngomong to the point, tidak ada basa-basi, tidak boleh bicara lebih dua menit, dan harus fokus per topik.
Tidak ada upacara pembukaan atau penutupan. Juga tidak ada pemimpin rapat. Yang ada hanya moderator yang diserahkan kepada saya. Yang hadir pun sangat bervariasi sehingga tidak mungkin ada persoalan yang tidak tahu jawabnya.
Di samping direksi, hadir di forum itu semua kepala pabrik, semua kepala bagian, dan peserta khusus. Peserta khusus adalah generasi muda berprestasi di sebuah pabrik gula tanpa memandang sudah punya jabatan atau belum. Tiap-tiap pabrik gula mengirimkan sepuluh orang generasi muda berprestasi.
Saya jadi teringat pidato Bung Karno: Berikan kepada saya sepuluh orang pemuda, akan saya ubah dunia! Saya berharap sepuluh generasi muda di situ pun bisa menjadi champions untuk perubahan di pabrik gula masing-masing.
Tempat duduk di forum yang secara informal dinamakan “bahtsul masail kubro” itu juga diatur secara khusus. Peserta dari pabrik-pabrik yang sudah maju disandingkan dengan peserta dari pabrik-pabrik yang lagi sulit. Peserta dari pabrik-pabrik yang maju sering diminta tampil untuk menceritakan kiat-kiat mereka di topik-topik tertentu.
Maka, 17 topik yang selama ini menjadi penyebab sulitnya pabrik gula itu bisa dibicarakan secara tuntas. Topik-topik tersebut, misalnya, mengapa petani tidak berminat menanam tebu di suatu wilayah pabrik, mengapa ada pabrik yang lebih dekat tetapi petani mengirim tebunya ke pabrik yang lebih jauh, mengapa ketidakefisienan pabrik ikut dibebankan kepada petani, mengapa tebu dari jauh diberi insentif ongkos angkut sementara tidak ada insentif kepada petani yang dekat dengan pabrik, apa yang harus dilakukan untuk merebut kepercayaan petani kepada pabrik gula setempat, seberapa besar pengaruh kekompakan para kepala bagian di dalam suatu pabrik terhadap keberhasilan pabrik gula, bagaimana agar pembakaran ketel tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak, mungkinkah dilakukan sistem beli putus -petani kirim tebu dan langsung dibayar saat itu-, bagaimana mengatasi semakin sulitnya mencari tenaga untuk menebang tebu, dan seterusnya.
Topik yang paling panjang tentu yang satu ini: Bagaimana merebut kepercayaan petani. Agar mereka mau menanam tebu. Agar mereka mengirim tebu ke pabrik terdekat. Agar pabrik tidak kekurangan tebu. Agar petani merasakan keadilan dan kesejahteraan.
Mencari jawabnya tidak sulit. Sudah ada contoh yang sangat berhasil. Pabrik gula Pesantren Baru di Kediri atau pabrik gula Ngadirejo di Malang sudah menerapkannya dengan sukses. Demikian juga delapan pabrik gula lain, termasuk yang berada di Lampung dan Palembang. Sejak empat tahun lalu, kelompok 10 itu tidak pernah lagi mengalami kesulitan bahan baku. Bahkan, sampai berlebihan. Kuncinya satu: keterbukaan manajemen kepada petani tebu.
Di pabrik-pabrik tersebut tiap hari (di masa giling) diumumkan pada papan pengumuman petani siapa memperoleh rendemen (kandungan gula) berapa persen. Mereka yang setor tebu ke pabrik biasanya mampir ke papan pengumuman itu. Sejak sistem tersebut diterapkan, tidak ada lagi kecurigaan dari petani.
Padahal, dulu pabrik selalu dicurigai mempermainkan rendemen petani. Sampai-sampai petani meminta dibentuk tim independen untuk mengikuti keterbukaan model Pesantren Baru atau Ngadirejo. Tim seperti itu tidak diperlukan lagi.
Yang juga mendapat banyak tepuk tangan adalah ketika sepasang kepala bagian diminta naik ke panggung. Dia adalah Surya Wirawan, kepala bagian teknik, dan Fajar Lazuardi, kepala bagian pengolahan. Keduanya dijadikan contoh betapa bila dua orang kepala bagian di suatu pabrik kompak, hasilnya luar biasa.
Ketika keduanya bekerja di posisi tersebut, pabrik gula Prajekan, Situbondo, mengalami kemajuan 100 persen dalam produksinya. Oleh direksi PTPN XI, keduanya kini diminta tetap berpasangan untuk membenahi pabrik gula Semboro di Jember. Mereka pun optimistis bisa kembali menghidupkan pabrik gula Semboro yang semula sulit itu.
“Kami ini bukan lagi seperti rekan sejawat, tapi sudah seperti bersaudara,” ujar Surya Wirawan yang jadi kepala bagian teknik. “Saya selalu panggil dia kid dan dia panggil saya sam,” tambah dia.
Bagi orang Malang, tidak ada panggilan yang bisa menunjukkan kekentalan persahabatan melebihi panggilan kid dan sam itu. Orang Ngalam, eh orang Malang, memang biasa mengucapkan suatu kata dari huruf paling belakang.
Biaya memproduksi uap memang sangat besar di suatu pabrik gula. Bagian teknik yang memproduksi uap melalui ketelnya (boiler) harus erat berhubungan dengan bagian pengolahan yang menggunakan uap tersebut. Kalau produksi uap kurang cukup, sudah seharusnya bagian pengolahan menjerit. Sebaliknya, kalau bagian pengolahan terlalu boros menggunakan uap dalam pembuatan gulanya, sudah sewajarnya bagian teknik menjerit.
Dalam hal tim yang tidak kompak, bisa saja terlalu banyak bahan bakar yang terbuang karena penggunaan uap yang berlebihan. Sebaliknya, kalau produksi uap tidak lancar, bisa jadi banyak gula yang kualitasnya jelek.
Dengan berbagai langkah yang sudah dilakukan para pengelola pabrik gula selama tahun-tahun terakhir, setidaknya sudah banyak best practice yang terjadi. Banyak sekali cerita keberhasilan dan kiat kesuksesan yang bisa diceritakan di forum kemarin. Kini tinggal bagaimana manajemen bisa menularkan semua itu kepada pabrik yang masih sulit.
Di akhir pertemuan, 22 pimpinan pabrik gula yang masih sulit dan sangat sulit naik ke panggung. Urutan jejernya pun sudah seperti otomatis: yang paling sulit di ujung kanan dan kian ke kiri kian kurang sulitnya. Mereka sudah mendengar sendiri kiat-kiat sukses pabrik lain. Di antara 22 pabrik yang sulit dan amat sulit itu, ternyata masih memberikan hope yang besar: 12 pabrik di antaranya siap keluar dari “neraka” akhir tahun ini.?
Banyak sekali rencana yang akan mereka lakukan setelah pertemuan itu. Bahkan, di antara mereka ada yang sangat detail. Misalnya, ada yang akan menjaga agar mesin pengolahannya selalu dibersihkan dengan sangat-sangat bersih. Itu tidak hanya dilakukan demi kerapian atau kesehatan, ternyata juga sangat erat dengan peningkatan produksi. Dia menceritakan secara detail reaksi-reaksi kimiawi dari semua instalasi pengolahan yang kurang dibersihkan secara benar-benar bersih dengan produktivitas gula.
Dengan sangat menyindir, dia berucap, “Kalau Bapak mengatakan ruang tunggu bandara harus lebih nyaman daripada ruang kerja direksi bandara, saya akan bikin doktrin instalasi pengolahan di pabrik gula saya harus dibersihkan lebih bersih daripada piring yang saya pakai makan!”
Alhamdulillah. Dengan demikian, bila Tuhan mengizinkan, akhir tahun ini tinggal sepuluh lagi pabrik gula yang masih sulit. Berarti, masih 20 persen lagi. Tentu tidak mudah memecahkannya. Meski tinggal sepuluh pabrik gula, tapi pastilah itu yang paling sulit di antara yang tersulit-sulit.
Untuk membaca seberapa sulitkah kesulitan yang sulit itu, pimpinan sepuluh pabrik gula tersebut diminta menyebutkan tiga penyebab utama kesulitan itu. Yang satu, yang di Klaten itu, menyebutkan bahwa kesulitan utamanya hanya satu: Pabrik tersebut menggunakan banyak sekali boiler yang semuanya berukuran kecil-kecil. Kalau apa yang dia kemukakan itu benar, tentu tidak sulit memecahkannya: ganti boiler. Satu saja, tapi yang besar. Satu saja, tapi bahan bakarnya jangan minyak. Satu saja, tapi bayarnya nyicil.
Satu pabrik lagi di Probolinggo beralasan bahwa pabriknya sudah terlalu tua. Sudah 166 tahun. Kalau itu benar, masih tetap bisa diatasi. Sebab, pabrik gula pada prinsipnya adalah mekanik. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mudah untuk peralatan yang sifatnya mekanik.
Satu pabrik lagi di Jateng, penyebabnya agak unik: kalah bersaing dengan pabrik gula Jawa yang jumlahnya sampai 300 buah di sekitar pabriknya. Tidak ada petani yang mengirim tebu ke pabrik karena tebu diolah sendiri-sendiri.
Tentu alasan seperti itu terlalu klasik untuk sebuah bisnis. Bukan alasan yang kuat. Karena itu, sampai ada peserta yang memberikan jalan keluar secara bergurau: Bagaimana kalau pabrik gula ini sekalian saja memproduksi gula Jawa?
Intinya, semuanya berkaitan dengan kurangnya pasokan tebu sebagai bahan baku utama. Intinya lagi, petani kurang tertarik menanam tebu atau mengirim tebu ke pabrik. Lebih inti lagi, petani kehilangan kepercayaan kepada pabrik gula BUMN. Maka, khusus sepuluh pabrik gula itu akan bertemu lagi sebulan mendatang.
Tentu dengan usul dan jalan keluar yang sudah lebih nyata. Kalaupun tahun ini belum bisa teratasi, setidaknya tahun depan harus beres. Atau, hi hi hi, menjadi seperti hiasan di kaus yang kemarin mereka kenakan itu! (*)
Penulis:
Dahlan Iskan
Menteri BUMN
Saat Rapat, Tidak Perlu Lagi Makanan Kecil
Sudahkah terbukti jumlah rapat-rapat di Kementerian BUMN turun 50 persen seperti yang saya inginkan. Angka pastinya masih dikumpulkan. Tapi, berdasar penjelasan para direktur utama BUMN, terasa sekali jumlah rapat itu menurun drastis.“Rasanya turun 60 persen,” ujar Nur Pamudji, Dirut Perusahaan Listrik Negara.
“Selama tiga bulan ini saya baru rapat dua kali di kementerian. Kira-kira menurun 75 persen,” ujar Karen Agustiawan, Dirut Pertamina.
Rapat memang harus dikurangi. Kerja yang harus ditambah. Kerja, kerja, dan kerja. Di birokrasi, kesibukan rapat itu memang luar biasa. Jadi salah anggapan masyarakat selama ini kalau birokrasi itu malas. Birokrasi itu rajinnya bukan main. Kalau sudah rapat, bisa panjang sekali. Bahkan, untuk satu topik saja bisa dilakukan berkali-kali.
Tentu ada dampak negatifnya. Penghasilan sejumlah staf menurun. Dampak lainnya: banyak ruang rapat yang kosong. Saya suka turun-naik dari lantai ke lantai. Terasa benar penggunaan ruang yang mahal itu terlalu boros. Padahal, banyak ruang rapat yang berukuran besar. Maka beberapa staf di Kementerian BUMN mengusulkan agar segera dilakukan penataan ulang seluruh ruang kerja. Tentu saya menghargai usul seperti itu dan harus segera dilaksanakan.
Pepatah hemat pangkal kaya, rupanya, sudah banyak dilupakan di zaman yang serba ada ini. Digantikan oleh adagium: boros itu meningkatkan pertumbuhan ekonomi! Kalau semua orang berhemat, siapa yang belanja. Bagaimana nasib pabrik-pabrik?
Boros ruangan tentu memberikan contoh yang kurang baik. Secara kasar bisa dihitung paling sedikit akan ada dua lantai dari gedung 22 lantai di dekat Monas itu yang bisa dihemat. Beberapa BUMN yang selama ini masih sewa kantor (ada satu BUMN yang untuk salah satu bagiannya harus sewa kantor Rp50 miliar selama lima tahun!) bisa berpindah ke gedung itu.
Apakah menurunnya jumlah rapat di Kementerian BUMN itu sudah membuktikan otomatis BUMN-BUMN kini lebih banyak kerja, kerja, kerja? Tentu belum bisa dibuktikan seketika. Bukti yang terbaik adalah hasil tutup buku akhir tahun nanti. Benarkah kinerja BUMN meningkat? Ataukah berkurangnya panggilan rapat dari kementerian itu justru melonggarkan kontrol dan membuat BUMN kian malas?
Berkurangnya jumlah rapat secara drastis di Kementerian BUMN itu sebenarnya bukan berarti menurunnya intensitas komunikasi. Sejumlah rapat itu kini sudah digantikan oleh terbentuknya grup BlackBerry Massanger (BBM).
Misalnya, ada satu grup BBM yang semua anggotanya pejabat eselon I. Maka meski rapim Kementerian BUMN hanya dilakukan satu minggu satu kali (tiap Selasa jam 07.00), pada dasarnya rapat itu berlangsung bisa beberapa kali sehari. Hanya forumnya tidak di ruang rapat dengan sebuah meja rapat, tapi di forum BBM. Peserta bisa berada di mana saja dan sedang melakukan apa saja. Yang jelas tidak ada hidangan makanan kecil dalam rapat seperti itu.
Ada juga grup BBM yang anggotanya menteri, wakil menteri, seorang deputi, dan semua direktur utama BUMN yang bergerak di bidang pangan. Maka masalah-masalah peningkatan produksi beras di BUMN dibicarakan di “ruang rapat tanpa hidangan” itu. Demikian juga ada grup BBM bidang gula. Anggotanya menteri, wakil menteri, deputi bersangkutan, dan semua direktur utama yang membawahkan urusan gula. Ada grup BBM energi. Dan sebentar lagi, setelah holding perkebunan terbentuk, akan diadakan grup BBM perkebunan.
Intensitas rapat melalui grup BBM seperti itu bukan main. Juga hemat sekali waktu. Bahkan, “rapat itu” berlangsung tidak mengenal hari dan jam. Bisa saja pada Minggu ada topik yang harus dibahas. Bahkan, ada yang sampai jam 23.00 masih mengajukan pendapat.
Isi dan kualitas pembicaraan tidak kalah dengan rapat yang dilaksanakan di ruang rapat sungguhan. Meski menggunakan BBM, jangan khawatir dimanfaatkan untuk yang bukan-bukan. Tidak akan ada pembicaraan mengenai “Apel Malang” atau “Apel Washington” di situ. Sesekali ada yang memasukkan humor, tapi biasanya kalau lagi akhir pekan. Arifin Tasrif, Dirut Pusri Holding yang tergabung dalam grup BBM pangan, termasuk yang suka kirim humor. Hanya kadang saya sulit mengenali nama asli mereka karena banyak yang pakai nama maya. Arifin Tasrif, misalnya, di BBM menggunakan nama Kapal Selam. Rupanya dia sekalian jualan pempek Palembang.
Tentu saya sangat menganjurkan agar semua BUMN membentuk grup-grup BBM seperti itu. Intensifnya luar biasa. Ini saya rasakan sewaktu masih di PLN. Waktu itu saya memiliki tujuh grup: grup khusus yang anggotanya semua direksi plus sekretaris perusahaan, grup saya dengan para general manager se-Jawa-Bali, grup saya dengan para general manager se-Indonesia Barat, grup saya dengan semua general manager se-Indonesia Timur, grup saya dengan para manajer perencanaan, grup saya dengan para manajer keuangan, grup saya dengan para manajer SDM, dan seterusnya. Keluhan masyarakat, info soal korupsi, pengaduan tender yang main-main, dan segala persoalan yang berkembang bisa langsung dikomunikasikan melalui grup BBM.
Model komunikasi manajemen seperti itu sekaligus bisa menerabas batas-batas hierarki dan birokrasi. Juga bisa lebih terbuka. Kekurangan di satu tempat langsung diketahui oleh siapa pun di tempat lain. Kalau tidak terbiasa, memang seperti membuka aib dan kelemahan. Tapi, itulah cara yang efektif untuk melakukan perbaikan. Kalau niatnya sudah untuk melayani masyarakat, soal kelemahan yang dibuka di depan sesama manajer seperti itu tidak akan terasa sebagai aib lagi. Justru dengan cara itu tanggung jawab bisa muncul. Apalagi, bukan hanya soal kekurangan yang dibeber di grup BBM, tapi juga soal prestasi.
Dulu sering saya memasukkan pujian dari pelanggan listrik yang dikirimkan via SMS ke handphone saya. SMS itu langsung saya masukkan ke grup BBM. Sebagai pendorong bahwa hasil kerja keras mereka diapresiasi oleh masyarakat luas. Salah satu contoh ketika Peter Gontha memuji PLN via SMS yang merasa kaget petugas PLN begitu cepat datang ke rumahnya yang listriknya sedang bermasalah dan petugas itu tidak mau diberi uang tip. SMS itu saya masukkan ke grup BBM dan dalam waktu singkat menyebar luas ke jajaran PLN.
Sungguh sangat banyak rapat yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang tidak perlu harus membuang waktu sampai lima jam (satu jam perjalanan, tiga jam rapat, satu jam perjalanan kembali). Kecuali kalau rapatnya benar-benar harus dan bisa mengambil keputusan saat itu.
Tentang rapat pimpinan Kementerian BUMN sendiri, kini tidak lagi dilakukan di Kantor Kementerian BUMN. Tiap Selasa lokasi rapat itu berpindah dari BUMN satu ke BUMN lainnya. Sekaligus agar seluruh pejabat eselon I Kementerian BUMN mengetahui dengan mata kepala sendiri markas BUMN yang selama ini sering mereka panggil. Sekalian untuk mengecek apakah di BUMN tersebut juga sudah dilakukan rapat pimpinan setiap Selasa jam 07.00. Rapat paling jauh dilakukan di BUMN Angkasa Pura II Selasa lalu. Sekalian untuk mengecek persiapan perbaikan Bandara Soekarno-Hatta.
Perubahan memang sedang dilakukan. Ruang ATC/tower sudah lebih disiplin dan bersih. Tidak ada lagi yang merokok di ruang kontrol lalu lintas pesawat. Peningkatan kapasitas tower menjadi dua sisi juga sudah hampir selesai. Satu sodetan express taxy sudah selesai, tinggal membuat satu lagi. Bagian-bagian jalan yang sempit yang menjadi sumber kemacetan di sekitar bandara sudah dipagari seng, pertanda proyek pelebaran jalan sedang dilakukan.
Yang tahun ini mulai dikerjakan adalah: pembuatan gedung parkir empat tingkat di tengah-tengah antara terminal satu dan dua. Di tengah-tengah itu tahun ini mulai dibangun juga stasiun kereta api. Gedung parkir dan stasiun itu harus selesai akhir tahun depan.
Sementara menunggu gedung parkir, segera dilakukan pengaturan darurat: banyaknya mobil yang menginap di bandara akan disediakan lokasi khusus. Kendaraan karyawan bandara dan karyawan toko-toko di bandara akan dialihkan juga di lokasi lain. Itu dilakukan agar lokasi parkir bandara lebih diperuntukkan melayani penumpang.
Terminal 3, yang sekarang ini hanya seperti huruf I, akan dikerjakan menjadi huruf U lebar. Berikut apronnya sekalian. Dari terminal tiga akan dihubungkan dengan kereta tanpa sopir menuju terminal 1 dan 2. Pembangunan terminal 3 ini juga harus sudah selesai akhir tahun depan. Kalau semua pekerjaaan itu selesai, daya tampung Bandara Soekarno-Hatta meningkat menjadi 60 juta penumpang. Sekarang ini sudah 50 juta penumpang per tahun yang memadati bandara yang mestinya hanya untuk 22 juta penumpang itu.
Memang masih ada proyek besar lainnya: membangun landasan nomor 3 dan membangun terminal 4. Tapi, proyek itu memerlukan waktu lebih panjang. Masih harus membebaskan tanah 730 ha yang tentu tidak akan mudah.
Dengan mengurangi kesibukan rutin berupa rapat-rapat yang kurang efektif, pemikiran memang bisa lebih dicurahkan untuk hal-hal yang mendasar. Rapat tentu saja penting. Tapi, kebanyakan rapat bisa membuat orang sinting! ***
Karya Dahlan Iskan Diburu Warga Batam
Dahlan Iskan menjelma menjadi sosok yang paling banyak diperbincangkan masyarakat Indonesia, akhir-akhir ini. Ia tidak sekadar dikenal sebagai Menteri BUMN, namun lebih karena pribadinya yang bersahaja dan ide-ide cemerlangnya dalam mengurai benang kusut permasalahan di Kementerian BUMN.
Mantan CEO Jawa Pos itu terkenal enggan menggunakan protokoler dan fasilitas negara. Ia masih menyetir mobil sendiri mobil pribadinya ke kantor Kementerian BUMN. Saat datang ke suatu acara, dikenal ia tidak langsung duduk di kursi kehormatan, tapi memilih duduk dengan tamu lain di deretan belakang. Satu lagi yang paling dikenal adalah sepatu sneakers yang digunakannya, bahkan di acara kenegaraan.
Saat ini, nama dan hidup Dahlan Iskan yang menginspirasi semakin melekat dengan masyarakat. Khususnya bagi mereka yang getol membaca setelah PT Elex Media Komputindo menerbitkan dua buku yang ditulis sendiri oleh Dahlan.
Dua buku yang diterbitkan grup penerbit Gramedia itu berjudul Dua Tangis dan Ribuan Tawa serta Ganti Hati. Buku Ganti Hati baru saja resmi diluncurkan kembali, Selasa (29/2).
Khusus Dua Tangis dan Ribuan Tawa, buku yang berisi pengalaman Dahlan selama menjabat Dirut PLN itu merupakan best seller nasional. Secara nasional, sejak diuncurkan pada bulan November 2011 buku ini telah menembus angka penjualan 25 ribu eksemplar hingga Januari lalu.
Ternyata, demam Dua Tangis dan Ribuan Tawa tak hanya menyebar di Pulau Jawa. Demam itu menulari masyarakat Batam. Buku ini termasuk best seller di Toko Buku Gramedia Batam City Square (BCS) Mall, Baloi.
”Buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa sudah dua bulan menjadi top 10 best seller, sama halnya dengan di Toko Buku Gramedia se-Sumatera,” kata Store Associate Gramedia, Feri Kusworo.
Saat ini buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa dan Ganti Hati begitu mudah ditemui di toko buku itu. Begitu sampai di depan pintu masuk toko buku yang terletak di Lantai 2 BCS Mall, Baloi itu, kedua buku yang menampilkan wajah Dahlan di sampulnya pun terlihat.
Buku-buku itu disusun dengan rapi membentuk piramid bertingkat empat. Buku-buku itu dipajang di gerbang TB Gramedia menandakan buku-buku Dahlan itu adalah buku yang paling dicari di Batam.
Menurut Feri, dari sejumlah pembeli yang berbincang dengannya, mereka sangat tertarik dengan kehidupan Dahlan Iskan. ”Siapa sih yang tidak kenal Dahlan Iskan? Orang-orang ingin tahu kisah-kisah inspiratif beliau. Apalagi dia saat ini sudah jadi menteri,” katanya.
Tingginya minat penikmat buku di Batam didukung dengan active selling yang dilakukan oleh TB Gramedia BCS. Active selling buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa dilakukan di Januari 2012. Namun jika pembaca ingin bertanya info tentang buku itu dapat menanyakannya pada pegawai toko buku.
Dampak nama besar Dahlan Iskan dan active selling yang dilakukan TB Gramedia BCS membuat buku pria kelahiran Magetan itu menjadi buku yang paling dicari masyarakat Batam.
”Buku-buku Dahlan ini setiap hari laku, di bulan Januari dalam sehari rata-rata tiga eksemplar terjual,” ujar Feri.
Tingginya pembelian buku Dahlan membuat TB Gramedia BCS tidak mau kehabisan stok buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa. Terhitung sejak dikirimkan bulan November 2011, sudah empat kali TB Gramedia BCS meminta buku tersebut dikirim ke Batam.
”Pertama kali dikirim 100 eksemplar. Jika stok buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa tinggal 35, kami langsung meminta dikirimkan dari Jakarta. Biasanya sekitar 100 eksemplar,” tutur Feri. (rizkie)
Terbukti,
Setiap presiden Indonesia terjerat oleh BBM.
Terbukti,
Siapa pun presidennya, kapan pun masanya, harus menaikkan harga BBM.
Terbukti,
Setiap terjadi kenaikan BBM menimbulkan kehebohan nasional.
Terbukti,
Setiap kehebohan menguras energi nasional.
Energi dihambur-hamburkan.
Energi terbuang-buang sia-sia.
Energi yang mestinya untuk mendorong maju menjadi energi yang habis untuk berputar-putar.
Karena itu:
Mari kita lawan BBM!
Mari kita tolak BBM!
Mari beralih dari BBM ke listrik!
Mari!
Kita lawan BBM!
Untuk penyelesaian yang tuntas jangka panjang.
Agar BBM tidak lagi menjerat-jerat presiden-presiden yang akan datang.
Agar BBM tidak habis-habisnya menimbulkan kehebohan nasional.
Agar tidak terus-menerus menguras energi nasional.
Mari kita lawan BBM!
Mari kita produksi mobil-motor listrik nasional.
Kita pakai kendaraan listrik.
Bukan kendaraan yang haus BBM.
Jangan ketinggalan.
Seluruh dunia mengarah ke kendaraan listrik.
Seluruh dunia akan beralih ke kendaraan listrik.
Seluruh dunia akan meninggalkan kendaraan BBM.
Jangan sampai kita ketinggalan lagi.
Hanya untuk terjerat-jerat BBM sepanjang masa.
Hanya untuk berheboh-heboh tiada habisnya.
Hanya untuk menguras energi semua manusia Indonesia.
Mari kita produksi kendaraan listrik.
Mari kita manfaatkan listrik murah ketika tengah malam.
Ketika semua orang tidur dengan lelapnya.
Ketika AC-AC kantor tidak bekerja.
Ketika TV-TV tidak menyala.
Ketika lift-lift gedung bertingkat beristirahat.
Listrik tengah malam.
Terbuang sia-sia.
Listrik tengah malam.
Alangkah bermanfaatnya bila untuk nge-charge kendaraan kita.
Mari kita produksi motor listrik nasional.
Mari kita produksi mobil listrik nasional.
Kita!
Putra-putri bangsa.
Pasti mampu merealisasikannya.
BUMN siap menjadi pelopornya.
BUMN siap menjadi pemprakarsanya.
Inpres Hemat Energi No 05/2006 harus menjadi nyata.
Ayo!
Siapa pun Anda.
Yang merasa sebagai putra bangsa.
Yang sudah lama mimpi mobil-motor listrik nasional.
Yang memiliki konsep, bukan yang hanya bisa mengeluh.
Yang siap bekerja keras, bukan yang hanya bisa bicara keras.
Yang bisa melakukan R&D sendiri.
Yang bisa melahirkan kualitas motor listrik tidak seperti yang kita kenal hari ini.
Yang siap bikin blueprint dan working prototype untuk produksi mobil/motor listrik nasional.
Yang mampu menemukan teknologi tidak sekadar merakit yang sudah ada.
Yang siap melibatkan lembaga pendidikan nasional jangka panjang.
Yang siap untuk mengikuti sertifikasi pengujian nasional.
Yang kalau dipatenkan bisa diterima.
Yang siap membangun perusahaan nasional.
Dan tentu.
Yang siap bekerja sama dengan BUMN.
Ayo kumpul di BUMN.
Kita bicarakan bersama.
Kita wujudkan bersama.
Kita jalankan bersama.
Ayo kita lahirkan motor listrik nasional.
Ayo kita lahirkan mobil listrik nasional.
Ayo!
Jeratan nasional itu kita urai.
Kehebohan nasional itu kita cegah.
Pemborosan energi nasional itu kita akhiri.
Ayo!
Indonesia jangan ketinggalan lagi.
Mari!
Kita akhiri keluh kesah.
Kita ganti dengan motor listrik nasional.
Kita ganti dengan mobil listrik nasional.
Mari kita songsong bersama.
Lahirnya?
Jabang bayi PUTRA PETIR ini! ***
Keterangan:
1. Tanggal 20 Mei 2012 adalah target kesepakatan mendirikan perusahaan nasional patungan BUMN-partner. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.
2. Respons terhadap gagasan ini, silakan kirim e-mail ke: dahlanlistrikiskan@gmail.com.
3. Peminat serius menjadi partner usaha dan partner dalam konsep dan rancang bangun mobil-motor listrik nasional silakan kirim e-mail ke: dahlanmobillistriknasionaliskan@gmail.com paling lambat 21 April 2012 bertepatan dengan Hari Ibu Kita Kartini.
4. Pertemuan-pertemuan intensif dilakukan antara 21 April 2012 sampai 15 Mei 2012. ***
Mantan CEO Jawa Pos itu terkenal enggan menggunakan protokoler dan fasilitas negara. Ia masih menyetir mobil sendiri mobil pribadinya ke kantor Kementerian BUMN. Saat datang ke suatu acara, dikenal ia tidak langsung duduk di kursi kehormatan, tapi memilih duduk dengan tamu lain di deretan belakang. Satu lagi yang paling dikenal adalah sepatu sneakers yang digunakannya, bahkan di acara kenegaraan.
Saat ini, nama dan hidup Dahlan Iskan yang menginspirasi semakin melekat dengan masyarakat. Khususnya bagi mereka yang getol membaca setelah PT Elex Media Komputindo menerbitkan dua buku yang ditulis sendiri oleh Dahlan.
Dua buku yang diterbitkan grup penerbit Gramedia itu berjudul Dua Tangis dan Ribuan Tawa serta Ganti Hati. Buku Ganti Hati baru saja resmi diluncurkan kembali, Selasa (29/2).
Khusus Dua Tangis dan Ribuan Tawa, buku yang berisi pengalaman Dahlan selama menjabat Dirut PLN itu merupakan best seller nasional. Secara nasional, sejak diuncurkan pada bulan November 2011 buku ini telah menembus angka penjualan 25 ribu eksemplar hingga Januari lalu.
Ternyata, demam Dua Tangis dan Ribuan Tawa tak hanya menyebar di Pulau Jawa. Demam itu menulari masyarakat Batam. Buku ini termasuk best seller di Toko Buku Gramedia Batam City Square (BCS) Mall, Baloi.
”Buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa sudah dua bulan menjadi top 10 best seller, sama halnya dengan di Toko Buku Gramedia se-Sumatera,” kata Store Associate Gramedia, Feri Kusworo.
Saat ini buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa dan Ganti Hati begitu mudah ditemui di toko buku itu. Begitu sampai di depan pintu masuk toko buku yang terletak di Lantai 2 BCS Mall, Baloi itu, kedua buku yang menampilkan wajah Dahlan di sampulnya pun terlihat.
Buku-buku itu disusun dengan rapi membentuk piramid bertingkat empat. Buku-buku itu dipajang di gerbang TB Gramedia menandakan buku-buku Dahlan itu adalah buku yang paling dicari di Batam.
Menurut Feri, dari sejumlah pembeli yang berbincang dengannya, mereka sangat tertarik dengan kehidupan Dahlan Iskan. ”Siapa sih yang tidak kenal Dahlan Iskan? Orang-orang ingin tahu kisah-kisah inspiratif beliau. Apalagi dia saat ini sudah jadi menteri,” katanya.
Tingginya minat penikmat buku di Batam didukung dengan active selling yang dilakukan oleh TB Gramedia BCS. Active selling buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa dilakukan di Januari 2012. Namun jika pembaca ingin bertanya info tentang buku itu dapat menanyakannya pada pegawai toko buku.
Dampak nama besar Dahlan Iskan dan active selling yang dilakukan TB Gramedia BCS membuat buku pria kelahiran Magetan itu menjadi buku yang paling dicari masyarakat Batam.
”Buku-buku Dahlan ini setiap hari laku, di bulan Januari dalam sehari rata-rata tiga eksemplar terjual,” ujar Feri.
Tingginya pembelian buku Dahlan membuat TB Gramedia BCS tidak mau kehabisan stok buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa. Terhitung sejak dikirimkan bulan November 2011, sudah empat kali TB Gramedia BCS meminta buku tersebut dikirim ke Batam.
”Pertama kali dikirim 100 eksemplar. Jika stok buku Dua Tangis dan Ribuan Tawa tinggal 35, kami langsung meminta dikirimkan dari Jakarta. Biasanya sekitar 100 eksemplar,” tutur Feri. (rizkie)
Saatnya Putra Petir Harus Melawan
Terbukti,
Setiap presiden Indonesia terjerat oleh BBM.
Terbukti,
Siapa pun presidennya, kapan pun masanya, harus menaikkan harga BBM.
Terbukti,
Setiap terjadi kenaikan BBM menimbulkan kehebohan nasional.
Terbukti,
Setiap kehebohan menguras energi nasional.
Energi dihambur-hamburkan.
Energi terbuang-buang sia-sia.
Energi yang mestinya untuk mendorong maju menjadi energi yang habis untuk berputar-putar.
Karena itu:
Mari kita lawan BBM!
Mari kita tolak BBM!
Mari beralih dari BBM ke listrik!
Mari!
Kita lawan BBM!
Untuk penyelesaian yang tuntas jangka panjang.
Agar BBM tidak lagi menjerat-jerat presiden-presiden yang akan datang.
Agar BBM tidak habis-habisnya menimbulkan kehebohan nasional.
Agar tidak terus-menerus menguras energi nasional.
Mari kita lawan BBM!
Mari kita produksi mobil-motor listrik nasional.
Kita pakai kendaraan listrik.
Bukan kendaraan yang haus BBM.
Jangan ketinggalan.
Seluruh dunia mengarah ke kendaraan listrik.
Seluruh dunia akan beralih ke kendaraan listrik.
Seluruh dunia akan meninggalkan kendaraan BBM.
Jangan sampai kita ketinggalan lagi.
Hanya untuk terjerat-jerat BBM sepanjang masa.
Hanya untuk berheboh-heboh tiada habisnya.
Hanya untuk menguras energi semua manusia Indonesia.
Mari kita produksi kendaraan listrik.
Mari kita manfaatkan listrik murah ketika tengah malam.
Ketika semua orang tidur dengan lelapnya.
Ketika AC-AC kantor tidak bekerja.
Ketika TV-TV tidak menyala.
Ketika lift-lift gedung bertingkat beristirahat.
Listrik tengah malam.
Terbuang sia-sia.
Listrik tengah malam.
Alangkah bermanfaatnya bila untuk nge-charge kendaraan kita.
Mari kita produksi motor listrik nasional.
Mari kita produksi mobil listrik nasional.
Kita!
Putra-putri bangsa.
Pasti mampu merealisasikannya.
BUMN siap menjadi pelopornya.
BUMN siap menjadi pemprakarsanya.
Inpres Hemat Energi No 05/2006 harus menjadi nyata.
Ayo!
Siapa pun Anda.
Yang merasa sebagai putra bangsa.
Yang sudah lama mimpi mobil-motor listrik nasional.
Yang memiliki konsep, bukan yang hanya bisa mengeluh.
Yang siap bekerja keras, bukan yang hanya bisa bicara keras.
Yang bisa melakukan R&D sendiri.
Yang bisa melahirkan kualitas motor listrik tidak seperti yang kita kenal hari ini.
Yang siap bikin blueprint dan working prototype untuk produksi mobil/motor listrik nasional.
Yang mampu menemukan teknologi tidak sekadar merakit yang sudah ada.
Yang siap melibatkan lembaga pendidikan nasional jangka panjang.
Yang siap untuk mengikuti sertifikasi pengujian nasional.
Yang kalau dipatenkan bisa diterima.
Yang siap membangun perusahaan nasional.
Dan tentu.
Yang siap bekerja sama dengan BUMN.
Ayo kumpul di BUMN.
Kita bicarakan bersama.
Kita wujudkan bersama.
Kita jalankan bersama.
Ayo kita lahirkan motor listrik nasional.
Ayo kita lahirkan mobil listrik nasional.
Ayo!
Jeratan nasional itu kita urai.
Kehebohan nasional itu kita cegah.
Pemborosan energi nasional itu kita akhiri.
Ayo!
Indonesia jangan ketinggalan lagi.
Mari!
Kita akhiri keluh kesah.
Kita ganti dengan motor listrik nasional.
Kita ganti dengan mobil listrik nasional.
Mari kita songsong bersama.
Lahirnya?
Jabang bayi PUTRA PETIR ini! ***
Keterangan:
1. Tanggal 20 Mei 2012 adalah target kesepakatan mendirikan perusahaan nasional patungan BUMN-partner. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.
2. Respons terhadap gagasan ini, silakan kirim e-mail ke: dahlanlistrikiskan@gmail.com.
3. Peminat serius menjadi partner usaha dan partner dalam konsep dan rancang bangun mobil-motor listrik nasional silakan kirim e-mail ke: dahlanmobillistriknasionaliskan@gmail.com paling lambat 21 April 2012 bertepatan dengan Hari Ibu Kita Kartini.
4. Pertemuan-pertemuan intensif dilakukan antara 21 April 2012 sampai 15 Mei 2012. ***
Road Map Mobil Listrik Siap Dua Bulan Lagi
JAKARTA (BP) – Usulan diluncurkannya mobil bertenaga listrik mendapat respon serius Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemarin (19/3), SBY memanggil rektor dari empat perguruan tinggi dan sejumlah menteri khusus untuk membahas secara khusus rencana tersebut di Kantor Presiden.
Empat rektor tersebut adalah Rektor Universitas (UI) Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmaloka, Rektor Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Triyogi Yuwono, dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Sudjarwadi.
Menteri yang terlibat dalam diskusi itu adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan, Mendikbud M. Nuh, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, dan Menristek Gusti Muhammad Hatta. Sementara SBY antara lain didampingi Mensesneg Sudi Silalahi dan Seskab Dipo Alam.
”Dalam waktu dekat, dua bulan mendatang, apa yang didiskusikan bisa kita tuangkan dalam renstra (rencana strategis). Road map dan timeline-nya seperti apa,” tutur SBY dalam keterangan usai pertemuan. Tahun 2014 diharapkan kendaraan tersebut sudah bisa diluncurkan.
SBY mengungkapkan, ada tiga alasan yang mendasari pertemuan untuk membahas upaya memproduksi sarana transportasi yang efisien dan ramah lingkungan. Terutama mobil dan motor.
Pertama, pemikiran untuk melakukan riset, pengembangan, dan inovasi hingga sampai pada tahap Indonesia mampu memproduksi mobil yang ramah lingkungan. Saat itu, dua tahun lalu, SBY sempat bertemu dengan pimpinan lembaga penelitian dan pengembangan.
”Bahkan mobil yang tidak perlu menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energinya,” katanya.
Sejak saat itu, lanjut dia, di banyak tempat dan lembaga dilakukan upaya ke arah memproduksi sarana transportasi tersebut.
Alasan kedua, SBY mengaku menerima berita dari Menteri BUMN Dahlan Iskan yang sudah berkomunikasi dengan sejumlah kalangan tentang perlunya memproduksi mobil elektrik yang tidak memerlukan BBM. ”Pemikiran itu mendapatkan sambutan positif dan dukungan yang kuat dari rakyat kita,” kata SBY.
Sementara yang ketiga adalah berkaitan dengan kebutuhan terhadap bahan bakar minyak yang makin besar di masa depan. Padahal, jika hanya menggantungkan pada minyak sangat rentan krisis terutama saat terjadi gejolak harga minyak mentah dunia.
”Kecanduan sebuah bangsa kepada BBM, itu juga tidak bagus, karena bisa merusak lingkungan, menyebabkan pemanasan global, perubahan iklim, dan implikasi yang lain,” urainya.
SBY mengaku senang dengan hasil diskusinya tersebut. Para rektor memberikan laporan terkait proses menghadirkan motor dan mobil listrik yang terus berjalan. Bahkan sudah ada timeline kapan akan diperkenalkan kepada rakyat.
Di sisi lain, lanjutnya, kementerian-kementerian juga memiliki semangat yang sama untuk mewujudkan rencana itu. ”Saya berpendapat yang diperlukan sekarang adalah kolaborasi secara nasional,” katanya.
Pemerintah sebagai policy maker bisa bekerjasama dengan dunia pendidikan sebagai lembaga litbang, BUMN sebagai penjuru produksi, dan swasta. SBY menyebut ada urgensi untuk melakukan percepatan atas rencana tersebut.
SBY mengatakan, jalan untuk mewujudkan kendaraan bertenaga listrik itu tidak mudah dan memiliki banyak tantangan. Namun jika terwujud, bisa memberikan manfaat.
”Tidak perlu selalu dikejutkan, dicemaskan dengan gejolak harga minyak kalau kita bisa memproduksi sarana transport yang jauh lebih efisien, apalagi energi listrik adalah solusi yang strategis dan fundamental,” urainya. (fal/jpnn)
Aksi MenBUMN Dahlan Iskan mengamuk di pintu tol Semanggi mendapat apresiasi banyak pihak. Tidak hanya dari pengguna jalan tol, para pengusaha juga setuju kemacetan di jalan tol perlu dibenahi. Sebab, setiap hari jutaan truk memanfaatkan jalan tol.
”Kalau setiap kali macet bisa menyebabkan biaya tinggi bagi perdagangan dan industri,” kata Ketua Komite Tetap Standarisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Aziz Pane.
Menurutnya, jalan tol merupakan urat nadi perekonomian, kalau kelancarannya terganggu maka seluruh sendi perekonomian akan terganggu. Oleh karena itu, dia mendukung kalau Direksi Jasa Marga diberi sangsi tegas oleh Menteri BUMN. ”Jangan Cuma karyawan biasa yang dikorbankan. Kalau perlu Dirutnya atau direksinya diganti,” tegasnya.
Dia menambahkan, seorang petinggi perusahaan harus memiliki tanggung jawab terutama soal standar disiplin karyawannya, jadi meskipun yang melakukan kesalahan adalah anak buahnya yang paling bawah namun Direksinya juga harus berani mengakui kesalahan manajemennya. ”Itu adalah perusahaan, ada struktur organisasi yang bertanggung jawab,” lanjutnya.
Aziz yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), mengatakan, distribusi barang yang lancar sangat diperlukan oleh pengusaha, sebab ketepatan waktu merupakan faktor yang sangat krusial dalam berbisnis. ”Apa yang dilakukan oleh Pak Dahlan patut menjadi contoh agar pejabat mau turun tangan langsung. Disiplin harus ditegakkan demi kepentingan publik. Kalau nggak berantakan semua,” tuturnya.
Menurutnya, Menteri BUMN harus mengevaluasi seluruh perusahaan yang bergerak di bidang jasa publik, dengan begitu pelayanan terhadap masyarakat akan semakin baik. ”Pak Dahlan itu telah memulai satu sikap mental, kalau bikin jalan tol, tanggung jawablah. Masyarakat jangan malah dikasih beban. Jangan dong (hanya) satu tol dibuka,” kesalnya
Pengamat transportasi Yayat Supriatna menilai pelayanan transportasi di jalan tol selama ini masih buruk. Bahkan, Jasa Marga seperti halnya mesin pengeruk uang. ”Jasa Marga ini tidak ubahnya seperti mesin pengeruk uang dari para pengguna jalan tol. Berapa uang yang didapat dari para pengguna jalan tol setiap harinya. Namun, perbaikan kinerja Jasa Marga” selama ini tidak pernah diperbaiki,” sebutnya.
Yayat menyarankan, agar posisi Direktur Utama Jasa Marga di evaluasi kembali. Sebab kemacetan jalan tol sudah menjadi hal yang jamak terjadi sehari-hari. Menurutnya, perbuatan Dahlan merupakan hal yang lumrah.
”Seorang Menteri harus bersikap tegas dan cepat. Saya kira itu bukan mencari sensasi. Justru yang apa yang dilakukannya tersebut bisa dicontoh oleh menteri-menteri yang lain,” jelasnya
Jadi Berita Terpopuler
Berita tentang Dahlan Iskan mengamuk di pintu tol Semanggi menjadi berita terpoluer sepajang hari kemarin. Media online seperti VIVAnews.com, Okezone.com, Tempo.co, Detik.com, Inilah.com, Republika.com dan media online lainnya menempatkan berita tentang Dahlan Iskan itu sebagai yang terpopuler.
Tidak hanya menjadi berita terpopuler, aksi Dahlan itu juga mendapat respon luas dari pembaca media online tersebut. Ratusan komentar positif, memberi mengapresiasi sikap Dahlan itu.
Di ViVAnews.com misalnya. Pembaca yang mengatasnaman dirinya hcandi mengatakan, ”Salut pak. tetap semangat, doa kami menyertai Anda sekeluarga.”
Kemudian ada ajid_am, ”Salut… tapi pejabat yang lain ada nggak ya mau mikir gitu. Hmm keknya nggak ada deh.. Hebat pak DI.. maju trus!”
Pembaca VIVAnews yang masuk menggunakan twitter juga demikian. Pemilik akun @angkringan78 menaku salut dengan Dahlan Iskan. “…. iki sing namane.. wakil rakyat yang asli, benar-benar mengutamakan kepantingan rakyat kecil”. tulisnya.
Pemilik akun @Abdul Manan, juga mengomentari berita soal kesediaan Dahlan Iskan mengganti rugi kerusakan kursi yang ia buang dan membayar ganti rugi 100-an mobil yang ia gratiskan masuk tol. Menurut pemilik akun ini, Dahlan Iskan tak perlu ganti rugi sebab penjaga tolnya yang telat hingga merugikan banyak orang. ”…Ambil positifnya saja agar ke depan lebih baik. Mungkin waktu itu pak DI mau tegur lagsung, tapi yang mau ditegur nggak ada, yg lain sibuk layani yang masuk,” tulisnya.
Pemilik akun @xnome yang juga masuk mengomentari beberapa berita terkait Dahlan di Vivanews juga demikian.
“Taunya terima duit dan naikkan tarif, neh buktinya sudah keliatan, pelayanan masih sontoloyo, udah TBK (tebukti) masih begitu layanannya,” tulisnya.
Ada juga antok_laulo yang memberi komentar: ”Jiwa pemimpin seperti ini yang patut dicontoh pada semua pemimpin di negeri ini, Tegas, Lugas dan Sportif. Jangan hanya galau dan curhat dimana-mana. Apa kata dunia memandang Indonesia kayak SBY yang selalu curhat sama rakyatnya. Malu aku mendengarnya”.
Pembaca lainnya, Adityaputra juga memberi komentar: ”Ciamik dah mentri yang satu ini. Berani dan tegas. Calon pemimpin masa depan.”
Dukungan positif itu terus masuk dan jumlahnya terus bertambah di semua media online. Bahkan, di media jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook, juga menjadi topik utama dan paling banyak di retwit.
Musisi Addi MS misalnya, melalui akun twitternya: @addiems, ia membuat beberapa status tentang sikap Dahlan Iskan. Antara lain: Menteri BUMN Dahlan Iskan ngamuk di pintu tol yg macet, trnyta krn hny 2 loket yg beroperasi dr 4 loket yg ada. Krn petugasnya telat datang!. Setelah itu, Dahlan Iskan persilahkan sebagian mobil berlalu tanpa bayar tol untuk cairkan kemacetan. Dirut PT JasaMarga lngsung disemprot. Pantas!. Sementara menteri lainnya hadapi kemacetan dengan selamatkan diri pakai voorijder, Dahlan terjun ke loket, gratiskan tol sementara, siap ganti rugi! Langkah Dahlan Iskan mengurai kemacetan pintu tol tadi pagi harus dilihat sebagai penyadaran, bahwa kalau mau, semua masalah bisa diselesaikan. Terlalu banyak pembiaran berlarut-larut atas ketidakberesan pengelolaan negara ini. Butuh orang-oarng tegas dan berani untuk membongkarnya!
Tak hanya musisi Addi MS yang memuji, Marsekal TNI (Purnawirawan) Chappy Hakim lewat akun twitternya @chappyhakim, juga turut berkomentar. ”Salah satu yang saya hormati dari DI (Dahlan iskan) adalah dia leader yang mau bekerja, man of action, dobrak gerbang tol! Bukannya pake ngoeng-ngoeng, tidak egois!” tulis Chappy.
Masih banyak lagi komentar yang memberi dukungan Dahlan Iskan. Hanya beberapa komentar yang memadang negatif dengan mengatakan kalau sikap Dahlan Iskan itu hanya ingin mencari simpati masyarakat. (wir/jpnn/nur)
Penyebabnya, terlalu panjang antrean di depan pintu tol. Sampai 30 mobil. Terlalu lama pelayanan pembayaran di gerbang tol. Dari 4 gerbang, hanya satu yang berfungsi dengan petugas manual, dan satu GTO (gerbang tol otomatis). Dua loket lainnya kosong, tanpa petugas, tidak dibuka.
Kebetulan, pagi itu, Mercedes Benz L-1-JP S-500 hitam lewat. Pasti dia juga merasakan dampak buntut panjang antrean itu. Saya bisa membayangkan, bagaimana Dahlan Iskan keluar mobil. Dengan kets dan baju putih lengan panjangnya, lalu ia berjalan mengecek sendiri ke loket pembayaran tol. Ia tidak menemukan petugas.
Wow, intonasinya pasti tambah kencang! Kursi di loket pun ”dideportasi”. Dianggap tidak berguna! Lalu dia atur lalu lintas sendiri, sambil memastikan antrean tidak boleh lebih dari lima mobil di semua pintu tol, seperti pesan dia kepada jajaran direksi PT Jasa Marga yang baru.
Pasti serem, gaduh, tegang suasana pagi itu. Di BBM Group, Facebook, Twitter, dan berita news up date di beberapa dot.com juga ikut heboh. Yang saya heran, ini ada ”orang ngamuk” kok malah pada senang? Itu kan sama halnya dengan menari di atas penderitaan orang lain. ”Marah” kok malah dijadikan tema diskusi publik yang tak habis-habisnya sampai sore. ”Marah” kok jadi bahan canda dan tawa? Puluhan kawan yang forward pesan itu ke HP saya.
”Ngamuknya” Dahlan Iskan keren! ”Ngamuknya” kreatif! Hah, coba, darimana rumus logika yang bisa menyambungkan makna kata ”mengamuk” dan ”keren”? Darimana cara menjelaskan koneksitas antara ”ngamuk” dan ”kreatif”?
Dua kata yang nyaris bersifat resiprokal dan paradoks. Mengamuk itu identik dengan sikap emosional, kata-kata pedas, bahkan menjurus kasar, bernada tinggi dan meledak-ledak. Sedang ”keren” itu hal yang positif, bagus, menarik, menyenangkan. Mana ada kata-kata ketus yang menyenangkan? Yang pedas dan nikmat, itu hanya rujak uleg atau rawon setan saja.
Ada juga yang bilang: ”Biar kapok loe, Direksi Jasa Marga! Ganti saja kalau malas bekerja dan tidak serius!” Waduh, kali ini sudah satu level lebih tinggi dalam memaknai ”ngamuk”-nya Dahlan Iskan. Rupanya ”ngamuk” itu bisa menyetrom orang lain, bahkan bisa memprovokasi mereka untuk ikut-ikutan bersikap ”ngamuk”. Rupanya, ”ngamuk” itu semacam virus berbahaya yang bisa mewabah dan menular dengan cepat melalui BBM.
Kekagetan publik melihat ngamuk ala Dahlan Iskan itu, bisa saja dimengerti. Banyak orang awam yang tidak yakin, bahkan seperti bermimpi saja, seorang menteri secara vulgar melempar kursi ke luar gardu, lalu mengatur lalulintas sendiri. Kurang kerjaan banget. Cara marah dengan melempar kursi itu sebenarnya hanya satu level terbawah yang biasa dilakukan mantan Dirut PLN ini. Orang bisa saja mengira, marah kok punya gaya.
Bagi saya yang sudah hampir 20 tahun bekerja di Group Jawa Pos, dan juga kawan-kawan yang sudah lama mengenal Dahlan, tentu sudah kenyang dengan cara ngamuknya yang amat khas. Pernah, di ruang redaksi Jawa Pos Graha Pena Surabaya, di lantai empat, di toilet pria dia temukan putung rokok. Bukan main marahnya! Sampai satu minggu penuh, toilet pria dia segel! Artinya, kalau kru redaksi hendak ke toilet harus numpang di ruangan yang berbeda.
Dia tulis sendiri, dia segel sendiri, dia lem sendiri di pintu. ”Toilet Disegel!” sampai batas waktu yang belum ditentukan. Kru redaksi pun saling melempar kesalahan, meskipun tidak ada yang berani mengakui siapa ”biang kerok”-nya yang merokok di toilet. Sejak itu, toilet tidak lagi dipakai untuk merokok. Apalagi membuang putungnya.
Masalah putung rokok, juga pernah merepotkan seluruh awak redaksi di kantor Karah Agung, Surabaya. Kala itu, ada smoking area di antara masjid dan ruang pra cetak Jawa Pos. Orang biasa menghisap tembakau bakar di situ. Dia tidak anti, tidak melarang merokok, tapi juga tidak pro rokok. Tetapi, gara-gara ada yang buang putung sembarangan, maka semua orang yang ada di situ, tidak peduli yang merokok maupun yang tidak, diwajibkan kerja bakti memunguti putung, bekas korek api, dan bungkus rokok yang berserakan di seluruh lingkungan.
Mengapa yang bukan perokok juga dikenai sanksi? ”Karena membiarkan temannya berbuat buruk dan merusak kesehatannya!” jawab Dahlan, saat itu. Membiarkan orang lain ”terjerumus” itu termasuk dosa! Termasuk pelanggaran, dan harus turut menanggung risikonya!
Dia juga pernah bereaksi keras di lantai yang sama. Gara-garanya kesalahan editing, kesalahan redaksi. Dia marah membanting komputer di depan orang yang membuat kesalahan yang dinilai fatal itu. Tentu sebelumnya diawali dengan suara keras, intonasi keras, dan tatapan mata yang tajam.
Itu masih belum seberapa! Saat berkantor di Karah Agung Surabaya, pintu masuk kantor kami ada deretan telepon umum. Sekitar tahun 1995. Dahlan masih mengendarai Isuzu Panther putih bernopol L-10-NE. Hobinya memang menyetir, ngebut, cepat sampai tujuan, dan zero accident. Banyak orang umum yang telepon di situ, dan memarkirkan kendaraanya sembarangan. Terkadang menutup akses masuk, yang amat merepotkan.
Padahal, lokasi telepon umum itu bersebelahan dengan jalan masuk ke kantor dan ruang satpam. Dan, berkali-kali satpam sudah diingatkan agar posisi parkir sepeda motor yang hendak menelepon itu diatur rapi! Ibarat penyakit kambuhan, masih saja parkirnya asal dan menutup akses.
Suatu ketika, Dahlan sengaja menyerempetkan mobilnya itu ke kerumunan sepeda motor sampai terjatuh. Berapa pun biaya perbaikannya dijamin, tetapi message-nya adalah jaga kerapian, jaga kedisiplinan, tegakkan aturan dan tegur yang salah. Jangan dibiarkan karena mereka akan bertambah liar.
Ah, masih ada 1001 macam cara marah Dahlan Iskan. Di berbagai kasus di berbagai daerah, di berbagai level manajemen yang berbeda. Reaksi marahnya juga berbeda. Kontekstual dan spontan. Karena itu, Ary Ginanjar Agustian, yang kemarin siang berkunjung ke redaksi INDOPOS (Batam Pos Group) menyebut, sosok Dahlan Iskan itu sebagai authentic leadership!
”Ciri seseorang memiliki Authentic Leadership adalah spontanitas dan berkecepatan tinggi. Konsep decision making dalam leadership model ini sangat cepat, karena dia bukan saja dituntun oleh pikirannya, tetapi juga oleh intuisinya. Dan, intuisi atau mata hati mampu melihat 70 kali lebih cepat dibandingkan dengan mata kepala. Seorang authentic leader percaya dengan hatinya,” komentar Presdir ESQ 165 ini.
Nah loe! Masih mending hanya melempar kursi di gerbang tol Semanggi. Masih untung, bukan mengganti kursi direksi! ***
Empat rektor tersebut adalah Rektor Universitas (UI) Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmaloka, Rektor Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Triyogi Yuwono, dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Sudjarwadi.
Menteri yang terlibat dalam diskusi itu adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan, Mendikbud M. Nuh, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, dan Menristek Gusti Muhammad Hatta. Sementara SBY antara lain didampingi Mensesneg Sudi Silalahi dan Seskab Dipo Alam.
”Dalam waktu dekat, dua bulan mendatang, apa yang didiskusikan bisa kita tuangkan dalam renstra (rencana strategis). Road map dan timeline-nya seperti apa,” tutur SBY dalam keterangan usai pertemuan. Tahun 2014 diharapkan kendaraan tersebut sudah bisa diluncurkan.
SBY mengungkapkan, ada tiga alasan yang mendasari pertemuan untuk membahas upaya memproduksi sarana transportasi yang efisien dan ramah lingkungan. Terutama mobil dan motor.
Pertama, pemikiran untuk melakukan riset, pengembangan, dan inovasi hingga sampai pada tahap Indonesia mampu memproduksi mobil yang ramah lingkungan. Saat itu, dua tahun lalu, SBY sempat bertemu dengan pimpinan lembaga penelitian dan pengembangan.
”Bahkan mobil yang tidak perlu menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energinya,” katanya.
Sejak saat itu, lanjut dia, di banyak tempat dan lembaga dilakukan upaya ke arah memproduksi sarana transportasi tersebut.
Alasan kedua, SBY mengaku menerima berita dari Menteri BUMN Dahlan Iskan yang sudah berkomunikasi dengan sejumlah kalangan tentang perlunya memproduksi mobil elektrik yang tidak memerlukan BBM. ”Pemikiran itu mendapatkan sambutan positif dan dukungan yang kuat dari rakyat kita,” kata SBY.
Sementara yang ketiga adalah berkaitan dengan kebutuhan terhadap bahan bakar minyak yang makin besar di masa depan. Padahal, jika hanya menggantungkan pada minyak sangat rentan krisis terutama saat terjadi gejolak harga minyak mentah dunia.
”Kecanduan sebuah bangsa kepada BBM, itu juga tidak bagus, karena bisa merusak lingkungan, menyebabkan pemanasan global, perubahan iklim, dan implikasi yang lain,” urainya.
SBY mengaku senang dengan hasil diskusinya tersebut. Para rektor memberikan laporan terkait proses menghadirkan motor dan mobil listrik yang terus berjalan. Bahkan sudah ada timeline kapan akan diperkenalkan kepada rakyat.
Di sisi lain, lanjutnya, kementerian-kementerian juga memiliki semangat yang sama untuk mewujudkan rencana itu. ”Saya berpendapat yang diperlukan sekarang adalah kolaborasi secara nasional,” katanya.
Pemerintah sebagai policy maker bisa bekerjasama dengan dunia pendidikan sebagai lembaga litbang, BUMN sebagai penjuru produksi, dan swasta. SBY menyebut ada urgensi untuk melakukan percepatan atas rencana tersebut.
SBY mengatakan, jalan untuk mewujudkan kendaraan bertenaga listrik itu tidak mudah dan memiliki banyak tantangan. Namun jika terwujud, bisa memberikan manfaat.
”Tidak perlu selalu dikejutkan, dicemaskan dengan gejolak harga minyak kalau kita bisa memproduksi sarana transport yang jauh lebih efisien, apalagi energi listrik adalah solusi yang strategis dan fundamental,” urainya. (fal/jpnn)
MenBUMN: Saya Ngamuk Bukan Marah
Aksi MenBUMN Dahlan Iskan mengamuk di pintu tol Semanggi mendapat apresiasi banyak pihak. Tidak hanya dari pengguna jalan tol, para pengusaha juga setuju kemacetan di jalan tol perlu dibenahi. Sebab, setiap hari jutaan truk memanfaatkan jalan tol.
”Kalau setiap kali macet bisa menyebabkan biaya tinggi bagi perdagangan dan industri,” kata Ketua Komite Tetap Standarisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Aziz Pane.
Menurutnya, jalan tol merupakan urat nadi perekonomian, kalau kelancarannya terganggu maka seluruh sendi perekonomian akan terganggu. Oleh karena itu, dia mendukung kalau Direksi Jasa Marga diberi sangsi tegas oleh Menteri BUMN. ”Jangan Cuma karyawan biasa yang dikorbankan. Kalau perlu Dirutnya atau direksinya diganti,” tegasnya.
Dia menambahkan, seorang petinggi perusahaan harus memiliki tanggung jawab terutama soal standar disiplin karyawannya, jadi meskipun yang melakukan kesalahan adalah anak buahnya yang paling bawah namun Direksinya juga harus berani mengakui kesalahan manajemennya. ”Itu adalah perusahaan, ada struktur organisasi yang bertanggung jawab,” lanjutnya.
Aziz yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), mengatakan, distribusi barang yang lancar sangat diperlukan oleh pengusaha, sebab ketepatan waktu merupakan faktor yang sangat krusial dalam berbisnis. ”Apa yang dilakukan oleh Pak Dahlan patut menjadi contoh agar pejabat mau turun tangan langsung. Disiplin harus ditegakkan demi kepentingan publik. Kalau nggak berantakan semua,” tuturnya.
Menurutnya, Menteri BUMN harus mengevaluasi seluruh perusahaan yang bergerak di bidang jasa publik, dengan begitu pelayanan terhadap masyarakat akan semakin baik. ”Pak Dahlan itu telah memulai satu sikap mental, kalau bikin jalan tol, tanggung jawablah. Masyarakat jangan malah dikasih beban. Jangan dong (hanya) satu tol dibuka,” kesalnya
Pengamat transportasi Yayat Supriatna menilai pelayanan transportasi di jalan tol selama ini masih buruk. Bahkan, Jasa Marga seperti halnya mesin pengeruk uang. ”Jasa Marga ini tidak ubahnya seperti mesin pengeruk uang dari para pengguna jalan tol. Berapa uang yang didapat dari para pengguna jalan tol setiap harinya. Namun, perbaikan kinerja Jasa Marga” selama ini tidak pernah diperbaiki,” sebutnya.
Yayat menyarankan, agar posisi Direktur Utama Jasa Marga di evaluasi kembali. Sebab kemacetan jalan tol sudah menjadi hal yang jamak terjadi sehari-hari. Menurutnya, perbuatan Dahlan merupakan hal yang lumrah.
”Seorang Menteri harus bersikap tegas dan cepat. Saya kira itu bukan mencari sensasi. Justru yang apa yang dilakukannya tersebut bisa dicontoh oleh menteri-menteri yang lain,” jelasnya
Jadi Berita Terpopuler
Berita tentang Dahlan Iskan mengamuk di pintu tol Semanggi menjadi berita terpoluer sepajang hari kemarin. Media online seperti VIVAnews.com, Okezone.com, Tempo.co, Detik.com, Inilah.com, Republika.com dan media online lainnya menempatkan berita tentang Dahlan Iskan itu sebagai yang terpopuler.
Tidak hanya menjadi berita terpopuler, aksi Dahlan itu juga mendapat respon luas dari pembaca media online tersebut. Ratusan komentar positif, memberi mengapresiasi sikap Dahlan itu.
Di ViVAnews.com misalnya. Pembaca yang mengatasnaman dirinya hcandi mengatakan, ”Salut pak. tetap semangat, doa kami menyertai Anda sekeluarga.”
Kemudian ada ajid_am, ”Salut… tapi pejabat yang lain ada nggak ya mau mikir gitu. Hmm keknya nggak ada deh.. Hebat pak DI.. maju trus!”
Pembaca VIVAnews yang masuk menggunakan twitter juga demikian. Pemilik akun @angkringan78 menaku salut dengan Dahlan Iskan. “…. iki sing namane.. wakil rakyat yang asli, benar-benar mengutamakan kepantingan rakyat kecil”. tulisnya.
Pemilik akun @Abdul Manan, juga mengomentari berita soal kesediaan Dahlan Iskan mengganti rugi kerusakan kursi yang ia buang dan membayar ganti rugi 100-an mobil yang ia gratiskan masuk tol. Menurut pemilik akun ini, Dahlan Iskan tak perlu ganti rugi sebab penjaga tolnya yang telat hingga merugikan banyak orang. ”…Ambil positifnya saja agar ke depan lebih baik. Mungkin waktu itu pak DI mau tegur lagsung, tapi yang mau ditegur nggak ada, yg lain sibuk layani yang masuk,” tulisnya.
Pemilik akun @xnome yang juga masuk mengomentari beberapa berita terkait Dahlan di Vivanews juga demikian.
“Taunya terima duit dan naikkan tarif, neh buktinya sudah keliatan, pelayanan masih sontoloyo, udah TBK (tebukti) masih begitu layanannya,” tulisnya.
Ada juga antok_laulo yang memberi komentar: ”Jiwa pemimpin seperti ini yang patut dicontoh pada semua pemimpin di negeri ini, Tegas, Lugas dan Sportif. Jangan hanya galau dan curhat dimana-mana. Apa kata dunia memandang Indonesia kayak SBY yang selalu curhat sama rakyatnya. Malu aku mendengarnya”.
Pembaca lainnya, Adityaputra juga memberi komentar: ”Ciamik dah mentri yang satu ini. Berani dan tegas. Calon pemimpin masa depan.”
Dukungan positif itu terus masuk dan jumlahnya terus bertambah di semua media online. Bahkan, di media jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook, juga menjadi topik utama dan paling banyak di retwit.
Musisi Addi MS misalnya, melalui akun twitternya: @addiems, ia membuat beberapa status tentang sikap Dahlan Iskan. Antara lain: Menteri BUMN Dahlan Iskan ngamuk di pintu tol yg macet, trnyta krn hny 2 loket yg beroperasi dr 4 loket yg ada. Krn petugasnya telat datang!. Setelah itu, Dahlan Iskan persilahkan sebagian mobil berlalu tanpa bayar tol untuk cairkan kemacetan. Dirut PT JasaMarga lngsung disemprot. Pantas!. Sementara menteri lainnya hadapi kemacetan dengan selamatkan diri pakai voorijder, Dahlan terjun ke loket, gratiskan tol sementara, siap ganti rugi! Langkah Dahlan Iskan mengurai kemacetan pintu tol tadi pagi harus dilihat sebagai penyadaran, bahwa kalau mau, semua masalah bisa diselesaikan. Terlalu banyak pembiaran berlarut-larut atas ketidakberesan pengelolaan negara ini. Butuh orang-oarng tegas dan berani untuk membongkarnya!
Tak hanya musisi Addi MS yang memuji, Marsekal TNI (Purnawirawan) Chappy Hakim lewat akun twitternya @chappyhakim, juga turut berkomentar. ”Salah satu yang saya hormati dari DI (Dahlan iskan) adalah dia leader yang mau bekerja, man of action, dobrak gerbang tol! Bukannya pake ngoeng-ngoeng, tidak egois!” tulis Chappy.
Masih banyak lagi komentar yang memberi dukungan Dahlan Iskan. Hanya beberapa komentar yang memadang negatif dengan mengatakan kalau sikap Dahlan Iskan itu hanya ingin mencari simpati masyarakat. (wir/jpnn/nur)
Mending, Cuma Lempar Kursi
Meneg BUMN Dahlan Iskan ngamuk. Ia melempar kursi di pintu tol Semanggi. Sejurus kemudian, ia membebaskan mobil masuk tol tanpa bayar, alias gratis.Penyebabnya, terlalu panjang antrean di depan pintu tol. Sampai 30 mobil. Terlalu lama pelayanan pembayaran di gerbang tol. Dari 4 gerbang, hanya satu yang berfungsi dengan petugas manual, dan satu GTO (gerbang tol otomatis). Dua loket lainnya kosong, tanpa petugas, tidak dibuka.
Kebetulan, pagi itu, Mercedes Benz L-1-JP S-500 hitam lewat. Pasti dia juga merasakan dampak buntut panjang antrean itu. Saya bisa membayangkan, bagaimana Dahlan Iskan keluar mobil. Dengan kets dan baju putih lengan panjangnya, lalu ia berjalan mengecek sendiri ke loket pembayaran tol. Ia tidak menemukan petugas.
Wow, intonasinya pasti tambah kencang! Kursi di loket pun ”dideportasi”. Dianggap tidak berguna! Lalu dia atur lalu lintas sendiri, sambil memastikan antrean tidak boleh lebih dari lima mobil di semua pintu tol, seperti pesan dia kepada jajaran direksi PT Jasa Marga yang baru.
Pasti serem, gaduh, tegang suasana pagi itu. Di BBM Group, Facebook, Twitter, dan berita news up date di beberapa dot.com juga ikut heboh. Yang saya heran, ini ada ”orang ngamuk” kok malah pada senang? Itu kan sama halnya dengan menari di atas penderitaan orang lain. ”Marah” kok malah dijadikan tema diskusi publik yang tak habis-habisnya sampai sore. ”Marah” kok jadi bahan canda dan tawa? Puluhan kawan yang forward pesan itu ke HP saya.
”Ngamuknya” Dahlan Iskan keren! ”Ngamuknya” kreatif! Hah, coba, darimana rumus logika yang bisa menyambungkan makna kata ”mengamuk” dan ”keren”? Darimana cara menjelaskan koneksitas antara ”ngamuk” dan ”kreatif”?
Dua kata yang nyaris bersifat resiprokal dan paradoks. Mengamuk itu identik dengan sikap emosional, kata-kata pedas, bahkan menjurus kasar, bernada tinggi dan meledak-ledak. Sedang ”keren” itu hal yang positif, bagus, menarik, menyenangkan. Mana ada kata-kata ketus yang menyenangkan? Yang pedas dan nikmat, itu hanya rujak uleg atau rawon setan saja.
Ada juga yang bilang: ”Biar kapok loe, Direksi Jasa Marga! Ganti saja kalau malas bekerja dan tidak serius!” Waduh, kali ini sudah satu level lebih tinggi dalam memaknai ”ngamuk”-nya Dahlan Iskan. Rupanya ”ngamuk” itu bisa menyetrom orang lain, bahkan bisa memprovokasi mereka untuk ikut-ikutan bersikap ”ngamuk”. Rupanya, ”ngamuk” itu semacam virus berbahaya yang bisa mewabah dan menular dengan cepat melalui BBM.
Kekagetan publik melihat ngamuk ala Dahlan Iskan itu, bisa saja dimengerti. Banyak orang awam yang tidak yakin, bahkan seperti bermimpi saja, seorang menteri secara vulgar melempar kursi ke luar gardu, lalu mengatur lalulintas sendiri. Kurang kerjaan banget. Cara marah dengan melempar kursi itu sebenarnya hanya satu level terbawah yang biasa dilakukan mantan Dirut PLN ini. Orang bisa saja mengira, marah kok punya gaya.
Bagi saya yang sudah hampir 20 tahun bekerja di Group Jawa Pos, dan juga kawan-kawan yang sudah lama mengenal Dahlan, tentu sudah kenyang dengan cara ngamuknya yang amat khas. Pernah, di ruang redaksi Jawa Pos Graha Pena Surabaya, di lantai empat, di toilet pria dia temukan putung rokok. Bukan main marahnya! Sampai satu minggu penuh, toilet pria dia segel! Artinya, kalau kru redaksi hendak ke toilet harus numpang di ruangan yang berbeda.
Dia tulis sendiri, dia segel sendiri, dia lem sendiri di pintu. ”Toilet Disegel!” sampai batas waktu yang belum ditentukan. Kru redaksi pun saling melempar kesalahan, meskipun tidak ada yang berani mengakui siapa ”biang kerok”-nya yang merokok di toilet. Sejak itu, toilet tidak lagi dipakai untuk merokok. Apalagi membuang putungnya.
Masalah putung rokok, juga pernah merepotkan seluruh awak redaksi di kantor Karah Agung, Surabaya. Kala itu, ada smoking area di antara masjid dan ruang pra cetak Jawa Pos. Orang biasa menghisap tembakau bakar di situ. Dia tidak anti, tidak melarang merokok, tapi juga tidak pro rokok. Tetapi, gara-gara ada yang buang putung sembarangan, maka semua orang yang ada di situ, tidak peduli yang merokok maupun yang tidak, diwajibkan kerja bakti memunguti putung, bekas korek api, dan bungkus rokok yang berserakan di seluruh lingkungan.
Mengapa yang bukan perokok juga dikenai sanksi? ”Karena membiarkan temannya berbuat buruk dan merusak kesehatannya!” jawab Dahlan, saat itu. Membiarkan orang lain ”terjerumus” itu termasuk dosa! Termasuk pelanggaran, dan harus turut menanggung risikonya!
Dia juga pernah bereaksi keras di lantai yang sama. Gara-garanya kesalahan editing, kesalahan redaksi. Dia marah membanting komputer di depan orang yang membuat kesalahan yang dinilai fatal itu. Tentu sebelumnya diawali dengan suara keras, intonasi keras, dan tatapan mata yang tajam.
Itu masih belum seberapa! Saat berkantor di Karah Agung Surabaya, pintu masuk kantor kami ada deretan telepon umum. Sekitar tahun 1995. Dahlan masih mengendarai Isuzu Panther putih bernopol L-10-NE. Hobinya memang menyetir, ngebut, cepat sampai tujuan, dan zero accident. Banyak orang umum yang telepon di situ, dan memarkirkan kendaraanya sembarangan. Terkadang menutup akses masuk, yang amat merepotkan.
Padahal, lokasi telepon umum itu bersebelahan dengan jalan masuk ke kantor dan ruang satpam. Dan, berkali-kali satpam sudah diingatkan agar posisi parkir sepeda motor yang hendak menelepon itu diatur rapi! Ibarat penyakit kambuhan, masih saja parkirnya asal dan menutup akses.
Suatu ketika, Dahlan sengaja menyerempetkan mobilnya itu ke kerumunan sepeda motor sampai terjatuh. Berapa pun biaya perbaikannya dijamin, tetapi message-nya adalah jaga kerapian, jaga kedisiplinan, tegakkan aturan dan tegur yang salah. Jangan dibiarkan karena mereka akan bertambah liar.
Ah, masih ada 1001 macam cara marah Dahlan Iskan. Di berbagai kasus di berbagai daerah, di berbagai level manajemen yang berbeda. Reaksi marahnya juga berbeda. Kontekstual dan spontan. Karena itu, Ary Ginanjar Agustian, yang kemarin siang berkunjung ke redaksi INDOPOS (Batam Pos Group) menyebut, sosok Dahlan Iskan itu sebagai authentic leadership!
”Ciri seseorang memiliki Authentic Leadership adalah spontanitas dan berkecepatan tinggi. Konsep decision making dalam leadership model ini sangat cepat, karena dia bukan saja dituntun oleh pikirannya, tetapi juga oleh intuisinya. Dan, intuisi atau mata hati mampu melihat 70 kali lebih cepat dibandingkan dengan mata kepala. Seorang authentic leader percaya dengan hatinya,” komentar Presdir ESQ 165 ini.
Nah loe! Masih mending hanya melempar kursi di gerbang tol Semanggi. Masih untung, bukan mengganti kursi direksi! ***
Hati Baru Dahlan Sudah Menyatu
Kabar gembira berhembus dari China. Hasil check up Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan di Tianjin, China, menunjukkan bahwa kondisi kesehatannya sangat prima.
Dahlan mengatakan, hasil check up di Rumah Sakit Transplant Center di Tianjin, sudah keluar pada Rabu malam dan dinyatakan sangat-sangat baik. Tekanan darah 90/120, kolesterol 4,6 (normal 2,4-5,7), SGOT 21, SGPTt 17 (tidak boleh melebihi 42), dan gula darah 4,5 (normal 3,9-6,1). “Alhamdulillah, semua itu menunjukkan standar kesehatan yang prima,” ujarnya melalui email kemarin (22/3).
Selain itu, lanjut Dahlan, indikator lainnya seperti jantung, prostat, dan ginjal, semuanya normal. Dan yang paling penting, tingkat Tacrolimus sebesar 4. Itu menandakan sama sekali tidak terjadi penolakan tubuhnya atas kehadiran hati barunya.
“Dengan kata lain, hati baru yang kini berumur 25 tahun itu sudah semakin menyatu dengan tubuh saya dan hati tersebut berfungsi dengan sangat baik,” katanya. Sebagaimana diketahui, lima tahun lalu, Dahlan menerima transplantasi hati dari seorang anak muda berumur 20 tahun.
Menurut Dahlan, selama hampir lima tahun terakhir, setiap kali check up, indikator kesehatannya hampir sama di sekitar angka itu. Karena itulah, Dahlan berani menunda-nunda check up sampai 8 bulan karena memang tidak merasakan suatu masalah. “Namun tidak baik menunda lebih lama lagi, sehingga mumpung ada kesempatan ke China, saya check up,” katanya.
Dahlan menceritakan, Prof Shen Zhong yang yang merupakan pendiri, dirut, dan scientist tranplantasi liver di rumah sakit Di Yi Zhongxin Yiyuan Tianjin dan dulu memimpin operasi ganti hati Dahlan, sampai geleng-geleng kepala melihat hasil check-up tersebut. “Dia mengatakan, ini lebih sehat dari saya sendiri,” ucapnya.
Atas kondisi kesehatannya yang prima, Dahlan merasa sangat bersyukur. Dia juga terus mengingat pendapat intelektual Muslim Dr Nurcholish Madjid (alm) bahwa bentuk rasa syukur terbaik adalah kerja keras untuk kebaikan.
Pendapat yang sama juga datang dari KH Said Aqil Siraj, Ketua umum PB NU dan KH Syukri, pimpinan pondok modern Gontor Ponorogo. “Puasa, kerja lebih keras, dan menolong orang lain adalah tiga bentuk bersyukur yang paling tinggi,” kata Dahlan menirukan KH Syukri. “Dan semua itu harus hanya karena Allah. Saat bersyukur itu yang diingat hanya Allah, tidak boleh karena yang lain-lain,” imbuh Dahlan menirukan KH Said Aqil.
Menurut Dahlan, pandangan dari tiga ulama itu muaranya sama, yakni puasa bisa meningkatkan empati untuk penderitaan orang, kerja lebih keras untuk kemajuan umum, dan menolong orang juga meringankan beban orang lain.
“Semua itu pada dasarnya hanya untuk Allah,” tuturnya.
Meski demikian, lanjut Dahlan, dirinya tidak boleh lengah, harus tetap minum obat seperti selama ini, seumur hidupnya. Obat itu adalah AFK 0,5 mg (terendah dalam ukuran yang ada selama ini). “Juga minum Lamifudin sehari sekali,” sebutnya.
Dahlan mengatakan, obat Lamifudin diperlukan untuk diminum dengan disiplin oleh siapa pun yang mengidap hepatitis B. Harga obat ini mencapai Rp1 juta untuk kepentingan satu bulan. Menurut Dahlan, kedisiplinan minum Lamifudin ini dimaksudkan agar liver yang sudah terjangkit hepatitis B tidak terkena sirosis yang bisa jadi akhirnya mengarah ke kanker hati.
“Di Indonesia ada sekitar 20 juta orang yang harusnya minum obat ini. Namun karena harganya mahal menjadi tidak terjangkau. Mengapa mahal, tidak lain karena obat itu harus diimpor,” jelasnya.
Karena itu, kata Dahlan, sejak menjadi menteri BUMN, dirinya mendukung agar perusahaan obat BUMN seperti Kimia Farma bisa memproduksi obat yang amat dibutuhkan jutaan rakyat Indonesia tersebut.
Minggu lalu, lanjut dia, Kimia Farma berhasil memproduksi sendiri Lamifudin dengan merk Heplam. Harganya pun hanya Rp150 ribu untuk kepentingan sebulan. Tidak sampai seperlima harga Lamifudin impor. “Saya akan minta ibu menteri kesehatan yang juga baru proses sembuh dari sakit kanker agar meluncurkan obat tersebut di Jakarta dalam waktu dekat,” ujar Dahlan. (owi/jpnn)
Ada empat PTN yang terlibat dalam mewujudkan mobnas yang digagas Menteri BUMN Dahlan Iskan ini. Yakni, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Rektor ITB Akhmaloka menuturkan, mereka diberikan waktu dua bulan untuk berembuk mewujudkan gagasan tersebut. “Pekan ini harus ada gambaran persis tentang mobnas bertenaga listrik,” katanya saat dihubungi, Minggu (25/3).
Ahli mesin dari masing-masing PTN akan berdiskusi tentang teknologi mobil tersebut. Selanjutnya, hasil dari kajian tersebut disampaikan ke Mendikbud dan diteruskan kepada Presiden. Mekanisme dari proyek Putra Petir ini adalah kolaborasi. Ada tim yang fokus menggarap desain mobil, mesin, dan seterusnya.
Untuk pemanasan, tim dari ITB akan mempresentasikan teknologi mobil listrik yang sudah mereka kembangkan. Akhmaloka mengungkapkan, saat ini tim di ITB sedang merancang mobil listrik untuk dilombakan di Sepang, Malaysia. Nah, pengembangan tenologi mobil listrik ala ITB akan dikombinasikan dengan gagasan serupa dari PTN lainnya. (jpnn) Perjuangan menuju teciptanya mobil nasional (mobnas) tenaga listrik Putra Petir terus dikebut. Jajaran Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ikut dalam proyek tersebut mulai bekerja pekan ini. Mereka mengejar target penciptaan prototype Putra Petir pada 2014.
Dahlan mengatakan, hasil check up di Rumah Sakit Transplant Center di Tianjin, sudah keluar pada Rabu malam dan dinyatakan sangat-sangat baik. Tekanan darah 90/120, kolesterol 4,6 (normal 2,4-5,7), SGOT 21, SGPTt 17 (tidak boleh melebihi 42), dan gula darah 4,5 (normal 3,9-6,1). “Alhamdulillah, semua itu menunjukkan standar kesehatan yang prima,” ujarnya melalui email kemarin (22/3).
Selain itu, lanjut Dahlan, indikator lainnya seperti jantung, prostat, dan ginjal, semuanya normal. Dan yang paling penting, tingkat Tacrolimus sebesar 4. Itu menandakan sama sekali tidak terjadi penolakan tubuhnya atas kehadiran hati barunya.
“Dengan kata lain, hati baru yang kini berumur 25 tahun itu sudah semakin menyatu dengan tubuh saya dan hati tersebut berfungsi dengan sangat baik,” katanya. Sebagaimana diketahui, lima tahun lalu, Dahlan menerima transplantasi hati dari seorang anak muda berumur 20 tahun.
Menurut Dahlan, selama hampir lima tahun terakhir, setiap kali check up, indikator kesehatannya hampir sama di sekitar angka itu. Karena itulah, Dahlan berani menunda-nunda check up sampai 8 bulan karena memang tidak merasakan suatu masalah. “Namun tidak baik menunda lebih lama lagi, sehingga mumpung ada kesempatan ke China, saya check up,” katanya.
Dahlan menceritakan, Prof Shen Zhong yang yang merupakan pendiri, dirut, dan scientist tranplantasi liver di rumah sakit Di Yi Zhongxin Yiyuan Tianjin dan dulu memimpin operasi ganti hati Dahlan, sampai geleng-geleng kepala melihat hasil check-up tersebut. “Dia mengatakan, ini lebih sehat dari saya sendiri,” ucapnya.
Atas kondisi kesehatannya yang prima, Dahlan merasa sangat bersyukur. Dia juga terus mengingat pendapat intelektual Muslim Dr Nurcholish Madjid (alm) bahwa bentuk rasa syukur terbaik adalah kerja keras untuk kebaikan.
Pendapat yang sama juga datang dari KH Said Aqil Siraj, Ketua umum PB NU dan KH Syukri, pimpinan pondok modern Gontor Ponorogo. “Puasa, kerja lebih keras, dan menolong orang lain adalah tiga bentuk bersyukur yang paling tinggi,” kata Dahlan menirukan KH Syukri. “Dan semua itu harus hanya karena Allah. Saat bersyukur itu yang diingat hanya Allah, tidak boleh karena yang lain-lain,” imbuh Dahlan menirukan KH Said Aqil.
Menurut Dahlan, pandangan dari tiga ulama itu muaranya sama, yakni puasa bisa meningkatkan empati untuk penderitaan orang, kerja lebih keras untuk kemajuan umum, dan menolong orang juga meringankan beban orang lain.
“Semua itu pada dasarnya hanya untuk Allah,” tuturnya.
Meski demikian, lanjut Dahlan, dirinya tidak boleh lengah, harus tetap minum obat seperti selama ini, seumur hidupnya. Obat itu adalah AFK 0,5 mg (terendah dalam ukuran yang ada selama ini). “Juga minum Lamifudin sehari sekali,” sebutnya.
Dahlan mengatakan, obat Lamifudin diperlukan untuk diminum dengan disiplin oleh siapa pun yang mengidap hepatitis B. Harga obat ini mencapai Rp1 juta untuk kepentingan satu bulan. Menurut Dahlan, kedisiplinan minum Lamifudin ini dimaksudkan agar liver yang sudah terjangkit hepatitis B tidak terkena sirosis yang bisa jadi akhirnya mengarah ke kanker hati.
“Di Indonesia ada sekitar 20 juta orang yang harusnya minum obat ini. Namun karena harganya mahal menjadi tidak terjangkau. Mengapa mahal, tidak lain karena obat itu harus diimpor,” jelasnya.
Karena itu, kata Dahlan, sejak menjadi menteri BUMN, dirinya mendukung agar perusahaan obat BUMN seperti Kimia Farma bisa memproduksi obat yang amat dibutuhkan jutaan rakyat Indonesia tersebut.
Minggu lalu, lanjut dia, Kimia Farma berhasil memproduksi sendiri Lamifudin dengan merk Heplam. Harganya pun hanya Rp150 ribu untuk kepentingan sebulan. Tidak sampai seperlima harga Lamifudin impor. “Saya akan minta ibu menteri kesehatan yang juga baru proses sembuh dari sakit kanker agar meluncurkan obat tersebut di Jakarta dalam waktu dekat,” ujar Dahlan. (owi/jpnn)
Mobnas Putra Petir Dimulai Pekan Ini
Ada empat PTN yang terlibat dalam mewujudkan mobnas yang digagas Menteri BUMN Dahlan Iskan ini. Yakni, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Rektor ITB Akhmaloka menuturkan, mereka diberikan waktu dua bulan untuk berembuk mewujudkan gagasan tersebut. “Pekan ini harus ada gambaran persis tentang mobnas bertenaga listrik,” katanya saat dihubungi, Minggu (25/3).
Ahli mesin dari masing-masing PTN akan berdiskusi tentang teknologi mobil tersebut. Selanjutnya, hasil dari kajian tersebut disampaikan ke Mendikbud dan diteruskan kepada Presiden. Mekanisme dari proyek Putra Petir ini adalah kolaborasi. Ada tim yang fokus menggarap desain mobil, mesin, dan seterusnya.
Untuk pemanasan, tim dari ITB akan mempresentasikan teknologi mobil listrik yang sudah mereka kembangkan. Akhmaloka mengungkapkan, saat ini tim di ITB sedang merancang mobil listrik untuk dilombakan di Sepang, Malaysia. Nah, pengembangan tenologi mobil listrik ala ITB akan dikombinasikan dengan gagasan serupa dari PTN lainnya. (jpnn)